parenting
Kecanduan Game, Remaja Thailand Terserang Stroke Hingga Tewas
Kamis, 07 Nov 2019 16:41 WIB
Jakarta -
Nasib nahas menimpa seorang remaja di Thailand, Bunda. Remaja tersebut tewas karena kecanduan bermain game.
Dilansir Mirror, Piyawat Harikun (17) ditemukan tewas di meja komputer di kamar rumahnya, di Udon Thani, Thailand. Piyawat memang mengisi waktu liburan tengah semesternya dengan bermain game online multiplayer dari PC di kamarnya.
Menurut ayahnya, Jaranwit, Piyawat terlalu sering main game multiplayer. Dia bahkan sampai rela begadang.
Meski sudah dilarang dan diperingati berkali-kali oleh orang tuanya. Tampaknya tidak Piyawat dengar, dia tetap saja bermain. Tak jarang makanan pun dia bawa ke dalam kamar.
Diceritakan sang ayah, dia menemukan anaknya pada Senin sore. Piyawat terjatuh di bawah meja PC nya. Kamarnya tampak berantakan dengan tumpukan CD games, kotak makanan, serta minuman ringan. Sedangkan headphone-nya tergelatak di atas PC.
Jaranwit kemudian mencoba membangunkan anaknya. Namun sama sekali tidak ada respons.
"Saya panggil namanya dan bilang, 'Bangun! bangun!' Tapi dia tidak merespons. Saya lihat sudah meninggal," kata Jaranwit.
Tim medis yang mengevakuasi jasad korban mengatakan bahwa korban tewas karena stroke akibat semalaman bermain games. Ayahnya pun mengakui bahwa Piyawat memang kecanduan game online. Jaranwit kemudian berpesan pada orang tua agar menjaga anak mereka supaya tidak kecanduan game.
"Saya ingin kematian anak saya menjadi contoh. Orang tua harus tegas dengan jam bermain game anaknya, atau bisa berakhir nasibnya seperti anak saya," tukasnya.
Terkait hal ini, menurut seorang psikolog klinis, dr.Kevin Gilliland, orang tua tidak perlu terlalu mengkhawatirkan terhadap kemungkinan kecanduan bermain game, kecuali sudah mencapai tingkat yang parah. Seperti ditunjukkan lewat penggunaan obat-obatan dan alkohol serta adanya gangguan klinis yang signifikan.
"Yang berarti bermain game hingga pada titik di mana hal tersebut mengganggu tidur mereka, atau pola makan mereka, atau level aktivitas fisik mereka atau bahkan sampai mengganggu pekerjaan. Hal tersebut mesti jadi pola yang signifikan dalam jumlah waktu yang cukup," tutur Gilliland, dikutip dari People.
Menurut Gilliland, hobi bermain game sama saja seperti minat lainnya, misal hobi nonton drama televisi. Hal tersebut bukanlah gangguan mental. Namun, jika disertai gejala signifikan yang cukup parah dan sangat mengganggu, barulah hal tersebut harus segera ditangani.
(yun/som)
Dilansir Mirror, Piyawat Harikun (17) ditemukan tewas di meja komputer di kamar rumahnya, di Udon Thani, Thailand. Piyawat memang mengisi waktu liburan tengah semesternya dengan bermain game online multiplayer dari PC di kamarnya.
Meski sudah dilarang dan diperingati berkali-kali oleh orang tuanya. Tampaknya tidak Piyawat dengar, dia tetap saja bermain. Tak jarang makanan pun dia bawa ke dalam kamar.
Diceritakan sang ayah, dia menemukan anaknya pada Senin sore. Piyawat terjatuh di bawah meja PC nya. Kamarnya tampak berantakan dengan tumpukan CD games, kotak makanan, serta minuman ringan. Sedangkan headphone-nya tergelatak di atas PC.
Jaranwit kemudian mencoba membangunkan anaknya. Namun sama sekali tidak ada respons.
"Saya panggil namanya dan bilang, 'Bangun! bangun!' Tapi dia tidak merespons. Saya lihat sudah meninggal," kata Jaranwit.
![]() |
Tim medis yang mengevakuasi jasad korban mengatakan bahwa korban tewas karena stroke akibat semalaman bermain games. Ayahnya pun mengakui bahwa Piyawat memang kecanduan game online. Jaranwit kemudian berpesan pada orang tua agar menjaga anak mereka supaya tidak kecanduan game.
"Saya ingin kematian anak saya menjadi contoh. Orang tua harus tegas dengan jam bermain game anaknya, atau bisa berakhir nasibnya seperti anak saya," tukasnya.
Terkait hal ini, menurut seorang psikolog klinis, dr.Kevin Gilliland, orang tua tidak perlu terlalu mengkhawatirkan terhadap kemungkinan kecanduan bermain game, kecuali sudah mencapai tingkat yang parah. Seperti ditunjukkan lewat penggunaan obat-obatan dan alkohol serta adanya gangguan klinis yang signifikan.
"Yang berarti bermain game hingga pada titik di mana hal tersebut mengganggu tidur mereka, atau pola makan mereka, atau level aktivitas fisik mereka atau bahkan sampai mengganggu pekerjaan. Hal tersebut mesti jadi pola yang signifikan dalam jumlah waktu yang cukup," tutur Gilliland, dikutip dari People.
Menurut Gilliland, hobi bermain game sama saja seperti minat lainnya, misal hobi nonton drama televisi. Hal tersebut bukanlah gangguan mental. Namun, jika disertai gejala signifikan yang cukup parah dan sangat mengganggu, barulah hal tersebut harus segera ditangani.
(yun/som)