Jakarta -
Sudah menjadi tanggung jawab orang tua,
mendidik anak-anaknya jadi lebih tangguh. Untuk mewujudkannya, Ayah dan Bunda harus menjadi contoh yang baik dulu ya untuk mereka. Jadi, anak akan lebih tahan banting secara emosional ketika menghadapi masalah dalam hidupnya.
Orang tua berperan besar dalam membentuk
kematangan emosional sang anak. Orang tua yang memiliki tingkat emosi stabil, akan diikuti oleh anak-anak. Mereka akan menerapkan hal yang sama dalam hidupnya. Ingat, Bun, anak-anak adalah peniru sejati terhadap apa yang dilakukan orang tuanya.
"Ketahanan orang tua berfungsi sebagai tempat bagi anak-anak untuk melihat bagaimana dia menghadapi tantangan dan bagaimana memahami emosi mereka sendiri," kata Dr Dan Siegel, penulis buku
The Yes Brain, seperti dikutip dari laman
NYTimes.
Namun sayangnya, masih banyak orang tua yang belum bisa mengatasi kemarahan dan keterpurukan dalam hidup. Terlebih, bagi orang tua yang memiliki pengalaman buruk di masa kecilnya. "Sebagian dari gagasan ini adalah, kita memiliki peran sebagai orang tua yang harus menjadi puncak harapan dan impian kita yang menakjubkan, bahagia, dan sempurna," kata Katherine Reynolds Lewis, penulis buku
The Good News About Bad Behavior.
Seperti dikatakan Lewis, Bun, bahwa kemarahan, air mata, dan emosi lainnya merupakan bagian alami dari perkembangan anak. Biasanya disebut sebagai kekacauan masa kecil. Tetapi, sebagian orang tua tidak mampu dan tidak mengerti fase 'kekacauan' yang dihadapi anak-anaknya. Mereka malah memandang ledakan kemarahan anak-anak, sebagai masalah yang harus segera diselesaikan.
Sejatinya, memang tidaklah mudah menghadapi kondisi tersebut ya, Bun. Makanya, nggak heran kalau orang tua menanggapi hal itu dengan kemarahan juga. Para orang tua rata-rata tidak dapat menerima kemarahan, kesedihan, dan frustrasi. Tidak sedikit orang tua yang menyalahkan dan mengisolasi anaknya. Anak diberi hukuman dengan mengurungnya di kamar.
 Cara menahan emosi menghadapi anak marah/ Foto: iStock |
Menurut psikolog klinis Laura Markham, hal itu merupakan sikap kekakuan rapuh yang dapat menghancurkan hubungan anak dan orang tua akibat ledakan emosi yang terlalu besar. Jika Bunda dalam fase tersebut, nggak ada kata terlambat untuk memperbaiki sikap ya.
Semua kesabaran dan kematangan emosi, tidak datang secara alami melainkan butuh latihan berulang-ulang. Dr Siegel, Executive Director Mindsight Institute, membagikan tips praktis untuk membantu orangtua melatih kesabaran dan emosi dalam menghadapi anak yang rewel.
 Ambil napas/ Foto: iStock |
Ambil napas
Saat menghadapi kemarahan anak-anak, orang tua sebaiknya membungkam 'bel alarm' yang berbunyi di dalam kepala. Markham melatih orang tua untuk menekan 'tombol jeda' sebelum mengambil tindakan apa pun, bahkan di hadapan anak yang berteriak. Tarik napas sejenak, agar lebih tenang sebelum menghadapi kemarahan anak.
Biarkan emosi terjadiKetangguhan yang sebenarnya adalah memahami emosi yang dianggap negatif, seperti kemarahan dan kesedihan bukanlah sesuatu yang harus diperbaiki. Tapi ingat, Bun, itu adalah konsekuensi alami seorang manusia.
Baik Bunda maupun anak-anak boleh mengekspresikan emosi dengan berbagai cara lho. Markham mencatat bahwa sebenarnya ketika kita tidak mengekspresikan emosi maka kita kehilangan kendali.
 Terapkan batas antara marah dan sayang/ Foto: iStock |
Tetapkan batas
Terapkan batas tegas antara sikap disiplin dan memberinya kasih sayang, Bun. Markham menyarankan bahwa secara verbal mengakui perasaan dan menghibur anak-anak setelah kemarahan, tidak berarti harus menyerah pada kemauan mereka.
Meski terlihat sulit untuk dipraktikkan, tapi akan membantu anak-anak menghadapi tantangan emosional dalam kehidupannya. Sekaligus, membentuknya menjadi sosok yang tangguh dan dapat memecahkan permasalahannya sendiri di kemudian hari, Bun. Bahkan, ketika mereka menghadapi situasi yang tak bersahabat atau sulit, mereka akan menemukan solusi yang baik.
"Ketika mereka memasuki suatu situasi yang sulit, anak-anak tangguh dapat mengetahui apa yang perlu mereka lakukan dan tangani dengan rasa percaya diri," kata Lynn Lyons, psikoterapis dan penulis buku
Anxious Kids, Anxious Parents: 7 Ways to Stop the Worry Cycle and Raise Courageous and Independent Children, dikutip dari
Psychcentral.
Nah, bagaimana Bun, apakah sudah siap mempraktikkannya? Memang terlihat cukup sulit di awalnya, tetapi percayalah bahwa dengan latihan yang berulang, akan membentuk anak lebih matang secara sikap dan emosional.
Selamat mencoba!
(rap/muf)