Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pelajaran untuk Ortu dari Kisah Gadis Lamongan Berbobot 179 Kg

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 18 Oct 2018 14:07 WIB

Dari kisah gadis Lamongan berbobot 179 kg, ada pelajaran yang bisa diambil orang tua terkait obesitas pada anak.
Selvia, Gadis Lamongan Berbobot 179 Kg/ Foto: Eko Sudjarwo
Lamongan - Obesitas bisa dialami siapa saja termasuk anak-anak. Seperti gadis asal Lamongan bernama Selvia Dwi Susanti. Hidupnya berubah karena bobotnya terus meningkat. Di umur 15 tahun, bobot selvia telah mencapai 179 kg. selvia bahkan sudah enggan bersekolah sejak duduk di bangku kelas 4 MI (Madrasah Ibtidaiyah).

Menurut penuturan paman Selvia, Mulyono sejak bobotnya terus bertambah, Selvia menjadi bergantung kepada keluarganya.

"Aktivitas sehari-hari seperti mandi dan lainnya ya dibantu ibu dan kakaknya," ujarnya kepada detikcom.

Selvia nggak kuat berjalan lama-lama karena mengalami gangguan pernapasan. Kata sang paman, jalan beberapa meter selvia sudah nggak kuat, itu pun dibantu ibu atau kakaknya. Selain gangguan pernapasan, Mulyono belum mengetahui dampak kesehatan apa lagi yang dirasakan keponakannya karena obesitas. Sebab ia belum membawa selvia menjalani pengobatan medis.

Sebagai orang tua, mendengar kabar seperti ini rasanya ikut sedih ya, Bun. Membayangkan kalau itu terjadi di lingkup keluarga. Tentunya, perlu ada pencegahan dari awal agar anak nggak obesitas. Berikut 3 hal yang bisa dilakukan orang tua guna mencegah anak dari obesitas.



1. Perhatikan asupan gizi

Keluarga mengaku pola makan Selvia biasa-biasa saja. Menunya juga sama dengan menu yang dikonsumsi anggota keluarga lainnya setiap harinya. "Sama dengan saya dan keluarga yang lain, juga makannya tidak banyak," timpal kakak selvia, Dia Setiyorini.

Namun diakui Dia, ada satu makanan yang menjadi kegemaran sang adik, yaitu kerupuk. Kebiasaan makan kerupuk itu didapati keluarga sebelum bobot Selvia melonjak tajam seperti saat ini.

Memang, asupan gizi itu perlu diperhatikan, dr Fiastuti Witjaksono, MSc, SpGK dari RS Cipto Mangunkusumo mengatakan sebenarnya nilai gizi kerupuk nggak terlalu bagus. dr Fiastuti menuturkan umumnya kerupuk mengandung sumber karbohidrat yang tinggi karena bahan pembuatannya memakai tepung. Nah, karbohidrat yang ada dalam kerupuk ini tergolong cepat diserap oleh tubuh.

Kalau karbohidrat yang cepat diserap ini banyak dikonsumsi bisa mengakibatkan kadar glukosa meningkat. Selain itu kerupuk ini biasanya digoreng pakai minyak yang banyak sehingga kadar lemaknya tinggi.

2. Rajin berolahraga

Menurut Mulyono, setelah berhenti sekolah, setiap hari Selvia hanya duduk di depan TV. dr Ahmad Suryawan, SpA(K), pakar tumbuh kembang anak dari RSU Dr Soetomo Surabaya mengatakan kasus obesitas anak tidak melulu terjadi karena asupan gizi dari makanan yang berlebihan. Obesitas anak juga bisa terjadi karena anak kurang aktif dan memiliki pola hidup sedentary.

"Obesitas itu bukan hanya di asupan gizi masalahnya, tapi juga di aktivitas fisik. Kenapa obes? Karena asupan yang masuk itu kalorinya harusnya terbuang oleh aktivitas fisik. Tapi karena aktivitas fisiknya nggak, ya jadi nggak terbuang," tutur pria yang akrab disapa dr Wawan dikutip dari detikcom.

3. Tidur cukup

Para ilmuwan dari Warwick University menyebut ada keterkaitan yang konsisten antara kurang tidur dengan obesitas pada anak. Penelitian yang merupakan review terhadap 42 penelitian sebelumnya melibatkan lebih dari 75 ribu partisipan.

Per hari, anak-anak usia 6-13 tahun dianjurkan tidur selama 9-11 jam, sedangkan remaja dianjurkan antara 8-10 jam sehari. Kurang dari itu, penelitian ini mengatakan risiko kegemukan naik 40-58 persen.

[Gambas:Video 20detik]

(aci/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda