HaiBunda

PARENTING

Konsumsi Makanan Cepat Saji Terkait Risiko Depresi Anak

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 10 Sep 2019 18:00 WIB
ilustrasi makanan cepat saji dan risiko depresi anak/ Foto: iStock
Jakarta - Remaja yang sering mengonsumsi makanan cepat saji rawan depresi. Ini menegaskan pentingnya diet sehat pada anak-anak baik di rumah maupun di sekolah demi kesehatan fisik dan mentalnya.

Para peneliti dari University of Alabama di Birmingham menemukan hubungan antara diet tinggi sodium, rendah kalium, dan depresi pada siswa sekolah menengah, Bun. Salah satu penyebab meningkatnya depresi di kalangan remaja Amerika Serikat (AS) diyakini sering mengonsumsi makanan cepat saji, serta jarang makan asupan serat dan protein.

Hasil penelitian ini menjadi dasar imbauan orang tua untuk membatasi makanan cepat saji seperti kentang goreng, pizza, dan makanan olahan asin lainnya. Kemudian, jangan lupa menerapkan diet sehat dan seimbang.


Peneliti menganalisa urine sekelompok siswa sekolah menengah dan menemukan kadar sodium yang tinggi dan kadar kalium yang rendah. Selain itu, diamati juga tanda-tanda depresi pada anak juga orang tuanya. Hasil penelitian menunjukkan camilan tidak sehat tinggi kadar sodiumnya.

"Ini termasuk makanan cepat saji, makanan beku, dan makanan ringan tidak sehat," kata Sylvie Mrug, ketua peneliti mengutip Medical Daily.

Menurut Mrug, makanan rendah potasium atau kalium berarti indikasi kurang buah-buahan dan sayuran sehat yang kaya kalium. Termasuk pisang, ubi, bayam, tomat, jeruk, alpukat, yoghurt, dan salmon.

"Temuan penelitian ini masuk akal, karena makanan kaya kalium adalah makanan sehat," ujar ahli diet Lisa Drayer.

Drayer bilang apabila remaja lebih banyak mengonsumsi makanan yang kaya kalium, kemungkinan mereka lebih berenergi dan kesehatan mentalnya lebih baik.

Sementara itu, American Psychological Association memperingatkan meningkatnya depresi pada anak usia 12 - 17 tahun hingga 52 persen dari 2005 hingga 2017. Sebelumnya, sebuah studi tahun 2012 tentang anak-anak dan remaja di AS menemukan konsumsi sodium yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah.

ilustrasi makanan cepat saji dan risiko depresi anak/ Foto: iStock
Selain itu, juga terdapat hubungan langsung yang signifikan antara sodium dan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular. Contoh makanan tinggi sodium antara lain penyedap dan daging olahan atau olahan hewani lainnya.

Mau punya kulit indah? Resep jus detoks di video ini bisa membantu, Bun.

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Menjalani Kehamilan di Tengah Riuhnya Indonesia: Bumil Harus Bagaimana?

Kehamilan Tim HaiBunda

Siap-siap Sambut Bundafest 2025! Banyak Talkshow Seru & Edukatif

Haibunda Squad Triyanisya & Sandra Odilifia

5 Tanda Alami Gangguan Digital Hoarding, Salah Satunya Menimbun Foto di Ponsel

Mom's Life Amira Salsabila

Cara Membesarkan Anak agar Tidak Tumbuh dengan Mental Seperti Oknum yang Merugikan Masyarakat

Parenting Nadhifa Fitrina

Apa itu Fibroid Rahim yang Dialami Sejumlah Artis Hollywood? Kenali Penyebab & Gejalanya

Kehamilan Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Ternyata Orang Tua Hanya Punya 10 Persen Waktu untuk Diri Sendiri

Menjalani Kehamilan di Tengah Riuhnya Indonesia: Bumil Harus Bagaimana?

Siap-siap Sambut Bundafest 2025! Banyak Talkshow Seru & Edukatif

Kisah Aden Bajaj Kerja Serabutan Hidupi Keluarga di Masa Sulit, Pernah Jadi Supplier Ayam Potong

Cara Membesarkan Anak agar Tidak Tumbuh dengan Mental Seperti Oknum yang Merugikan Masyarakat

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK