Jakarta -
Kawan saya, Mahardhika Utama, tak tahu kalau namanya ramai disebut di dunia maya beberapa waktu lalu. Saat kejadian itu, ia masih berada di Riau, meliput situasi kabut asap.
Ia santai-santai saja sampai beberapa orang memberitahunya bahwa ia
diomongin orang, sebagian dengan nada tidak enak. Penyebabnya, potongan rekaman video saat ia melaporkan langsung persiapan
pemakaman Presiden Ketiga Republik Indonesia BJ.Habibie beberapa hari sebelumnya, dibagikan oleh seseorang di media sosial.
Di situ, Mahardhika menjelaskan proses pemakaman secara militer itu dengan kalimat berbunyi: "Prosesi ini diperkirakan akan berlangsung sekitar 30 menit sampai satu jam, dan nanti akan diakhiri dengan satu tiupan terompet sangkakala".
Pengunggah video itu menambahkan
caption yang tendensius, bahwa seperti itulah jadinya jika seseorang nekat presentasi tanpa persiapan. Kata "sangkakala" itu yang dipermasalahkan. Seorang selebritas kemudian membagikan lagi video itu melalui akun Instagram-nya, dengan menambahkan
caption yang terkesan
menyindir.
 Pemakaman BJ Habibie/ Foto: Foto: (Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden). |
"
Astaghfirullah. Apakah ini tanda kiamat? Apakah Malaikat Israfil sudah turun?" tulisnya lengkap dengan emoji senyum. Viral jadinya. Selebritas ini memang belakangan dikenal sebagai "tokoh artis hijrah" yang kerap menghubungkan apa pun dengan agama.
Sebagian dari dua juta lebih
followers sang selebritas kemudian menyambut unggahan itu. Mahardhika menjadi bahan tertawaan, dimaki-maki dan disebut bodoh. Ada juga yang menganjurkan agar sang selebritas mengajak Mahardhika untuk ikut pengajian supaya tahu apa itu sangkakala.
Padahal Mahardhika tidak salah sama sekali. Upacara pemakaman Presiden Habibie itu upacara militer, dan sangkakala memang merupakan istilah militer untuk menyebut trompet. Di TNI, ada kesatuan "Genderang Sangkakala" atau Gersang yang bertugas memukul genderang dan meniup trompet sangkakala pada upacara militer tertentu, seperti pemakaman prajurit atau apel pasukan.
 Arie Untung dan Fenita/ Foto: Putri Qalby |
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring sendiri, lema sangkakala diberi dua pengertian: Sangkakala/sang·ka·ka·la/ n 1 trompet (dari kulit kerang, dan sebagainya); trompet berkala atau bunyian berkala. 2 tanda bunyi-bunyian (trompet dan sebagainya) dengan arti yang khusus, seperti bangun pagi, apel, makan siang, tidur.
Dua itu saja, tidak ada yang merujuk pada trompet Malaikat Israfil. Dalam kepercayaan agama kita, alat bebunyian yang akan ditiup Malaikat Israfil ketika kiamat nanti justru disebut "shur", cuma memang sering dialihbahasakan menjadi sangkakala. Menyadari kekeliruannya, pengunggah video pertama itu pun meminta maaf. Selebritas yang mantan VJ MTV itu juga menghapus postingan-nya dan ikut meminta maaf.
Tapi Mahardhika dan kantor tempat kami bekerja sudah terlanjur dirundung
netizen. Dikata-katai segala macam.
Digoblok-goblokin. Netizen memang luar biasa. Selalu maha benar.
Untungnya Mahardhika tak terlalu mempermasalahkan. Pulang kembali ke Jakarta setelah meliput kabut asap di Riau, koresponden
CNN Indonesia TV ini tidak mengunggah sanggahan apa pun di Facebook-nya. Ia malah memasang foto sedang melepas rindu dengan anaknya. Sungguh seorang bapak yang baik.
HiperkorekKasus hiperkorek semacam ini sebenarnya adalah fenomena umum dalam interaksi bahasa. Hiperkorek adalah "mengoreksi" sesuatu yang sudah benar sehingga menjadi salah. Itu hal biasa. Namun menjadi tidak biasa ketika upaya itu diikuti tendensi negatif lain, misalnya mengoreksi untuk merendahkan orang supaya dianggap lebih berpengetahuan, membuat orang lain tampak inferior untuk meninggikan diri sendiri, atau membuat golongan lain tampak lebih
kuffar untuk menunjukkan golongan sendiri yang lebih saleh. Atau sekadar ingin membuat orang lain tampak tolol agar bisa menertawainya.
 Ilustrasi anak belajar/ Foto: iStock |
Yang dicari bukan lagi kebenaran, melainkan kebanggaan diri. Semesta ini maha luas, begitu pun ilmu yang tersembunyi di dalamnya. Banyak yang belum dipelajari, tapi waktu kita sangat sedikit, konon begitu kata Hipokrates. Bahkan manusia sejenius Leonardo Da Vinci pun, menyebut dirinya sendiri sebagai
sanza lettere, lelaki tanpa pengetahuan. Itu semacam pengingat bahwa lingkar kepala kita tidak seberapa besar untuk menampung semua pengetahuan, apalagi jika ditambah keangkuhan.
Pernah ada seseorang yang menulis "impunitas" di slide presentasinya. Dan seseorang yang mungkin merasa sudah banyak membaca buku kesehatan lalu mengoreksinya. Anda salah, itu
typo, katanya. Yang benar adalah "imunitas". Yang dikritik senyum-senyum saja.
Dua kata itu sama-sama bermakna kekebalan terhadap sesuatu, tapi kata "impunitas" memang mungkin tidak akan ditemukan di buku kesehatan. Namun tidak berarti itu tidak ada.
Apa yang bisa kita petik dari kasus ini, Nak, adalah agar kita selalu berhati-hati pada pengetahuan kita. Karena selalu ada yang namanya batas. Guru-guru kita selalu mengingatkan, selalu ada yang lebih tahu daripada kamu di luar sana. Yang tidak pernah kamu lihat, belum tentu tidak ada. Yang belum pernah kamu dengar, belum tentu itu salah.
Jangan merasa lebih pintar karena sudah membaca banyak buku, atau karena sudah melihat banyak hal. Silakan merayakan pengetahuanmu dengan merasa senang, tapi seburuk-buruk kesenangan adalah kesenangan yang diperoleh dengan menghinakan orang lain. Untuk bisa tertawa, kamu tak harus menempelkan kertas
post-it bertuliskan "saya bodoh" di punggung orang lain.
==
Fauzan Mukrim
Ayah River dan Rain. Menulis seri buku #DearRiver
dan Berjalan Jauh
, juga sebuah novel Mencari Tepi Langit
. Jurnalis di CNN Indonesia TV
, dan sedang belajar membuat kue. IG: @mukrimfauzan.Buku terbarunya, #DearRain
, terbit September 2019 dan sudah bisa didapatkan di toko buku terdekat.
Bunda mau lihat lagi cara mengajarkan anak mengenai nilai-nilai baik? Simak video mengenai apa yang harus dilakukan saat anak sudah bilang sayang ke lawan jenis berikut ini ya, Bun!
[Gambas:Video Haibunda]
(ziz/ziz)