Jakarta -
Bayi yang lahir kurang dari usia 37 minggu dikategorikan
prematur. Perkembangannya di dalam rahim yang belum sempurna membuat bayi prematur lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Misalnya saja pada paru-paru yang belum matang sehingga perlu diberikan obat pematangan paru.
Obat pematangan membantu paru janin matang hingga bayi bisa segera bernapas setelah lahir. Apabila tidak diberikan sesuai anjuran dokter, dikhawatirkan bayi lahir dengan gagal napas yang bisa berakibat fatal hingga kematian.
Ambroxol metabolit bromheksin, merupakan salah satu promotor pematangan paru janin untuk mencegah terjadinya sindrom gangguan pernapasan neonatal atau Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Mengutip Cochrane, RDS merupakan penyakit yang disebabkan kekurangan surfaktan (zat yang menurunkan tegangan permukaan) di paru-paru bayi yang baru lahir dan paru-paru yang belum matang. Zat-zat ini menjaga alveoli di ujung saluran udara tetap terbuka dan memungkinkan masuknya udara ke paru-paru. Sehingga, bayi baru lahir dapat bernapas dan memberi oksigen pada tubuhnya. RDS sering dialami bayi prematur.
Hen Y. Sela, MD dan timnya, menuliskan dalam Medscape, bayi prematur berisiko lebih tinggi mengalami RDS, komplikasi serius yang tetap menjadi penyebab utama kematian neonatal dini dan kecacatan. Risiko RDS dan kematian
neonatal berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan, yang mencerminkan kematangan sistem organ.
"Sayangnya, bukti penelitian ilmiah masih kurang tentang penggunaan rutin ambroxol pada wanita yang berisiko melahirkan prematur untuk mencegah risiko RDS. Padahal, pemberian surfaktan bayi dan kortikosteroid prenatal digunakan untuk mencegah sindrom tersebut," papar Sela.
Ambroxol memang bisa memfasilitasi pembuangan sekresi bronkial dan dapat merangsang produksi surfaktan. Pemberian ambroxol pada wanita hamil selama persalinan prematur dapat melindungi bayi yang baru lahir, dengan efek samping bagi ibu lebih sedikit dengan steroid prenatal. Misalnya diare, iritasi lambung, mual, muntah, dan sakit kepala.
 ilustrasi ambroxol/ Foto: ilustrasi/Mindra P |
Peneliti dari Uludag University, Medical Faculty, Kimya Y dan tim pernah mencari tahu pengaruh ambroxol pada persalinan prematur. Mereka menemukan 24 pasien persalinan prematur yang disuntik ambroxol, risiko bayinya mengalami RDS berkurang dibanding pada 58 pasien lain.
"Hasilnya, RDS terjadi pada 8 persen bayi dalam kelompok ambroxol dibanding 10 persen bayi pada kelompok kontrol. Tidak ada gangguan pada pasien yang berkontribusi pada pematangan paru janin," tulis Kimya mengutip
NCBI.
Meski menerima ambroxol, tidak ada bayi yang mengalami kelainan bersamaan dengan pematangan parunya. Ambroxol juga tidak mengubah fungsi hati dan ginjal ibu. Selain itu, kadar hormon tiroidnya pun normal.
"
Ambroxol tidak menyebabkan efek samping pada ibu atau bayi. Temuan ini menunjukkan bahwa ambroxol dapat mencegah RDS dan sepsis," tulis Kimya.
Ada kerabat Bunda yang baru melahirkan? Lihat tips memilih kado untuk bayi baru lahir di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)