HaiBunda

PARENTING

Studi: Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Terkait Corona

Melly Febrida   |   HaiBunda

Jumat, 26 Jun 2020 15:17 WIB
Ilustrasi anak demam/ Foto: Getty Images/iStockphoto/puhimec
Jakarta -

Pandemi COVID-19 masih menjadi ancaman bagi siapapun, tak terkecuali anak-anak. Di Amerika Utara dan Eropa, anak-anak dan remaja harus mendapatkan perawatan karena kondisi peradangan multisistem yang dikaitkan dengan COVID-19.

Saat Kota New York, Amerika Serikat (AS), terus menyesuaikan diri dengan new normal di tengah pandemi COVID-19, ternyata muncul penyakit lain: sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak atau MIS-C. Ini sebelumnya disebut sebagai pediatric multi-system inflammatory syndrome atau PMIS.

"Kami pikir, kasus-kasus ini mungkin ada hubungannya dengan COVID," kata Dr. Steven Kernie, kepala kedokteran perawatan anak pediatrik di NewYork-Presbyterian Morgan Stanley Children's Hospital, mengutip Health Matters.


Namun, Kernie melihat beberapa pasien itu ada yang menunjukkan gejala, tesnya ada yang positif COVID-19, beberapa negatif. Terkait hal ini, teknologi masih terus berkembang dan ada banyak yang harus dipelajari dan diteliti.

"Kami melakukan tes antibodi pada mereka semua, sehingga kami menemukan semua orang yang memiliki gejala ini juga memiliki riwayat penyebab COVID," jelas Kernie.

Sejak itu, lebih dari 30 pasien di NewYork-Presbyterian Morgan Stanley Children's Hospital, dan 143 total di New York State, telah didiagnosis dengan MIS-C. Ini suatu kondisi baru yang ditemukan pada anak-anak, mulai dari balita hingga remaja, yang telah terkena COVID-19.

Sindrom itu dianggap jarang, tapi serius. Sekitar dua pertiga dari pasien memerlukan perawatan di unit perawatan intensif.

Dikutip dari Baby Gaga, para peneliti menemukan hubungan antara Sindrom Inflamasi Multisistem dan COVID-19. Paparan COVID-19 pada anak-anak bisa menyebabkan gejala dalam waktu tiga hingga enam minggu.

Penting untuk dipahami bahwa meskipun ada kaitannya, Sindrom Inflamasi Multisistem terlihat sangat berbeda dari COVID-19. Memang banyak kesamaan dengan gejala Toxic Shock Syndrome (TSS), dan penyakit Kawasaki.

Ilustrasi anak sakit/ Foto: Getty Images/iStockphoto/tatyana_tomsickova

Penyakit Kawasaki memiliki kemiripan paling banyak dengan Sindrom Inflamasi Multisistem. Tapi para ahli sekarang bisa membedakan dan memiliki kriteria yang berbeda untuk diagnosis.

Kawasaki biasanya mempengaruhi anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), yang menyebabkan peradangan pembuluh darah. Peradangan ini bisa menyebabkan kerusakan jantung pada anak-anak dengan penyakit tersebut. Sementara Sindrom Inflamasi pada bayi muncul sebagai penyakit akut dengan sindrom hiper-inflamasi yang menyebabkan syok, dan kegagalan multi-organ.

Beberapa waktu lalu, Pediatric Intensive Care Society UK (PICS) melaporkan tentang kenaikan kecil dalam jumlah kasus anak yang sakit kritis, beberapa dinyatakan positif COVID-19.

"Ada tumpang tindih dari sindrom syok toksik dan penyakit Kawasaki atipikal dengan parameter darah," demikian pernyataan PCIS.

Para ahli sekarang mengetahui bahwa Sindrom Inflamasi Multisistem bukanlah infeksi itu sendiri. Ini adalah respons sistem kekebalan anak terhadap COVID-19. Ini berarti kondisi ini tidak menyebar dari anak ke anak lain, yang berarti juga tidak menular.

Namun, masih ada kemungkinan seorang anak mengalami infeksi lain yang mendasari dan menular, atau bahkan bagi anak yang tertular COVID-19. Beberapa gejala yang muncul dan perlu diketahui orang tua antara lain:

1. Demam lebih dari 24 jam dan berlangsung hingga beberapa hari
2. Mata merah
3. Merasa sangat lelah
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
5. Tangan dan kaki terasa bengkak dan terkadang bengkak
6. Gejala perut seperti mual, sakit perut, muntah, dan diare
7. Ruam atau perubahan warna kulit

Yang perlu diingat, tidak semuanya terkait dengan COVID-19. Banyak penyakit lain yang memiliki gejala mirip dengan di atas. Contohnya, gejala di atas bisa berhubungan dengan overdosis Tylenol, dan mata merah, berair, juga merupakan gejala alergi. Sebaiknya hubungi dokter untuk jika anak mengalaminya.

Jika gejala tersebut meningkat menjadi yang ada di daftar di bawah ini, segera cari perawatan darurat:

1. Kesulitan bernapas
2. Bibir atau wajah kebiruan
3. Rasa sakit di dada yang tidak kunjung hilang
4. Nyeri perut parah
5. Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga

Untuk pengobatannya, anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda Sindrom Inflamasi Multisistem dapat menerima berbagai jenis perawatan. Ini termasuk steroid, pemberian imunoglobulin orang tua secara intravena, dan perawatan antiinflamasi seperti aspirin dan pengencer darah untuk mengurangi kemungkinan masalah jantung yang parah.

Peru dicatat bahwa Sindrom Inflamasi Multisistem jarang terjadi. Sebagian besar laporan memang ada di New York. Tapi, penting untuk mengetahui apakah kondisi ini juga muncul di daerah selain di Eropa dan Amerika Utara.

Bunda, simak juga cara tepat mengatasi anak demam, dalam video berikut ini:

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Isak Tangis di Pemakaman Mpok Alpa, Billy Syahputra Ikut Turun ke Liang Lahad

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Mengenal Penyakit Kanker, Penyebab Mpok Alpa Meninggal Dunia

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Mpok Alpa Meninggal Dunia, Banjir Ucapan Duka Cita dari Rekan Artis

Mom's Life Annisa Karnesyia

Deretan Kebiasaan Kecil yang Bikin Berat Badan Turun 90 Kg

Mom's Life Amira Salsabila

Harapan Almarhumah Mpok Alpa untuk Masa Depan Anak Kembarnya Semasa Hidup

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Isak Tangis di Pemakaman Mpok Alpa, Billy Syahputra Ikut Turun ke Liang Lahad

Deretan Kebiasaan Kecil yang Bikin Berat Badan Turun 90 Kg

Momen Dominique Sanda Dampingi Sang Putra Dilantik Jadi Dokter, Intip 5 Potretnya

Gangguan Otot Dasar Panggul Sering Terjadi Usai Melahirkan, Simak Cara Mencegahnya

7 Tempat Wisata Beri Promo Seru HUT ke-80 RI, ada Dufan hingga TMII!

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK