Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Waspada, Ini Dampak Anak Balita Sering Nonton Iklan di Televisi

Melly Febrida   |   HaiBunda

Jumat, 10 Apr 2020 09:34 WIB

Anak-anak jadi sering nonton televisi selama home learning dan Bunda work from home? Waspada pengaruh iklan televisi terhadap perilaku anak.
Ilustrasi anak nonton TV/ Foto: Getty Images/iStockphoto/devonanne
Jakarta - Saat anak home learning dan Bunda work from home (WFH), durasi anak menonton televisi mungkin lebih banyak dari biasanya. Salah satu tujuannya agar membuat dia tidak rewel ketika Bunda harus menuntaskan pekerjaan.

Tapi, coba perhatikan deh kalau ada iklan muncul. Daya tariknya yang begitu kuat untuk anak usia prasekolah membuatnya menuntut untuk dibelikan.


'Bunda! Aku ingin beli itu!' atau 'Belikan aku itu, Ayah!' Kekuatan iklan bisa sangat kuat dan menguras," kata psikolog anak Dr Richard Woolfson Ph.D, PGCE, MApp.SCi, CPsychol, FBPsS, dalam buku Your Preschooler Bible.

Bahkan menurut Woolfson, iklan bisa mengubah perilaku anak prasekolah menjadi konsumtif. Anak seolah-olah meyakini, dengan membujuk Bunda atau Ayah untuk membelikannya sesuatu yang dilihatnya di iklan televisi.

Belum lagi kalau meminta sambil merengek. Karena enggak tega, Bunda pun menuruti kemauan si kecil. Akibatnya pengeluaran membengkak dan jadi boros.

Anak nonton televisiAnak nonton televisi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/devonanne
Woolfson kemudian menjelaskan, iklan di televisi bisa meningkatkan kekuatan gangguan anak prasekolah lewat dua cara, yakni:

1. Ada kecenderungan alamiah untuk menginginkan apa yang anak lihat. Iklan menyajikan mainan dan permainan dengan cara yang sangat menguntungkan dan imajinatif, sehingga perhatian anak langsung terserap.

"Anda tidak bisa menyalahkan anak Anda karena terpikat," kata Woolfson.

Pada usia prasekolah, Woolfson menuturkan, anak belum cukup canggih untuk menyadari bahwa iklan bisa menyesatkan, bahkan bisa dibesar-besarkan, dan produk tersebut mungkin tidak memenuhi harapannya, lalu dia benar-benar tertarik oleh iklan.

2. Iklan memengaruhi anak-anak lain untuk bergaul. Jadi, tidak mengherankan ketika anak pulang dari sekolah meminta sepatu lari baru dengan nama merek tertentu.

Saat menghadapi rengekan anak karena iklan di televisi, Woolfson menyadari orang tua bisa saja tergoda memberikan reaksi spontan dengan mengatakan 'ya', karena orang tua ingin sang anak bahagia, atau 'tidak' karena orang tua bosan dengan tuntutan yang tak ada habisnya.

"Alih-alih memberikan jawaban tegas seperti itu, minta anak Anda untuk membenarkan permintaannya. Kenapa dia menginginkan mainan ini?" saran Woolfson.

Anak menonton TV tentu boleh-boleh saja, tapi harus dibatasi atau diimbangi dengan aktivitas fisik ya, Bunda. Studi terbaru menemukan, menonton TV berhubungan dengan angka obesitas pada anak.

"Sebagian besar penelitian hingga saat ini lebih berfokus pada dampak perilaku gaya hidup individu daripada efek kumulatif," kata salah satu peneliti Martine Vrijheid, dilansir Study Finds.

Nah, meskipun Bunda sibuk work from home, ada baiknya tetap membatasi durasi anak menonton televisi.


Simak juga yuk dampak anak terlalu lama menonton televisi, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda