Jakarta -
Debat Pilpres 2019 yang terakhir diselenggarakan pada hari Sabtu (13/4/2019). Debat pamungkas tersebut nantinya akan dipandu oleh dua moderator, Tomy Ristanto dan Balque Manisang. Baru-baru ini
HaiBunda berkesempatan untuk berbincang dengan salah seorang moderator, Tomy Ristanto. Sepanjang obrolan, Tomy Ristanto bisa dibilang sangat menginspirasi, Bun.
Tomy bercerita bahwa saat ditunjuk jadi moderator merupakan salah satu impiannya ketika masih duduk di bangka kuliah. Ia juga bercerita, menjadi dirinya sekarang ini berkat berani bermimpi sejak kecil.
"Jujur saya itu pemimpi banget, saya bukan dari keluarga yang kaya raya. Saya dari desa Banjarsari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Dari kota Bandar Lampung saja ditempuh 3-4 jam. Saya dari jauh, SMA di Tanjung Karang, kemudian saya beranikan diri ke Yogya, dan merantau ke Jakarta," ujar Tomy.
Diakui Tomy, ia sempat meremehkan dirinya sendiri, SD, SMP, hingga SMA. Hingga akhirnya, Tomy memutuskan berani tampil, berbicara di depan umum saat kelas 3 SMA. Tepatnya ketika ia mengambil jurusan IPS. Lalu, waktu berkuliah di Yogyakarta, Tomy belajar di fakultas hukum. Waktu itu ia sempat ingin jadi pengacara, lalu impiannya berganti lagi jadi diplomat.
"Tapi seiring dengan waktu, di akhir kuliah ada SCTV Goes to Campus, lomba pembawa berita. Enggak punya pengalaman broadcast, alhamdulillah menjadi finalis dari Yogya. Jadi wow, saya yang enggak punya pengalaman kok bisa. Dari situ melecut keinginan menjadi jurnalis TV, reporter, dan pastinya news anchor," ujar presenter yang pernah mengambil jurusan ilmu hukum internasional ini.
Setelah menjadi finalis, Tomy teringat kalau dari kecil suka banget nonton berita, Bun. Tomy kecil juga senang melihat reporter yang melapor dari lapangan. Ia juga ingin suatu saat menjadi
news presenter.
Tomy Ristanto saat mengawali karier sebagai reporter/ Foto: Instagram |
"Jadi itu mungkin yang tertanam dari alam bawah sadar bahwa dari kecil punya
passion itu. Singkat cerita setelah lomba itu punya sertifikat kan, nah kebetulan Metro TV yang buka duluan tahun 2004. Saya bergabung ke Metro TV, saya dapat momen gede-gede banget, tsunami, ke wilayah terpencil, gempa di Yogya," ujarnya.
Tomy Ristanto memulai kariernya sebagai reporter, lalu ia sempat menjadi produser program-program kreatif, host, hingga akhirnya menjadi pembawa berita. Ia bercerita mimpinya menjadi pembawa berita enggak pernah padam.
"Intinya bukan tampil di TV-nya, ingin jadi jurnalis di luar negeri yang melapor dari lapangan tapi juga ingin menjadi news anchor yang membacakan berita di TV. Kita punya kewibawaan, multitasking, punya kemampuan untuk mewawancarai. Kalau
ultimate goal saya ingin jadi seorang
news presenter," tuturnya.
Jangan takut bermimpi!Pada saat pengumuman moderator debat yang terpilih, Tomy juga teringat tentang mimpinya di bangku kuliah. Ia impikan Ira Koesno, yang pada saat itu pulang Inggris setelah menempuh S2. Ira saat itu membawakan acara debat pilpres 2004.
"Saya melihat mbak Ira itu bagus banget ya, beribawa banget ya. Saya ingin banget suatu saat bisa menjadi bagian dari debat pilpres. Terus makanya waktu itu kemarin rasanya kayak mimpi banget. Saya bilang, makanya kita harus percaya dengan mimpi-mimpi kita ya. Jangan takut bermimpi," kata Tomy.
Diungkap Tomy, ia juga berguru dengan Ira, diberi wejangan-wejangan. Ira berpesan pada Tomy bahwa terpilih menjadi moderator adalah Jalan Tuhan, untuk itu gunakan lah jalan itu dengan baik.
"Kesuksesan itu tidak instan, mi instan saja harus dimasak dahulu. Kita harus punya impian, cita-cita, kita tidak bisa memilih kita dilahirkan dari keluarga seperti apa, tapi kita harus bisa memperjuangkan hidup kita seperti apa nantinya. Itu yang selalu ku tanamkan ke generasi muda," tuturnya.
Kata Tomy, anak-anak dan generasi muda bisa kok jadi apapun, tapi bermimpi dahulu. Terus jangan 'tidur' terus harus bangun dan kejar mimpi itu.
"Dengan mengejar itu caranya bagaimana, kita harus membuat skala prioritas, strategi, cari orang yang mau jadi
coach, bisa dari keluarga. Misalnya mau jadi reporter, oke kamu harus terima konsekuensinya, cinta dengan pekerjaan ini. Lalu asah kemampuan sebagai penambah itu harus diperhatikan,
additional value, kita mempunyai kemampuan yang bisa bersaing. Kita harus siap berjuang tanpa kenal lelah," kata
Tomy Ristanto.
[Gambas:Video 20detik]
(aci/som)