Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Studi: Autisme Lebih Banyak Diidap Anak Laki-laki

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Kamis, 12 Sep 2019 12:30 WIB

Simak fakta tentang autisme yang lebih banyak diidap anak laki-laki. Rasionya pun terbilang tinggi.
Ilustrasi autisme lebih banyak diidap anak laki-laki/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Autism Spectrum Disorder (ASD), atau dikenal autisme, ditemukan di seluruh dunia, terlepas dari ras, budaya, atau latar belakang ekonomi. Demikian dilansir Health Line.

Belum lama ini, aktris Dian Sastrowardoyo mengakui bahwa anak laki-lakinya yang kini berusia 8 tahun, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo, diketahui mengidap autisme sejak usia 6 bulan.

"Kabar baik, dengan intervensi lebih awal, di umur 6 tahun anak saya dianggap tidak memerlukan terapi lagi. Di sekolah, sekarang kemampuan sosialnya sudah bisa curhat, gosip, cerita, jahil," ungkap Dian, beberapa waktu lalu.

Perlu Bunda tahu, gangguan ini ditandai dengan masalah komunikasi dan interaksi sosial. Orang dengan ASD sering menunjukkan minat atau pola perilaku terbatas, berulang, dan stereotip.

Menurut pemaparan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada perempuan. Sebuah studi pada 1993, Loomes bersama para peneliti lain menganalisis dan menemukan rasio pengidap autisme antara laki-laki dan perempuan mencapai 3 banding 1.

CDC memperkirakan, pada 2014, hampir 1 dari 59 anak-anak teridentifikasi dengan ASD. Ada indikasi bahwa ASD sedang meningkat dan beberapa dikaitkan dengan faktor lingkungan. Tapi, para ahli memperdebatkan, apakah ada peningkatan kasus yang sebenarnya atau hanya diagnosis.

Studi: Autisme Lebih Banyak Diidap Anak Laki-lakiDian Sastro bersama putra pertamanya, Shailendra/ Foto: Instagram
Faktor genetika

Dikutip dari Autism Speaks, penelitian menunjukkan bahwa genetika terlibat dalam sebagian besar kasus autisme. Anak-anak yang lahir dari orang tua yang lebih tua berisiko lebih tinggi mengidap autisme. Sementara itu, orang tua yang memiliki anak dengan ASD memiliki peluang 2 - 18 persen untuk memiliki anak kedua yang sama.

Penelitian juga menunjukkan, di antara kembar identik, jika salah satunya mengidap autisme, maka peluang yang lain bisa terpengaruh sekira 36 - 95 persen. Sedangkan pada bayi kembar tidak identik, jika satu anak mengidap autisme, maka anak yang lain berpeluang terpengaruh sekitar 31 persen.

Disebutkan juga, beberapa faktor dapat memengaruhi perkembangan autisme. Faktor tersebut sering disertai dengan kepekaan indera, masalah medis seperti gangguan pencernaan, gangguan kejang atau tidur, serta tantangan kesehatan mental seperti masalah kecemasan, depresi, dan perhatian.

Indikator autisme biasanya muncul pada usia 2 atau 3 tahun. Beberapa keterlambatan perkembangan terkait bahkan bisa muncul lebih awal, dan seringkali, dapat didiagnosis sejak 18 bulan. Yang pasti, penelitian menunjukkan, penangan dini mengarah pada hasil positif di kemudian hari bagi pengidap autisme.


Simak juga penuturan Dian Sastro tentang awal curiga anaknya mengidap autisme, dalam video berikut:

[Gambas:Video Insertlive]

(muf/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda