Jakarta -
Bunda di rumah menyebutÂ
alat kelamin ke anak-anak sesuai namanya atau pakai sebutan 'aneh'? Misalnya, penis menjadi 'burung' dan vagina menjadi 'kue apem'. Kalau iya, baiknya ubah kebiasaan dengan menyebut alat kelamin dengan nama sebenarnya.
"Anak-anak harus diajari istilah sebenarnya untuk semua bagian tubuh mereka," kata Dona Matthews, Ph.D., Executive Director, Millennium Dialogue on Early Child Development, University of Toronto, mengutip
Psychology Today.
Menurut Matthew, apabila anak-anak tahu dan merasa nyaman menggunakan istilah sebenarnya untuk bagian tubuh pribadi mereka seperti penis, skrotum, klitoris, vagina, mereka bisa melindungi dirinya dari pelecehan seksual. Berbeda lagi jika anak-anak merasa canggung menyebut organ intimnya.
Anak cenderung kurang mau memberi tahu orang tua jika seseorang menyentuh area pribadinya. Matthew menjelaskan sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengetahui istilah anatomi yang benar meningkatkan citra tubuh,Â
kepercayaan diri dan keterbukaan anak-anak.
"Ini juga mencegah kerentanan mereka terhadap pelaku kejahatan seks. Ketika anak-anak dilecehkan, mengetahui bahasa yang benar membantu anak mengungkapnya, terlebih kalau perlu wawancara forensik.
Sementara itu, psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi pernah mengatakan supaya nggak malu menyebut vagina atau penis ke anak, kita perlu tanamkan di pikiran kita kalau alat kelamin juga anggota tubuh, sama kayak kita menyebut mata, kaki, dan tangan.
 ilustrasi pendidikan seks untuk anak/ Foto: iStock |
Meski begitu, memang Ratih nggak menampik perasaan malu waktu nyebut penis dan vagina ke anak bisa berawal dari budaya kita yang menganggap penis atau vagina sesutau yang tabu. Ini membuatnya dianggap sesuatu yang jorok.
Padahal, kata Ratih,
vagina dan penis, enggak jorok kok. "Yang jorok adalah ketika tangan yang penuh kuman menyentuh penis atau vagina. Jorok itu kan kotor," ujar Ratih.
Bunda, simak juga
(rdn/rdn)