Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Mengajari Anak Membaca

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Selasa, 08 May 2018 15:00 WIB

Gimana ya ngajarinnya?
Foto: Thinkstock
Membaca dan menulis memang penting sih, tapi jangan sampai kita sebagai orang tua berambisi membuat anak bisa membaca dan menulis di usia yang masih sangat muda. Kalau anak memang berminat sih nggak apa-apa. Tapi kalau anak belum tertarik pada huruf dan kita paksa belajar menulis dan membaca hanya demi ambisi pribadi, jangan sampai kita lakukan.

Sering saya lihat orang tua yang mendadak ingin anaknya yang masih batita cepat bisa membaca dan menulis karena melihat anak lain bisa melakukannya. Padahal kecerdasan anak bukan sekadar bisa membaca dan menulis atau bisa melakukannya di usia yang belia banget.

Nah, berikut ini ada beberapa saran bagi orang tua yang hendak mengajarkan membaca dan menulis untuk anaknya.

Kembangkan Dulu Minat Bacanya

Foto: Thinkstock

Jangan sampai kita ujug-ujug berharap si kecil mau dan cepat belajar membaca dan menulis kalau nggak pernah mengembangkan minat bacanya. Caranya gimana? Bisa dengan membiasakan membacakan buku buat anak sejak dini.

"Saat anaknya sudah lebih besar bisa memberikan pilihan bacaan. Dari situ ada kegiatan rutin bagaimana membaca gambar. Anak juga lebih aware pada simbol," ujar psikolog anak dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, saat ditemui di sela-sela konferensi pers 'Kodomo Challenge Touch & Try: Spesial Ulang Tahun Shimajiro' beberapa waktu lalu.

Nggak apa-apa lho kalau si kecil minta dibacakan buku berulang-ulang. Ini pertanda bagus mereka tertarik dengan buku tersebut. Nah, nantinya kita bisa gantian minta anak bercerita. Anak akan mengingat cerita yang kita bacakan, lalu mereka berusaha membaca gambar.

Kembangkan Kemampuan Diferensiasi

Foto: Thinkstock

Belajar membaca akan lebih mudah dilakukan saat anak mengenal huruf. Karena itu, sebelum mulai mengenalkan huruf, terlebih dahulu kita kembangkan kemampuan diferensiasi anak. Kita kenalkan mana bentuk segitiga, lingkaran, dan sebagainya.

Dari bentuk segitiga, anak-anak akan lebih mudah mengenal huruf 'A', misalnya. Atau dari lingkaran, anak juga lebih mudah mengenal huruf 'O'.

Beberapa anak belajar mendiferensiasi huruf 'd' dan 'b' dengan mengatakan 'd' perutnya di depan, sedangkan 'b' perutnya di belakang.

Membaca Dari Pemenggalan

Foto: Thinkstock

Tentu lebih mudah mengajarkan membaca dari yang kecil-kecil atau sederhana dulu ya, Bun, sebelum masuk ke dalam kalimat yang kompleks. Misalnya setelah membaca gambar anak membuat kalimat, "Didi mengambil bola". Nah, kata sederhana di sini adalah 'bola'. Kita ajarkan anak untuk memenggal suku katanya menjadi bo-la.

Untuk membentuk 'bo' butuh huruf 'B' dan 'O'. Sedangkan untuk membentuk 'la' butuh 'L' dan 'A'.

Kalau anak sudah mahir membaca di suku kata, bisa meningkat ke pemenggalan kata sederhana, lalu bertambah lagi katanya, sehingga bisa membaca kalimat yang lebih panjang.

Memahami Huruf, Bukan Menghafal

Foto: Thinkstock

Mungkin zaman kita belajar membaca dulu banyak yang sekadar menghafal huruf. Ini sama juga seperti ketika menghafal perkalian. Mungkin kita hafal perkalian sampai 100, tapi ya sekadar hafal tanpa konsep yang tertanam dengan kuat.

"Jadi yang penting tidak hanya hafal huruf per huruf tapi memahami ikon. Jadi ikon atau lambang ini dikaitkan sesuatu yang membuat anak interest. Misal anak tertarik dengan 'M' lalu dikaitkan dengan kata dengan huruf awal 'M'. Misal lainnya ayam dengan huruf 'A'," jelas Sofia Hartati, M.Si, Ketua Asosiasi Pendidikan Guru PAUD, saat ngobrol dengan HaiBunda di acara yang sama.

Belajar Baca Kata Bermakna

Foto: Thinkstock

Saat anak sudah mengenal dan memahami huruf, saat kita memberikan tantangan baca untuk anak, jangan menggunakan kata yang tanpa makna ya, Bun. Misalnya kita sodorkan kata 'kiku' pada anak.

Oke, anak akan bisa membacanya, tapi anak bisa jadi bingung dan nggak tertanam konsep yang kuat. Soalnya kiku kan nggak bermakna. Beda halnya kalau kita menyodorkan kata dan gambar 'kuku'.

"Kita sedang menanamkan konsep nih. Anak bisa jadi bingung kalau dikasih kata yang nggak bermakna. Mungkin mudah bacanya, tapi tidak connect. Karena membaca dan menulis itu kan untuk memperluas cakrawala, bukan sekadar membaca saja. Jadi kita harus perkuat kosepnya," tutur Sofia.


(Nurvita Indarini)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda