Jakarta -
MelihatÂ
anak tantrum sampai menyakiti diri sendiri, seperti memukul atau bahkan menghantukkan bagian tubuhnya ke benda keras, tentu bikin khawatir ya, Bunda. Jika sudah seperti itu, sebaiknya apa yang orang tua lakukan?
Psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi menyarankan, jika anak sampai membahayakan dirinya saat
tantrum, cobalah berikan pelukan beruang.
"Caranya, peluklah anak dari belakang seperti beruang," kata Ratih, dilansir
detikcom.Ketika memeluk anak, peluk semua tubuhnya, Bunda, agar dia tidak bisa menggerakkan tangan untuk memukul. Selain itu, orang tua juga diharapkan untuk tidak ikut emosi. Sebab, ledakan emosi orang tua tidak akan membuat keadaan lebih baik. Jadi, sebaiknya biarkan saja anak melampiaskan energinya.
"Lalu katakan kepada anak, seperti 'kamu boleh nangis kejer tapi mama nggak bakal kasih apa yang kamu mau'. Jadi, orang tua harus bersikap santai untuk menghadapinya," sambung Ratih.
 Ilustrasi anak suka melukai diri sendiri saat tantrum/ Foto: iStock |
Selain itu, melansir dari
Very Well Family, berikut ini tiga cara yang bisa dilakukan untuk menyikapi anak yang suka menyakiti dirinya sendiri ketika marah atau tantrum.
1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk anakKetika anak menemukan banyak cara untuk melukai diri mereka sendiri saat tantrum, maka orang tua harus mencegah itu dengan menciptakan lingkungan yang aman, seperti menjauhkan benda-benda berbahaya dari jangkauan si kecil.
2. Lindungi dengan bantuan fisikBunda bisa mencegah mereka memukul dirinya sendiri dengan memblokir tinju atau pukulannya dengan menggunakan tangan Bunda. Tindakan ini juga bisa menenangkan balita dan mencegah cedera. Intinya adalah bagaimana untuk membuat anak aman, dan melunakkan rasa sakit dan frustrasi yang mereka rasakan.
3. Bicaralah dengan kata-kata yang menenangkanCoba hibur anak dengan memberitahu bahwa mereka aman dan kita ada bersamanya. Selain itu, kita juga bisa memberi mereka sesuatu untuk dipegang, seperti boneka beruang atau secangkir air untuk diminum.
Meskipun kita ada keinginan untuk mencoba berunding atau memberi nasihat tentang perilaku mereka, namun ini bukan saatnya, Bunda. Lebih penting untuk menenangkan mereka dan mengurangi risiko yang bisa merugikan mereka. Setelah keadaan lebih tenang, barulah kita mulai mengajarkan anak tentang cara yang sehat untuk mengekspresikan frustrasi.
Kita mungkin bisa memulai dengan mengatakan pada anak, "Bunda bisa melihat kamu benar-benar merasa marah." Nah, saat anak tahu kita memahami frustrasi dan kemarahan mereka, mereka cenderung akan menunjukkan kepada kita betapa sedihnya mereka dan akan berhenti memukuli diri sendiri.
[Gambas:Video 20detik]
(yun/muf)