Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tak Main-main, Ini Dampak Anak Sering Nonton TV

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 10 Jan 2020 18:12 WIB

Menonton TV terlalu sering bisa berdampak buruk pada anak. Salah satunya memengaruhi kesehatan mereka, Bun.
Ilustrasi anak menonton TV/ Foto: iStock
Jakarta - Libur sekolah biasanya anak-anak mulai mencari aktivitas baru. Selain main di luar rumah, menonton televisi (TV) masih jadi pilihan beberapa anak.

Tentu boleh membiarkan anak menonton TV, tapi harus dibatasi atau diimbangi dengan aktivitas fisik ya, Bunda. Studi terbaru menemukan jika menonton TV berhubungan dengan angka obesitas pada anak.


Mengutip Study Finds, para peneliti dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) meneliti kaitan gaya hidup dengan berat badan dan obesitas anak. Mereka menemukan bahwa dari semua kebiasaan umum, menonton TV punya hubungan yang paling kuat dengan obesitas di kalangan remaja.

Temuan ini didasarkan data dari 1.480 anak yang tinggal di tiga provinsi Spanyol, yaitu Sabadell, Gipuzkoa, dan Valencia. Peneliti membandingkan lima kebiasaan gaya hidup anak-anak, yaitu aktivitas fisik, waktu tidur, waktu menonton TV, konsumsi makanan nabati, dan konsumsi makanan olahan.

Awalnya orang tua anak-anak tersebut menyelesaikan kuisioner tentang gaya hidup anak mereka yang berusia empat tahun. Kemudian, peneliti menentukan kebiasaan itu pada kesehatan anak-anak dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, tekanan darah di usia empat, lalu pada usia tujuh tahun.

"Sebagian besar penelitian hingga saat ini lebih berfokus pada dampak perilaku gaya hidup individu daripada efek kumulatif," kata salah satu peneliti Martine Vrijheid.

"Namun, sudah diketahui bahwa perilaku tidak sehat cenderung saling terkait. Tujuan kami untuk menguji seluruh perilaku gaya hidup untuk pengembangan intervensi yang mampu menargetkan penentu obesitas dari perspektif yang lebih luas," sambungnya.

Ilustrasi anak nonton TVIlustrasi anak nonton TV/ Foto: thinkstock

Dari hasil temuan, anak-anak yang kurang aktif dan menghabiskan lebih banyak waktu menonton TV pada usia empat tahun memiliki risiko lebih besar mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan sindrom metabolik pada usia tujuh tahun. Sementara itu, kegiatan yang statis seperti membaca, menggambar, dan menyelesaikan teka-teki, tidak ditemukan memiliki hubungan dengan obesitas.

"Ketika anak menonton TV, mereka sering terpapar pada iklan yang mempromosikan makanan olahan seperti minuman manis, permen, dan makanan lain yang tinggi garam, gula, dan lemak jenuh," ujar tim peneliti.

Iklan semacam itu bisa menyebabkan perubahan yang tidak sehat dalam diet anak-anak. Peneliti juga menemukan bahwa konsumsi jenis makanan ini pada usia empat tahun, biasanya mengarah ke angkat IMT lebih tinggi pada usia tujuh tahun.

Menonton TV juga tidak mendorong anak untuk bergerak, seperti olahraga dan mengganggu waktu tidur. Kedua hal ini padahal berpengaruh pada penambahan berat badan.

Secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan bahwa kebiasaan gaya hidup sehat selama masa kanak-kanak, termasuk membatasi nonton TV, memperbanyak aktivitas fisik, makan cukup sayuran, menghindari makanan olahan, dan cukup tidur adalah cara terbaik untuk membuat anak sehat di usia dewasa.


Seperti kita tahu, anak yang terlalu sering menonton TV bisa juga berdampak pada perkembangan bahasa, membaca, ingatan, sulit tidur, dan fokus. Dokter anak David L. Hill, MD, FAAP, menyarankan para orang tua untuk membatasi durasi menonton televisi pada anak.

"Khususnya pada anak berusia sampai 5 tahun, sebaiknya batasi menonton televisi maksimal satu jam sehari," ujar David, dilansir Healthy Children.

Simak juga cara membuat anak meninggalkan gadget di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda