
parenting
Dampak Isolasi Pandemi Corona bagi Perkembangan Anak, Haruskah Bunda Cemas?
HaiBunda
Sabtu, 06 Jun 2020 19:05 WIB

Selama pandemi Corona ini, anak-anak selalu di rumah saja. Proses belajar mengajar berlangsung secara online, dan mereka belum bisa bermain dengan teman-teman meski rumahnya berdekatan.
Psikoterapis Amy Morin, LCSW, mengatakan, sebagian besar anak-anak menganggap sekolah, olahraga, menjadi cara terhubung dengan teman-temannya. Meski saat ini anak-anak masih bisa tetap terhubung dengan teman-temannya, tapi hanya secara online karena terhalang aturan social distancing.
Mengutip Forbes, social distancing adalah strategi kesehatan masyarakat untuk mencegah atau memperlambat penyebaran patogen infeksi, seperti virus. Strategi tersebut termasuk metode apapun yang menjaga agar orang secara fisik terpisah satu sama lain.
Social distancing dianggap sangat panting dalam mencegah pandemi yang sekarang berlangsung karena hingga saat ini, belum ada vaksin untuk melindungi Bunda dan keluarga dari virus Corona.
Morin menjelaskan, meski menerapkan social distancing seperti saat ini, anak-anak bisa tetap kontak sosial tatap muka dengan orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lainnya. Lantas, apa ada dampak sosial bagi perkembangan anak?
"Secara umum, jarak sosial selama beberapa bulan seharusnya memiliki dampak minimal pada anak-anak. Isolasi yang lebih lama kemungkinan memunculkan pertanyaan tentang jenis risiko yang mungkin ditimbulkan untuk anak-anak yang masih kecil dan lebih tua," kata Morin, dikutip dari Very Well Family.
Menurut Morin, sosialisasi merupakan proses penting dalam perkembangan anak. Karena dengan cara itu, anak-anak mempelajari keterampilan yang memengaruhi interaksi sehari-hari dengan orang lain.
"Selama periode perkembangan sosial, ketika seorang anak kehilangan kesempatan untuk membangun keterampilan ini, itu berpotensi menunda perkembangan sosial-emosional mereka," kata Dr. Barbara Nosal, Ph.D., LMFT, LADC, kepala petugas klinis di Akademi Newport.
Namun, Nosal mengatakan, sebagian besar anak-anak yang bersekolah di rumah tidak mengalami dampak negatif pada sosialisasi. Orang tua bisa menerapkan cara untuk mengatasi kurangnya sosialisasi pada anak mereka.
![]() |
Sebuah penelitian baru-baru ini melihat efek penutupan sekolah terhadap anak-anak dan remaja, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan kesehatan mental dan anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Survei dilakukan badan amal kesehatan mental YoungMinds, dengan melibatkan 2.111 peserta hingga usia 25 tahun, yang memiliki sejarah penyakit mental. Survei menemukan, 83 persen peserta mengatakan, pandemi COVID-19 memperburuk kondisi mereka. Selain itu, 26 persen melaporkan tidak bisa mengakses dukungan kesehatan mental karena isolasi sosial.
Penulis mencatat perlunya penelitian lebih lanjut karena pandemi ini masih berlangsung. Ia juga menekankan pentingnya memantau status kesehatan mental anak dalam jangka panjang, sebagai akibat dari penutupan sekolah yang berkepanjangan, pembatasan jarak sosial yang ketat, dan pandemi Corona itu sendiri.
Nosak mengatakan, beberapa anak mungkin belum cukup umur untuk sepenuhnya memahami gawatnya situasi. Tapi, sebagian besar anak akan menerima situasi saat ini sebagai 'new normal' selama berbulan-bulan mendatang.
Berikut beberapa efek sosial pada berbagai kelompok usia:
1. Prasekolah
Nosal menjelaskan, pada usia prasekolah seringkali menjadi dasar untuk perkembangan sosial. Usia ini menjadi kesempatan pertama bagi anak-anak untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya.
Tanpa kesempatan untuk membangun fondasi itu, Nosal memaparkan, anak-anak mungkin merasa lebih sulit untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti interaksi dengan teman sebaya, pemecahan masalah, dan harapan perilaku.
2. Sekolah Dasar
Pada tahapan sekolah dasar, Nosal meyakini anak-anak jadi lebih mandiri dan mulai memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi.
"Mirip dengan anak-anak yang lebih kecil, mereka masih menyempurnakan keterampilan sosial mereka, yang biasanya berkembang selama interaksi dengan teman sebaya di sekolah," katanya.
Ketika sekolah ditutup seperti saat ini, Nosal menjelaskan, anak-anak bisa memilih untuk terlibat lebih lama di waktu layar (gadget) untuk mengkompensasi gangguan dalam rutinitas mereka. Itu sebabnya, orang tua harus menerapkan jadwal dan memantau kegiatan anak-anak mereka.
"Tetapi kelompok usia yang mungkin menghadapi tantangan terbesar dengan isolasi sosial adalah kelompok praremaja dan remaja," tegas Nosal.
3. Remaja
Remaja memang sudah cukup usia untuk memahami konsekuensi dari tindakan dan dampak isolasi. Tapi, menurut penjelasan Nosal, otak seorang remaja masih berkembang dan membutuhkan interaksi sosial untuk menjadi dewasa.
"Remaja menganggap acara sosial, seperti pesta prom, olahraga, dan kelulusan, sebagai cerminan dari perasaan diri mereka. Lalu saat ini tidak bisa dilakukan, bersamaan dengan kelas sekolah yang ditutup, mereka mungkin berjuang untuk menyesuaikan diri dengan jenis kehidupan sosial yang berbeda," jelas Nosal.
Bagaimana dengan anak Bunda? Yang terpenting, selalu menjaga kesehatan ya.
Bunda, simak juga cara Kirana Larasati membuat anak tetap bahagia selama pandemi Corona. Di video Intimate Interview berikut ini:
(muf/muf)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
8 Fase Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan dan Cara Stimulasinya, Simak Bun!

Parenting
5 Jenis Terapi Ini Bisa Atasi Berbagai Keterlambatan Perkembangan Anak

Parenting
7 Cara Stimulasi Anak agar Cepat Berjalan

Parenting
Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak Saat Pandemi Corona, Bunda Perlu Tahu

Parenting
2 Strategi Senyuman Bunda yang Baik untuk Perkembangan Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Keseruan Gisel dan Gempi Main Bubble di Rumah Aja
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda