Jakarta -
Membesarkan anak sukses luar biasa bangganya. Namun, Esther Wojcicki, ibu dari
CEO YouTube Susan Wojcicki ini merasa tidak mengklaim semua penghargaan atas keberhasilan anak-anaknya. Esther merasa ketiga anaknya adalah orang-orang yang cakap dan peduli.
Selain Susan, anak lainnya Janet adalah profesor di bidang kesehatan anak, ia juga merupakan dokter spesialis anak. Sementara itu, Anne adalah co-founder dan CEO dari 23andMe, perusahaan bioteknologi. Mereka berada di puncak profesi yang sangat kompetitif dan dunia profesi mereka didominasi pria.
"Orang tua terus-menerus meminta nasihat kepada saya. Melalui pengalaman puluhan tahun saya sebagai seorang ibu, nenek dan pendidik, saya telah mengidentifikasi beberapa nilai dasar yang membantu anak-anak kita mencapai kesuksesan. Salah satu dari nilai-nilai ini adalah kebaikan, dan itu salah satu yang gagal diajarkan oleh beberapa orang tua kepada anak-anak mereka," ujar Esther Wojcicki dikutip dari CNBC.
Esther pun membagikan beberapa kesalahan orang tua dalam mendiidk anak. Berikut kesalahan-kesalahan yang dilakukan banyak orang tua, Bun.
1. Tak tahu cara ajarkan anak untuk peduli"Saya tumbuh besar mempercayai bahwa tugas saya untuk berkontribusi dan membuat komunitas kami lebih baik. Saya masih merasa seperti itu. Jika semua orang hanya duduk dan berbicara, tidak ada yang dilakukan. Saya selalu menjadi seorang pelaku (inisiator). Semua ini memengaruhi putri saya, bukan karena saya memberi kuliah kepada mereka tentang pentingnya melayani masyarakat tetapi karena saya benar-benar peduli," kata Esther.
Esther memberikan contoh sederhana pada anak-anaknya. Ia melakukan tindakan yang setidaknya bisa anak-anaknya capai. Ternyata, menurut Esther, dampaknya luar biasa bagi kesejahteraan anak.
 Wojcicki bersaudara/ Foto: Getty Images |
2. Tak berikan anak kesempatan untuk terlibat di sebuah komunitasMenjadi sukarelawan saat remaja atau kuliah dengan anak-anak yang lebih muda mengalami penurunan suasana hati yang negatif dan risiko sakit kardiovaskular, menurut sebuah studi 2013. Studi lain, dari 2016, menemukan bahwa remaja yang menjadi sukarelawan memiliki risiko yang kecil untuk melakukan perbuatan menyimpang.
Akan tetapi, kata Esther, berapa banyak dari kita yang memikirkan hal ini ketika
mengasuh anak? Berapa banyak dari kita menunjukkan kepada anak-anak kita, melalui perilaku kita sendiri? Berapa banyak anak yang merasa diberdayakan untuk menghadapi tantangan terbesar di zaman kita dan menemukan cara untuk berkontribusi?
"Sedih untuk dikatakan, tetapi saya perhatikan semakin banyak anak yang benar-benar fokus pada diri mereka sendiri. Misalnya, tempat mereka ingin kuliah, tempat liburan yang dituju, barang-barang yang ingin mereka beli. Saya tidak berpikir terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa helicopter parenting telah memainkan peran besar dalam hal ini," ujar Esther.
3. Tidak mengarahkan tujuan anak dalam menggapai cita-citaKata Esther, kebanyakan orang menganggap orang sukses adalah punya uang banyak dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Bukan untuk melayani, bukan tujuan. Jika kita memiliki tujuan, itu untuk membuat diri kita bahagia. Akan tetapi, menurut Esther, orang yang paling bahagia adalah orang yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Ketika anak kita kelak melakukan sesuatu untuk membantu orang lain, Bun.
"Hal utama yang Anda butuhkan adalah sikap yang benar, terhadap diri sendiri danÂ
anak-anak Anda. Anda bisa mulai dari yang kecil. Menjadi sukarelawan selama satu jam di komunitas Anda. Teliti masalah yang memengaruhi lingkungan Anda," tutur Esther.
Simak juga tips menjaga kedekatan dengan anak melalui video berikut.
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)