Jakarta -
BerbagiÂ
angpao saat Lebaran sudah jadi bagian tradisi di Indonesia. Namun tak dipungkiri, ada dampak negatif dari kebiasaan tersebut. Simak penjelasan Ustaz Maulana berikut ini ya, Bunda.
Menurut Ustaz Maulana, memberikan angpao Lebaran pada anak-anak merupakan adaptasi kebudayaan dari Tionghoa. Ia menjelaskan bahwa tradisi ini sah saja dan dipandang sebagai sedekah.
Hanya saja, Ustaz Maulana tak menampik adanya dampak negatif dari pemberian angpao saat Lebaran. "Tinggal bagaimana kita menyikapi. Memang bisa jadi anak itu ketergantungan, malas, maaf, menjadikan tangannya terbiasa di bawah (menerima), atau menghinakan diri. Sedangkan kita kan dilarang meminta-minta," jelasnya kepada
HaiBunda, belum lama ini.
 Ilustrasi bagi-bagi angpao Lebaran/ Foto: iStock |
Selain itu, bisa jadi anak-anak antusias menunggu momen Lebaran karena mengharapkanÂ
angpao tersebut. Namun kata Ustaz Maulana, kita juga harus melihat sisi positifnya.
"Artinya, dia menyenangi orang yang berbagi. Setiap yang bersedekah akan dicintai Allah dan dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka," paparnya.
Ya, sambil memberikan angpao, lanjut Ustaz Maulana, kita bisa menanyakan pada anak-anak tentang berapa hari mereka puasa selama Ramadhan, atau banyaknya bacaan Alquran. Sehingga, anak pun termotivasi untuk beramal.
Lantas bagaimana menjelaskan tradisi angpao pada si kecil yang belum mengerti uang? "Angpao ini adalah sedekah buat dirimu. Jadi, pembelajaran untuk anak memahami angpao adalah sedekah dan kalau besar nanti, dia akan melakukan hal yang sama," tegas ustaz asal Makassar ini.
Nah, dengan adanya tradisi bagi-bagi angpao saat Lebaran, ternyata juga mendatangkan rezeki bagi para pedagang amplop
angpao. Ada lho pedagang yang mendapat omzet hingga Rp800 ribu per hari.
Wow!Simak yuk penuturannya dalam video berikut:
[Gambas:Video 20detik]
(muf/som)