Jakarta -
Almarhum BJ Habibie dikenang sebagai pribadi yang hangat, ramah, dan pintar. Dalam banyak kesempatan, presiden ketiga RI itu meminta dipanggil Eyang pada orang yang bertemu dengannya. Ya, Eyang Habibie begitu biasa disapa.
Sebagai sosok yang genius, dia juga memiliki sapaan sebagai Mr Crack. Melansir
detikcom, Habibie memiliki berjasa besar dalam menemukan Teori Crack Propagation, sebuah solusi untuk mendeteksi rambatan kerusakan konstruksi pada badan pesawat. Keahliannya dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang, inilah yang kemudian membuatnya dijuluki Mr. Crack.
Kepandaian Habibie sendiri sudah menonjol sejak kecil. Dalam buku
"Rudy", Kisah Masa Muda Sang Visioner yang ditulis Gina S Noer, diceritakan kalau Habibie sangat suka membaca. Hal itu berbanding terbalik dengan adiknya, Junus Effendi Habibie atau lebih karib disapa Fanny.
Namun, perbedaan itu yang justru mendekatkan Habibie dan Fanny, Bun. Hubungan kakak dan adik ini jadi
sibling goals, yang menarik untuk dijadikan bahan renungan dalam mendidik buah hati.
Kisah masa kecil Habibie dan adiknya/ Foto: Antara Foto |
Rudy, sapaan Habibie kecil, hobi membaca dan senang mengurung diri di dalam kamar. Membuat sang mami, Toeti Saptomarini memaksanya keluar rumah untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Bahkan, saat itu diceritakan kalau Habibie mengalami gagap saat bicara karena tak terbiasa bicara dengan banyak orang di luar rumah.
Sedangkan Fanny, yang hanya terpaut satu tahun, tumbuh menjadi anak yang ceria dan pandai bersosialisasi. Fanny disebut sebagai anak laki-laki yang flamboyan dan bandel. Dia bisa bermain dengan siapa saja dan dimana saja.
Ibaratnya, kalau Habibie bisa bertahan hidup karena genius dalam bidang eksakta, Fanny bisa bertahan hidup karena genius dalam menghadapi perilaku manusia. Fanny dan Habibie, saling melengkapi. Fanny sering memaksa Habibie untuk bermain di luar rumah. Tapi membuat mami mereka, harus punya trik lain untuk menghadapi keduanya, Bun.
Sebab, Rudy dan Fany punya kesepakatan khusus. Rudy akan pura-pura ke lapangan, padahal dia kembali ke rumah dan masuk lewat jendela kamarnya. Dia akan membantu Fanny kabur lewat jendela dan kembali bermain. Begitu seterusnya, hingga pada suatu waktu Rudy mengetuk jendela kamarnya, yang membukakan justru Mami.
He-he-he.
Kisah masa kecil Habibie dan adiknya/Foto: Repro Buku Habibie |
Rudy dan Rudy bagaikan satu tubuh. Kalau Rudy membeli sesuatu pasti Fanny dibelikan. Hal itu berlanjut sampai mereka dewasa. Ketika pelantikan Fanny menjadi Dirjen Perhubungan Laut, Rudy menghadiahi jam yang sama dengan miliknya. Cincin yang dipakai Fanny sama juga dengan milik Rudy.
Kalau dalam tokoh pewayangan, Rudy itu Yudistira dan Fanny itu Bima. Rudy otak dan Fanny adalah ototnya. Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon dan mengatakan bahwa Fanny harus segera datang karena keadaan gawat. Fanny buru-buru datang dan menyaksikan Rudy sedang bengong di pinggir jalan.
"Kamu kenapa?" kata Fanny.
"Kunci mobil ketinggalan di dalam."
Fanny mengambil obeng dan mulai mengotak-atik lubang kunci, tetapi Rudy kembali protes. "Kalau kamu merusak kuncinya itu justru lebih mahal."
Fanny bingung. "Jadi?"
"Pecahkan saja kacanya pakai batu ini!" kata Rudy mengambil sebongkah batu besar. Fanny pun memecahkan kaca mobil itu dan akhirnya mereka bisa pulang. Dalam perjalanan Fanny berpikir kalau memang Rudy sudah tahu solusinya kenapa mesti menunggu Fanny. Fanny akhirnya menyadari bahwa konsep itulah yang mereka anut sejak kecil. Gagasan akan muncul dari Rudy dan Fanny yang akan melaksanakannya.
Begitulah mereka menjalani hidup, saling melengkapi sebagai saudara kandung. Bunda bisa mengambil hal-hal positif dari cerita masa kecil keduanya. Meski memiliki keunggulan yang berbeda, saat dewasa keduanya berhasil membuktikan prestasinya di bidang masing-masing.
Melansir
Wikipedia, Fanny menjalani karier sebagai tentara angkatan laut, dan memutuskan untuk berhenti dengan jabatan kapten di tahun 1965. Setelah itu, dia meniti karier di birokrat dan pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Jendral Perhubungan Laut.
Sedangkan jabatan terakhirnya yaitu Duta Besar Indonesia untuk Belanda (2006-2010). Fanny menghembuskan napas terakhirnya di Jakarta pada 12 Maret 2012 di usia 74 tahun.
Thareeq Habibie ceritakan tentang kenangan kopiah terakhir ayahnya, simak dalam video berikut:
[Gambas:Video 20detik]
(rap/iiy)