Jakarta -
Pernah enggak sih, Bun, saat ketemu ibu lain ada yang mengomentari perihal tubuh
anak kita. Atau anak kita diledek sama teman-temannya karena bertubuh terlalu besar atau kecil. Hmm, hati-hati efeknya bisa ke konsep diri anak lho.
"Misal anaknya memang tinggi, terus dibilang sama teman-temannya, kok kurus banget sih. Contoh lain, anak kita usianya masih 4 tahun tapi ternyata orang mikirnya dia 2 tahun saking mungil badannya. Nah, yang begini berpengaruh nih ke konsep diri," tutur Ajeng Raviando dalam acara 'Dukung Orang tua Cek Berat Badan Ideal Anak untuk Tumbuh Kembang Optimal', baru-baru ini.
Ajeng menyarankan, kita harus berhati-hati dalam memberi 'label' anak. Walaupun kadang maksud hati hanya ingin basa-basi, jangan sampai itu memengaruhi konsep diri anak lain. Kan kasihan, Bun.
"Kalau misal enggak ingin konsep diri anak negatif, tentunya kita sebagai orang tua juga harus menumbuhkan rasa percaya diri ke anak," kata ibu dua anak ini.
Misal, saat
anak komplain dengan dirinya yang terus diledek dan ditanya kenapa tubuhnya tidak sebesar usianya? Kita sebagai orang tua juga harus bijak menanggapi hal tersebut.
"Misal dengan mengatakan, 'enggak apa-apa kalau kamu merasa seperti itu, Nak. Yang penting kamu harus tetap semangat dan makan lebih baik biar pertumbuhanmu makin oke dan sehat,'" saran Ajeng.
Dengan kata lain, lebih baik menyemangati anak agar bisa merasa sepadan dengan teman-temannya. Kalau tadinya anak susah makan, siapa tahu dengan hal ini kita jadi bantu memicu semangat anak untuk makan lebih baik.
Hal senada disampaikan psikolog anak, Aurora Lumban Toruan. Dia menuturkan, orang tua memang perlu menerima dan mengenali anaknya masing-masing. Nah, dengan begitu orang tua dapat mengapresiasi maupun mengevaluasi positif kelebihan yang dimiliki anak.
"Penting membangun konsep diri yang positif pada
anak sebagai bekal baginya menghadapi berbagai masalah di kemudian hari," imbuh Aurora.
Bunda perlu tahu nih. Konsep diri dibentuk dari penilaian orang-orang terdekat (signifikan), perbandingan sosial (dengan anak-anak sebayanya), juga harapan atau tradisi budaya. Misalkan, seorang anak harus taat orang tua, pada usia tertentu seharusnya bersekolah, selesai sekolah atau kuliah kemudian bekerja, menikah dan seterusnya.
[Gambas:Video 20detik]
(aml/rdn)