Jakarta -
Pecinta buku, saatnya kembali berpesta buku murah nih. Pameran buku terbesar di Indonesia, Big Bad Wolf 2020 kembali digelar dari tanggal 6 - 16 Maret 2020 di ICE BSD HALL 6 sampai 10.
Big Bad Wolf tahun ini akan digelar 24 jam nonstop, Bun. Selain itu, pameran ini tidak memungut biaya masuk alias gratis.
Enggak cuma soal berburu buku murah dan terlengkap, namun acara tahunan ini bisa menjadi salah satu upaya untuk meningkat minat baca anak-anak Indonesia.
Peningkatan minat baca menjadi salah satu tantangan dalam mendorong kemauan masyarakat untuk mengetahui lebih banyak mengenai informasi, pengetahuan, dan ilmu. Salah satu faktor rendahnya minat dan kebiasaan membaca itu antara lain adalah kurangnya akses bacaan.
Hal ini juga dibenarkan oleh Presiden Direktur PT Jaya Ritel Indonesia, Uli Silalahi. Ia mengatakan bahwa hal tersebut menjadi tantangan yang tidak mudah, Bun.
"Ada cerminan kualitas pendidikan dan bahkan value masyarakat kita yang masih perlu dipupuk," kata Uli dalam
Press Conference Big Bad Wolf Jakarta 2020 di Beka Resto, Gedung Balai Kartini, Kuningan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Salah satu cara meningkatkan minat baca, khususnya pada anak-anak adalah dengan mengenalkan literasi digital. Orang tua bisa menggunakan gadget sebagai sarana membaca bagi anak-anak.
Di Indonesia, literasi digital belum banyak disentuh orang tua dan anak-anak. Padahal minat baca semakin meningkat, Bun.
"Sampai saat ini, jujur saya melihat sendiri (literasi digital) masih kurang pada anak-anak. Kita juga berinisiatif untuk lebih mengarahkan ke digital," ujar Uli.
 Ilustrasi anak main gadget/ Foto: iStock |
Beberapa pilihan literasi digital adalah buku digital atau buku yang menggabungkan literasi dengan augmented reality (AR). Buku jenis ini sudah banyak dijual di pasaran, bisa membangun imajinasi anak dari buku dan aplikasi di gadget.
Uli menambahkan, anak-anak bisa memanfaatkan literasi digital menjadi hal yang positif. Misalnya, anak bisa belajar sambil bermain dan berimajinasi.
"Terus terang, mau tidak mau kita tidak lepas dari digital. Padahal anak-anak dapat memanfaatkan digital ini menjadi hal-hal yang positif," tutur Uli.
"Jadi bukan hanya matanya jadi sakit, jadi mereka kecanduan. Kita justru mau mengubah itu menjadi sesuatu yang positif yang sampai pada anak tersebut," sambungnya.
Literasi digital dengan augmented reality (AR) tetap membuat anak membaca, Bun. Secara bersamaan, anak didorong untuk bersentuhan dengan teknologi untuk menciptakan
imajinasi.
"Dengan itu anak-anak imajinasinya bisa lebih tinggi lagi. Yang tadinya diam, bisa loncat-loncat senang. Imajinasinya jadi lebih banyak," ungkap Uli.
Simak juga cara menumbuhkan minta baca pada anak, di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rap)