parenting
Anak Durhaka dari Surabaya, Tega Maki Ibu Kandung Idiot
Rabu, 16 Oct 2019 18:42 WIB
Jakarta -
Lagi-lagi terjadi, seorang anak tega memaki ibunya sendiri dengan kata-kata kasar. Publik kembali dihebohkan dengan isi makian yang diposting akun bernama Friska Meila Anatasya
Melansir dari detikcom, unggahan ini diposting pada 11 Oktober 2019 lalu. Friska mengunggahnya pertama kali pada pukul 10.56.
"Orang tua yang enggak bisa bahagiakan anak enggak pantas disebut orang tua, cocoknya dipanggil babi," tulis Friska.
Berselang tiga menit, Friska kembali memngunggah kalimat makian lain, Bun. Kali ini dia membandingkan hidupnya dengan anak lain.
"Iri melihat mereka lahir di keluarga yang dimanjain orang tuanya kaya, apapun dituruti beda sama orang tuaku, harus ditendang dulu baru manut. Dibentak cuma bisa mewek alasan sakit lah, pusing lah, linu lah. Kalau memang sudah penyakitan kenapa enggak sekalian mati ibu goblok! Nyusahin anak doang!," ujarnya.
Makian Friska tidak berhenti sampai di situ. Kali ini, dia juga mengunggah gambar seorang wanita yang tidur di atas kasur dengan tubuh sampai wajah tertutup selimut. Di duga ini adalah gambar sang ibu.
"Tuh ibu gua, tidur seharian enggak jauh beda dengan babi. Dibentak nangis, enggak habis pikir gua bisa dilahirkan wanita idiot gini," tulisnya.
Sampai saat ini tim cyber crime masih melakukan penyelidikan. Akun ini diketahui palsu, namun konten postingan diduga asli.
Fokus utama polisi adalah mencari identitas perempuan ini. Lalu secepatnya mengevakuasi sang ibu yang diduga sedang sakit.
"Ibunya harus cepat kita evakuasi untuk ditangani medis," kata Kapolres Blitar, AKBP Budi Hermanto.
Emosi yang meledak dan berujung pada kekerasan memang tak patut dicontoh. Apalagi dilakukan anak pada orang tuanya sendiri.
Sarah Ockwell-Smith, pendiri situs Gentleparenting mengatakan, anak-anak akan memukul atau menendang jika ada yang memicu. Dalam keadaan ini memang tidak ada gunanya lagi orang tua bicara.
"Kondisi siaga tinggi yang dialami akan menghambat kemampuan anak untuk mendengrkan orang tua dan merasionalisasilan perilaku mereka," kata Ockwell-Smith dalam bukunya The Gentle Discipline.
Ockwell-Smith menyarankan untuk orang tua menerima emosi anak namun sebisa mungkin tetap tagas. Langkah selanjutnya ajak anak berdiskusi untuk mencapai kesepakatan dan terakhir minta bantuan pihak lain terutama jika anak masih sekolah.
"Orang tua perlu juga mencari tahu apa yang menjadi pemicu perilaku, bisa saja dari sekolahnya anak," pungkasnya.
(ank/rdn)
Melansir dari detikcom, unggahan ini diposting pada 11 Oktober 2019 lalu. Friska mengunggahnya pertama kali pada pukul 10.56.
Berselang tiga menit, Friska kembali memngunggah kalimat makian lain, Bun. Kali ini dia membandingkan hidupnya dengan anak lain.
"Iri melihat mereka lahir di keluarga yang dimanjain orang tuanya kaya, apapun dituruti beda sama orang tuaku, harus ditendang dulu baru manut. Dibentak cuma bisa mewek alasan sakit lah, pusing lah, linu lah. Kalau memang sudah penyakitan kenapa enggak sekalian mati ibu goblok! Nyusahin anak doang!," ujarnya.
Makian Friska tidak berhenti sampai di situ. Kali ini, dia juga mengunggah gambar seorang wanita yang tidur di atas kasur dengan tubuh sampai wajah tertutup selimut. Di duga ini adalah gambar sang ibu.
"Tuh ibu gua, tidur seharian enggak jauh beda dengan babi. Dibentak nangis, enggak habis pikir gua bisa dilahirkan wanita idiot gini," tulisnya.
Sampai saat ini tim cyber crime masih melakukan penyelidikan. Akun ini diketahui palsu, namun konten postingan diduga asli.
Fokus utama polisi adalah mencari identitas perempuan ini. Lalu secepatnya mengevakuasi sang ibu yang diduga sedang sakit.
![]() |
Emosi yang meledak dan berujung pada kekerasan memang tak patut dicontoh. Apalagi dilakukan anak pada orang tuanya sendiri.
Sarah Ockwell-Smith, pendiri situs Gentleparenting mengatakan, anak-anak akan memukul atau menendang jika ada yang memicu. Dalam keadaan ini memang tidak ada gunanya lagi orang tua bicara.
"Kondisi siaga tinggi yang dialami akan menghambat kemampuan anak untuk mendengrkan orang tua dan merasionalisasilan perilaku mereka," kata Ockwell-Smith dalam bukunya The Gentle Discipline.
Ockwell-Smith menyarankan untuk orang tua menerima emosi anak namun sebisa mungkin tetap tagas. Langkah selanjutnya ajak anak berdiskusi untuk mencapai kesepakatan dan terakhir minta bantuan pihak lain terutama jika anak masih sekolah.
"Orang tua perlu juga mencari tahu apa yang menjadi pemicu perilaku, bisa saja dari sekolahnya anak," pungkasnya.
(ank/rdn)