Jakarta -
Ketika menemani anak-anak bermain, saya pernah melihat
anak orang lain mendorong atau merebut mainan yang ada di tangan anak saya. Saya saat itu bingung, Bun, mau menegur anak orang nanti salah, tapi kalau diam saja anak itu nggak tahu salahnya di mana.
Pada saat itu, orang tua anak itu hanya diam saja, seolah nggak mau ikut campur. Masa saya yang menegur anaknya, he-he...
Dilema ya, Bun. Kita sudah mengajarkan nilai-nilai dan perilaku yang baik ke
anak kita, tapi anak lain yang sikapnya kurang baik tidak mendapat konsekuensi atas perbuatannya. Orang tuanya pun menganggap wajar atas apa yang dilakukan anaknya. Hmm, geregetan.
Kata ahli parenting, kita seharusnya campur tangan mendisiplinkan anak orang lain jika melihat mereka 'nakal'. Kenapa? Kata pakar parenting terkemuka Honorary Fellow di Centre for Positive Psychology, Graduate School of Education at the University of Melbourne, Dr Justin Coulson, orang tua itu memiliki kewajiban 'mengajar, membimbing, dan memberi petunjuk'.
Tetapi apakah secara sosial bisa diterima jika kita mendisiplinkan anak orang lain? Justin mendiskusikan apa itu disiplin. Menurutnya masyarakat pada umumnya melihat disiplin sebagai tindakan yang keras dan menghukum.
"Banyak orang berpikir disiplin berarti hukuman, yang berarti kita akan pergi dan melukai seseorang, kan?" kata Justin dikutip dari Daily Mail.
Padahal, menurut Justin, kalau melihat arti disiplin sebenarnya, asalnya dari kata disciple. Itu artinya mengajar, atau membimbing, atau memberi petunjuk. Tapi, apa ada yang mau anaknya 'disakiti' degan konsekuensi yang diberikan orang lain?
"Saya tidak berpikir ada di antara kita yang ingin orang lain menyakiti anak kita," sambungnya.
Justin menuturkan disiplin adalah cara untuk memandu perilaku secara positif. Karena itulah orang tua memiliki kewajiban untuk memperbaiki semua perilaku anak-anak dengan cara yang positif dan konstruktif.
"Setiap orang memiliki persyaratan sosial untuk campur tangan untuk mengajar, untuk membimbing, dan untuk memberi petunjuk. Entah itu anak-anak kita, atau orang lain. Kita punya kewajiban sosial untuk melakukan itu," lanjut Justin.
Kalau kita ingin menerapkan disiplin ke anak, jangan tunggu anak sampai besar. Soalnya nilai-nilai kedisiplinan sebenarnya sudah bisa kita terapkan sejak kecil, bahkan sejak anak-anak bayi.
Psikolog dari TigaGenerasi, Annelia Sari, MPsi, juga setuju bahwa disiplin bisa diterapkan sejak dini dengan menggunakan hal-hal yang sederhana.
"Disiplin itu tidak 'ujuk-ujuk' anak mengerti, tapi harus diajarkan sejak lahir. Jam berapa anak tidur, mandi dan makan. Ketika orang tua membiasakan anak dengan kedisiplinan, maka saat besar anak akan tertanam tetap seperti itu. Jadi bisa lebih terkontrol," tutur Annelia.
(Nurvita Indarini)