Jakarta -
Semua orang merasakan Ramadhan begitu berbeda di tengah pandemi Corona. Anak-anak tentu juga merasakannya ya, Bunda. Tapi, bagaimana caranya agar si kecil tetap dirasakan kehadiran bulan suci ini?
Asiya Shakir, ahli gastroenterologi anak di Atlanta, Amerika Serikat (AS), melakukan berbagai upaya agar suasana dan semangatÂ
Ramadhan ada di dalam diri anak-anak. Seperti apa saja?
1. Buku cerita NabiIbu dua anak ini sengaja menyediakan buku-buku cerita Islami untuk dibacakan ke anak-anaknya. Tentunya kisah para Nabi yang berdoa dalam kesendirian bisa menginspirasi tentang keajaiban. Tapi, kedua putrinya yang berusia 4 dan 7 tahun hanya mendengarkan selama beberapa menit saja, Bun. Lalu dengan cepat beralih ke kegiatan yang lebih menarik.
2. Ritual pra-RamadhanShakir biasanya melakukan ritual pra-Ramadhan. Anaknya yang berusia 7 tahun ikut duduk di sudut dapur, melipat adonan isi daging menjadi samosa berbentuk segitiga.
"Ini seperti yang telah saya lakukan puluhan tahun sebelumnya di dapur ibu saya. Menggigit ujung samosa yang tajam, dia bertanya dengan penuh semangat, 'Mama, maukah membangunkanku sebelum Subuh supaya aku bisa berpuasa juga?'" kata Shakir, dikutip dari NYTimes.
Nah, kalau Bunda punya ritual sendiri bisa juga dipraktikkan.
 Baca buku/ Foto: Getty Images/FatCamera |
3. Berpuasa semampunyaPuasa selama belasan jam saja masih terasa sulit bagi sejumlah orang dewasa, bagaimana kalauÂ
anak-anak yang melakukannya? Tapi, Shakir tetap menanyakan apa benar anaknya ingin berpuasa.
"Mama, jadi kita bisa tahu bagaimana rasanya tidak makan seperti orang-orang yang tidak punya makanan dan lapar!" kata Skahir menirukan jawaban anaknya.
Berpuasa selama bulan Ramadhan itu wajib bagi semua umat muslim, tetapi tidak diharuskan bagi anak-anak. Meski begitu, ia tidak bisa menolak permintaan putrinya untuk berpuasa.
"Saya memutuskan untuk menghormati keputusan putri saya untuk tidak makan dan minum semampunya, baik itu 30 menit, beberapa jam atau sepanjang hari. Namun, puasa tanpa refleksi hanyalah kelaparan," ujarnya.
4. Catatan mungil untuk si KecilShakir menuturkan, ia menulis catatan berisi renungan pada selembar kertas yang dilipat. Catatan ini dibuka saat berbuka puasa, sehingga anak-anak berseri-seri ketika membuka catatan baru.
Renungannya sederhana, tapi renungan berisi pertanyaan besar, misalnya 'Apa hal yang baik yang kamu dengar atau lakukan hari ini?', 'Bagaimana rasanya menunggu sebelum makan?', 'Hal apa saja yang kamu lakukan untuk berhenti memikirkan makanan?', 'Apa hal tersulit yang kamu lakukan saat berpuasa?', 'Apakah lebih mudah berbuat baik atau jahat ketika kamu lapar?'.
"Pertanyaan-pertanyaan ini berisi pelajaran puasa, yang tidak berbeda dengan pandemi. Jika Anda mencari kemudahan selama kesulitan, Anda akan menemukannya; refleksi membuat duniawi menjadi spiritual; kesabaran membutuhkan latihan (dan gangguan); dan kebaikan selalu menjadi pilihan, bahkan ketika kita tidak memiliki kendali," tutur Shakir.
Berpuasa saat Corona memang berbeda banget ya, Bun, lebih sepi ketimbang biasanya. Namun, menurut dr.Heri Munajib, bagian pusat data dan informasi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PP PDNU), puasa bisa menekan angka penyebaran virus Corona di Indonesia.
Hal ini disebabkan mobilitas orang yang berada di luar rumah jauh lebih sedikit. Salah satu alasannya adalah orang yang menjalankan ibadah puasa tidak keluar rumah untuk menghabiskan energi dan tenaga.
Selain dapat meningkatkan kekebalan imunitas, menurutnya, puasa diyakini membuat orang lebih patuh mengikuti aturan pemerintah untuk tetap di rumah.
"Jadi kalau saya bilang, puasa ini membatasi kita untuk mobilitas keluar yang jauh lebih efektif. Kalau orang tidak berpuasa, hasrat untuk belanja, ke pasar mungkin akan tinggi, tapi kalau berpuasa kan jauh lebih malas," ujar Heri, mengutip
detikcom.
Bunda, simak juga tips mengajari anak berbahasa asing, dalam video di bawah ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)