Jakarta -
Ada yang bilang seni merupakan bentuk ungkapan, bentuk ekspresi yang dituangkan oleh orang lewat media khusus. Ternyata, pada anak autis, seni bisa dipakai sebagai media mereka untuk berkomunikasi. Hal serupa juga diceritakan aktris Dian Sastrowardoyo tentang putra pertamanya yang menyandang autisme, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo.
Anak pertamanya itu karena punya gejala spektrum autisme jadi jauh lebih suka melihat atau visual daripada mendengarkan orang. Ketika dijelaskan sesuatu, Shailendra lebih paham jika melalui gambar.
"Kalau dia melihat secara visual, gambar atau video dia jauh lebih reseptif dan atentif daripada kalau dibilangin secara verbal. Itu menarik banget karena kita juga bisa menggunakan seni atau gambar sebagai media untuk komunikasi sama dia," ujar Dian Sastrowardoyo di acara SGE bersama Dian Sastro di teamLab Future Park Jakarta, Gandaria City, Rabu (20/11/2019).
Terkadang kalau Dian sedang mengajarkan suatu konsep, ia memilih untuk gambar dulu. Anaknya kemudian akan tertarik kalau dijelaskan secara visual. Kalau lihat flash card, buku cerita yang bergambar, anaknya lebih tertarik sama ceritanya, daripada dibacakan oleh sang ibu aja.
"Dia menggambar juga, biasanya gambarnya itu tentang tema-tema yang dia suka sekali seperti mobil. Dia sangat tertarik dengan konsedp aerodinamika, jadi konsep bagaimana mobil formula itu didesain sedemikian rupa sehingga untuk memaksimalkan alur kecepatan," jelas Dian.
"Jadi kan ada angin tuh biar bisa lebih sliding melawan angin, jadi angin bisa lewat streaming di body mobilnya. Nah itu yang dia gambarkan, arah angin di mobilnya, kayak gitu," sambungnya.
Dian bilang memang kalau anak yang punya gangguan spektrum mungkin punya hambatan berperilaku dalam hal sosialisasi sama orang, tapi anak punya kekhususan pada hal yang sangat menarik bagi dia.
 Dian Sastrowardoyo dan keluarga/ Foto: Instagram |
Jadi anak bisa asyik sendiri dalam apapun yang dia tertarik. "Misalnya anak saya dalam hal matematika atau sains dan logika di belakangnya, nah itu dia lebih tekun gitu asyik sendiri mengulik cara tahu tentang itu daripada ngobrol sama kita nya. Justru mengajarkan kita kayak apa sih menariknya itu?" kata Dian.
Sementara itu, menurut Nuryanti Yamin, Ortopedagog dam Co-Founder Drisana Center, seni memang kegiatan yang menyenangkan. Di samping menyenangkan, di kegiatan seni ada yang bisa diolah untuk anak autis, salah satunya motorik sensori.
"Ketika anak-anak belajar mewarnai, mengolah motorik halusnya, mengenal warna, mereka pada akhirnya bisa mengekspresikan bahasa, mengekspresikan feeling-nya dengan menggambar. Karena saya punya beberapa pengalaman anak-anak yang kemampuan berbahasa belum cukup memadai, tapi begitu mengekspresikan dia gambar dia bisa," jelasnya di kesempatan yang sama.
Jadi kegiatan seni ini bermanfaat bagi anak autis, Bunda. Nah, jika seorang anak ekspresifnya lewat menggambar, bagaimana caranya mengasahnya? Pertama kita melihat anak suka, berarti kan ada potensi kalau ada yang minat. Lalu, kita lihat jika anak itu akan melakukan hal itu terus menerus, kita bisa melihat minat pada kegiatan tersebut.
"Tugas kita, anak ini mulai dari titik 0 enggak bisa pensil, akhirnya kita minta corat-coret dulu, terus perkenalkan bentuk supaya yang digambar representatif dengan yang dia pikirkan, dia rasakan, apa yang dia mau ucapkan," ujarnya.
Apakah semua anak dengan autisme itu biasanya menggambar? Biasanya begitu, Bunda, rata-rata mereka ekspresikan emosi, ucapan lewat gambar. Namun, sekali lagi kita harus melihat, anak cenderung ke mana.
(aci/som)