Jakarta -
Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali kehilangan orang terkasihnya pada tahun ini. Setelah sang istri, Ibu Ani Yudhoyono, meninggal karena kanker pada Juni lalu, selang beberapa bulan kemudian, SBY ditinggal pergi sang ibunda tercinta,
Siti Habibah binti Abdul Kohar.
Mengutip
InsertLive, Siti Habibah menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur, Jumat (30/8/2019) pukul 19.21 WIB. Sebelumnya, ketika sang ibunda dirawat di ICU, SBY sempat meminta doa kepada masyarakat Indonesia.
Permintaan itu diunggah SBY di akun Twitter pribadinya dengan disertai foto yang membuat siapa saja yang melihatnya terenyuh. Dalam foto tersebut, SBY terlihat mencium kening sang Ibunda yang tengah terbaring.
"
Saya beserta keluarga mohon doa dari seluruh sahabat agar Ibunda kami tercinta Siti Habibah yang saat ini sedang dirawat di ICU dapat diangkat segala penyakitnya oleh Allah SWT dan dapat kembali berkumpul bersama keluarga tercinta. Amin YRA. *SBY*," tulisnya pada 13 Agustus lalu.
Rencananya jenazah Siti Habibah akan dimakamkan di Tanah Kusir pada Sabtu (31/8/2019) setelah Zuhur, sambil menunggu putra bungsu SBY, Ibas Yudhoyono yang sedang berada di Mesir.
Siti Habibah berpulang setelah mengidap penyakit komplikasi. Ia menghembuskan napas terakhirnya di usia ke-87 tahun.
Kepergian ibunda dan istri SBY dalam waktu yang relatif dekat menarik perhatian masyarakat Indonesia. Tagar
#PakSBY menjadi
trending topic di media sosial Twitter. Banyak
netizen ikut berduka atas kepergian dua orang terkasih SBY.
"
Tahun 2019 benar-benar tahun yang berat untuk Bapak SBY, kehilangan dua orang tercinta, terutama saat mendekati hari yang istimewa bagi beliau, tetap kuat dan tabah pak SBY," tulis salah seorang
netizen.
Kehilangan orang tua, baik ayah atau ibu untuk selama-lamanya seperti
SBY adalah pengalaman manusia yang paling emosional. Pada anak, peristiwa ini tak hanya membuat mereka traumatis tetapi juga mengubah mereka secara biologis dan psikologis.
"Dalam skenario terbaik, kematian orang tua dapat diantisipasi dan ada waktu bagi keluarga untuk mempersiapkan, mengucapkan selamat tinggal, dan mengelilingi diri mereka dengan dukungan," kata psikiater dr. Nikole Benders-Hadi, dikutip dari
Fatherly.
Namun dalam kasus kematian tak terduga, seperti penyakit akut atau kecelakaan, anak yang sudah dewasa sekalipun akan mengalami fase penolakan dan kemarahan akibat rasa kehilangan. Hal ini bisa terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.
[Gambas:Video Insertlive]
(som/som)