Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak Saat Pandemi Corona, Bunda Perlu Tahu

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 11 Jun 2020 17:02 WIB

Full length front view smiling young curly mother sitting on comfortable couch with cute playful little preschool daughter in lotus position. Happy mommy practicing yoga exercised with small child.
Ilustrasi menjaga kesehatan mental anak saat pandemi Corona/ Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes
Jakarta -

Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Termasuk anak-anak yang harus menjalani social distancing, hingga memengaruhi perkembangan dan kesehatan mental. Tapi, Bunda bisa melakukan berbagai strategi demi mendukung perkembangan anak-anak selama pandemi ini.

Dijelaskan Dr. Barbara Nosal, Ph.D., LMFT, LADC, kepala petugas klinis di Akademi Newport, California, Amerika Serikat (AS), anak-anak maupun remaja jauh lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan serta transisi ketimbang orang dewasa. Tapi, orang tua berperan penting dalam mendukung kesehatan mental dan emosional anak-anak.

"Ciptakan ruang yang aman agar anak-anak dapat mengajukan pertanyaan dan menyampaikan kekhawatiran dan rasa frustrasi mereka akibat hilangnya kegiatan dan rutinitas selama masa isolasi," kata Nosal, mengutip Very Well Family.

Dikatakan Nosal, tips berikut ini bisa orang tua lakukan di tengah masa karantina pandemi Corona:

1. Tetap terhubung

Social distancing bukan berarti anak-anak harus mengalami isolasi sosial. Anak-anak bisa tetap terhubung dengan teman, guru, atau orang dewasa lainnya dengan menggunakan teknologi.

"Peran Anda selama ini adalah bersikap terbuka dan bersedia membantu mereka agar dapat berinteraksi dengan teman-teman mereka di jejaring sosial, melalui video langsung, SMS, dan percakapan telepon," ujarnya.

Smiling mother and toddler daughter looking at the notebook indoor. Distance online learning concept. Activities for kids during quarantine. Focus on the notebook.Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/lithiumcloud

2. Pertahankan rutin

Nosal mengatakan, pentingnya mempertahankan rutinitas yang terstruktur dan dapat diprediksi, yang fleksibel dan spontan selama masa yang tidak pasti ini.

"Orang tua yang ada di rumah bersama anak-anak mereka bisa melihat ini sebagai waktu untuk lebih dekat dan mendefinisikan kembali hubungan keluarga mereka," katanya.

Bunda bisa memasukkan agenda makan keluarga pada waktu yang sama setiap malam, yang melibatkan anak-anak dalam perencanaan dan memasak.

Selain itu, cobalah terlibat dalam kegiatan fisik atau kegiatan interaktif seperti bermain puzzle, sehingga seluruh keluarga bisa ikut bermain. Ini bisa membantu menjaga anak-anak tetap terhubung dan merasa didukung.

3. Waspadai frustrasi

Nosal bilang, di tengah pandemi seperti ini, kadar frustrasi anak-anak dan orang tua akan mengalami peningkatan. Cobalah fleksibel dengan harapan Bunda.

"Biarkan anggota keluarga menggunakan waktunya untuk menyendiri, menghormati privasi, dan menyarankan kegiatan yang penuh perhatian seperti meditasi, yoga, atau jalan-jalan di lingkungan untuk membantu mengatur emosi," jelas Nosal.

4. Cek tingkat kecemasan

Mengelola stres, ketakutan, dan kecemasan Bunda sendiri lebih penting daripada mengelola emosi anak-anak. "Anak-anak melihat isyarat dari orang tua mereka, dan jika Anda secara obsesif dan terang-terangan khawatir tentang pandemi, atau terus-menerus menyebutkan betapa kesal Anda terhadap kegiatan yang dibatalkan, anak-anak Anda akan merasakan kecemasan Anda," ungkap Nosal.

Menurutnya, terkadang kita semua perlu curhat, tetapi lakukan dengan orang dewasa yang mendukung, di saat anak-anak tidak dapat mendengar.

"Ketahuilah, Anda tidak sendirian dan kita semua secara kolektif sama-sama merasakan perasaan yang tidak pasti," jelasnya.

Selama hampir tiga bulan, anak-anak hanya bisa belajar di rumah. Pastinya kangen banget dengan suasana di sekolah. Tapi, masuk sekolah di tengah pandemi Corona seperti ini masih sangat mengkhawatirkan.

Dikatakan spesialis anak dr.Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), yang juga Sekjen Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jika sekolah tetap dijalankan di tengah pandemi bisa memicu munculnya cluster baru. Hal itu akan memicu penularan COVID-19 pada anak.

"Ya kalau kurvanya masih meningkat, kemudian sekolah dibuka, itu akan jadi cluster baru penularan COVID-19," tegas Piprim, dikutip dari detikcom.

Nah, inilah alasan ujian sekolah yakni Penilaian Akhir Tahun tetap dilakukan di rumah, selama sepekan ini. Seperti anak Bubun yang masih SD, mengerjakan soal di rumah, memakai seragam sekolah sesuai harinya, lalu difoto sebagai bukti, dan dikirim ke wali kelas lewat pesan WhatsApp.

Bunda, simak juga tips parenting Sophie Novita dan Pongki Barata membesarkan dua putranya yang sudah remaja. Dalam video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda