HaiBunda

PARENTING

Pendidikan Seks untuk Remaja: Pacaran Sehat Hingga Free Sex

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 15 Oct 2019 15:02 WIB
Ilustrasi pendidikan seks untuk remaja/ Foto: iStock
Jakarta - Anak memang sebaiknya mendapat pendidikan seksual sedini mungkin. Namun, tugas orang tua belum berakhir dalam memberi pendidikan seksual untuk anak meski mereka sudah mengalami menstruasi atau mimpi basah.

"Jadi buat para orang tua, tolong jangan merasa ketika sudah menjelaskan tentang menstruasi atau mimpi basah, tugasnya sudah selesai. Enggak gitu," kata psikolog anak dari Mayapada Healthcare Jakarta Selatan, Adisti F Soegoto, yang biasa dipanggil Adis.

Adis bilang, saat anak mulai beranjak remaja, rasa ingin tahu mereka tentang hal-hal yang berbau seksual juga semakin tinggi, Bun. Terkadang, anak mencari tahu dari temannya atau bahkan dari internet yang sumbernya entah bisa dari mana saja.


"Akses pornografi juga akan tinggi, meningkat ketimbang masa anak-anak," ujar Adis saat ngobrol dengan HaiBunda.

Dan saat anak sudah remaja, kata Adis, orang tua juga bisa hanya memberikan pengetahuan seksual sebatas kesehatan reproduksi. Kini, orang tua bisa menjelaskan seperti apa pacaran yang sehat.

"Karena banyak juga remaja yang enggak tahu bahwa 'Oh emang kalau cuma ciuman peluk itu enggak hamil ya. Atau aku muntah-muntah, aku hamil'," kata Adis.

Karena ketidaktahuan itu, menurut Adis, anak jadi rawan melakukan hubungna seks dengan siapa saja.

"Jadi untuk para remaja, kita bisa sampaikan penyakit menular seksual. Apa tujuannya untuk tidak boleh berhubungan seks di luar nikah. Kadang ada yang mengaitkan dengan faktor agama. Tapi, dari segi kesehatan itu seperti apa sih," katanya.

Seperti kita ketahui, anak-anak 'jaman now' itu usia pubernya semakin maju. Terkadang anak kelas 5 SD saja sudah menstruasi. Untuk itu, orang tua perlu menjelaskan apa itu menstruasi atau mimpi basah saat usia praremaja, sekitar kelas 3 dan 4 SD.

Ilustrasi pendidikan seksual untuk remaja/ Foto: iStock
Nah karena ini sudah spesifik tentang perempuan dan laki-laki, Adis mengatakan Bunda dan Ayah sangat berperan dan saling membagi tugas. Ibu lebih memberi pendidikan seksual pada anak perempuan, sedangkan ayah memberi pendidikan seksual untuk anak anak laki-laki.

Sementara itu Hana Yasmira, MSi., parenting communication specialist, menjelaskan bahwa pada masa pubertas emosi anak terganggu. Sehingga, baiknya Ayah dan Bunda masing-masing berperan aktif mendekati anak dari gender yang sama.



"Jika karena satu dan lain hak, anak laki-laki tidak memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan ayahnya, silakan minta bantuan kepada figur laki-laki dewasa lain yang dekat secara emosional dengan anak," kata wanita yang akrab disapa Bunda Hana ini dalam bukunya Right From the Start (Benar dari Awal).

Simak juga manfaat berkuda untuk anak di video berikut.

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Jessica Jane dan Erwin Phang Akhirnya Bulan Madu ke Jepang, Intip Potret Keseruannya

Mom's Life Amira Salsabila

Fakta soal Konsumsi Obat Tylenol saat Hamil yang Disebut Bisa Memicu Autisme

Kehamilan Annisa Karnesyia

Isabel Putri Ayu Azhari Berhasil Jadi Wakil 2 None Jakarta 2025, Intip Potretnya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Bikin Nyesel, Ini Bahaya Oversharing dan Penyebabnya

Mom's Life Amira Salsabila

Apakah Perut Ibu Hamil Bisa Berlipat?

Kehamilan Melly Febrida

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Jessica Jane dan Erwin Phang Akhirnya Bulan Madu ke Jepang, Intip Potret Keseruannya

Fakta soal Konsumsi Obat Tylenol saat Hamil yang Disebut Bisa Memicu Autisme

Bikin Nyesel, Ini Bahaya Oversharing dan Penyebabnya

Jadwal Makan Ideal Bayi Usia 6-12 Bulan, Bunda Perlu Tahu

11 Drama Korea Era Dinasti Joseon Terbaru 2025, Seru Semua

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK