Jakarta -
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut penggunaan
vaksin measles rubella (MR) produk dari Serum Institute of India (SII) haram. Ini karena dalam proses produksinya menggunakan bahan yang berasal dari babi. Namun saat ini penggunaan vaksin MR mubah atau dibolehkan karena sejumlah pertimbangan.
Terkadang masih ada yang memahami penyebutan haram di awal fatwa adalah landasan untuk tidak memvaksin MR anaknya. Mubah atau dibolehkannya pemberian
vaksin MR bahkan sering kali tidak diperhatikan.
dr Arifianto, SpA pun memberikan pendapat, siapa tahu bisa membantu masyarakat untuk lebih memahami fatwa mubah vaksin MR. Kata dokter yang akrab disapa dr Apin ini, MUI paham dengan kondisi saat ini, di mana ada ancaman penyakit serius jika seseorang tidak mendapatkan vaksin MR.
dr Apin lantas menceritakan pasiennya yang berusia 3 tahun dengan diagnosis sindrom rubella kongenital (SRK atau congenital rubella syndrome/CRS). Jadi, Bun, saat anak ini masih di kandungan, ibunya mengalami rubella. Ketika lahir diketahui anak tersebut mengalami beberapa cacat bawaan lahir.
Pasien bernama Saras itu mengalami katarak kongenital (selaput putih yang menutupi lensa matanya), tuli saraf sangat berat (tidak terdeteksi batasan maksimal ketuliannya dalam angka desibel), penyakit jantung bawaan (ada katup jantung yang belum menutup saat ia lahir), mikrosefalia (lingkar kepalanya kecil, menandakan ukuran otak yang lebih kecil pula), dan keterlambatan perkembangan global. Kisah pasien tersebut dipaparkan dr Apin di akun Instagram-nya, @dokterapin.
dr Apin menuturkan MUI paham dengan kondisi yang saat ini terjadi. Itulah kenapa dalam poin 3 fatwanya menulis:
Penggunaan vaksin MR produk dari Serum Institute of India (SII), pada saat ini, dibolehkan (mubah) karena:
a. Ada kondisi keterpaksaan (dlarurat syar'iyyah)
b. Belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci
c. Ada keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum adanya vaksin yang halal.dr Apin bersama dokter muslim lainnya paham benar konsep darurat itu hanya berlaku sementara. Karena itulah mereka mendukung terus para ilmuwan ahli vaksin untuk mengembangkan vaksin sesuai harapan umat.
"MUI pun paham dengan kondisi ini, sehingga menetapkan fatwa vaksin mubah yang masih saja disalahpahami sebagian orang. Padahal tujuannya tetap memberikan imunisasi MR agar terhindar dari mudarat yang besar," papar dr Apin.
(Nurvita Indarini)