parenting
5 Penyebab Anak Zaman Now Dinilai Lebih Kasar dan Tidak Sopan
Jumat, 25 Sep 2020 08:22 WIB
Enggak sedikit orang tua yang berkomentar anak-anak sekarang beda ya dengan generasi sebelumnya. Sebagian orang berpendapat bahwa anak-anak 'zaman now' kasar dan kurang sopan santun. Sampai ada anggapan bahwa hal itu akibat dari didikan yang salah. Tak jarang kita mendengar ada yang mengatakan, 'Apa orang tuanya enggak mengajarkan sopan santun?'.
Hemm... Ternyata masalahnya bukan karena orang tua tak mengajari kesopanan, Bunda. Psikolog pendidikan Michele Borba, penulis UnSelfie: Why Empathetic Kids Succeed in Our All-About-Me World, menjelaskan bahwa ketika orang dewasa menunjukkan bagaimana kesopanan, itu akan mengambil makna yang sebenarnya. Saat seorang anak mengatakan 'permisi' atau 'terima kasih', mereka setidaknya mengenali keberadaan orang lain. Kemudian, mereka siap untuk level berikutnya.
"Perilaku sopan adalah cara tingkat rendah untuk meningkatkan empati," kata Borba.
Anak-anak yang berempati disebut Borba akan tumbuh lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih tangguh. Bahkan, anak-anak mungkin memiliki peluang lebih baik di pasar kerja. Tinjauan Forum Ekonomi Dunia baru-baru ini, mengidentifikasi kecerdasan emosional sebagai salah satu kualitas terbaik yang akan dicari pemberi kerja pada tahun 2020.
Menurut survei tahun 2016 oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research, tiga perempat orang Amerika berpikir perilaku di Amerika Serikat sudah memburuk selama beberapa dekade terakhir. Generasi Z, yang mencakup orang-orang di bawah usia 22 tahun dan menyumbang hampir sepertiga dari populasi global, merupakan bagian yang berkembang dari iklim yang kurang sopan ini.
Berdasarkan laporan Pew Research Center 2014, bersikap baik masuk dalam empat kebajikan teratas yang ingin orang tua tanamkan ke anaknya. Sedangkan tiga lainnya yaitu tanggung jawab, kerja keras, dan menolong orang lain. Namun apa yang orang tua katakan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan tidak selalu sama, dan banyak keluarga gagal dalam hal ini.
Tidak peduli seberapa besar orang tua menekankan kesopanan, anak-anak bisa saja tetap berteriak di restoran dan menjawab pertanyaan orang dewasa.
Anak-anak kasar mungkin ada di mana-mana, tetapi juga benar bahwa mengeluh tentang generasi muda itu ritual kuno.
David Finkelhor, seorang profesor sosiologi di Universitas New Hampshire, menciptakan istilah 'juvenoia'. Ia menjelaskan fenomena ini sebagai ketakutan yang berlebihan yang akan berpengaruh pada perubahan sosial pada kaum muda.
Finkelhor menghubungkannya dengan faktor-faktor termasuk investasi orang lanjut usia dalam status quo dan nostalgia untuk pengalaman mereka sendiri. “Orang dewasa juga cenderung lupa seperti apa masa kanak-kanak,” katanya dikutip Bonston Globe.
Nah, untuk mencegah anak-anak menjadi kasar dan tidak sopan, Bunda bisa pelajari beberapa hal yang membuat anak kasar dan tidak sopan berikut ini:
1. Gadget
Menurut laporan Common Sense Media 2015, anak-anak semakin banyak menghabiskan waktu luang di depan layar gadget. Rata-rata hariannya lebih dari empat jam untuk anak-anak, dan lebih dari enam jam untuk remaja.
Catherine Steiner-Adair, psikolog yang berbasis di Cambridge dan penulis The Big Disconnect: Protecting Childhood and Family Relationships in the Digital Age menjelaskan, orang tua kurang mengetahui kesulitan anak-anak mengatur perilaku setelah melepaskan diri ketika menggunakan gadget.
Anak-anak bisa berubah menjadi pemarah ketika waktu layar berakhir. Karena itu orang tua perlu mengembangkan keterampilan sosial ketika teknologi mengganggu.
"Anak-anak semakin sering menyela dan menunjukkan berkurangnya toleransi terhadap rasa frustrasi karena otak mereka terbiasa dengan kepuasan instan, " kata Steiner-Adair.
2. Waktu orang tua
Kehidupan modern yang hiruk pikuk juga menambah tantangan ini, membuat orang tua lebih sulit untuk menyampaikan pelajaran. Banyak orang tua modern hanya memiliki satu atau dua jam bersama anak-anak mereka. Padahal, kata Phoebe Segal, kurator seni di Boston, orang tua ingin menanamkan sopan santun, tetapi tidak ingin menghabiskan seluruh waktunya dengan anak-anak untuk berdiskusi.
3. Stres
Stres yang dirasakan orang tua menjadi alasan lain yang membuat anak jadi tak memperhatikan pelajaran sopan santun. Ini bisa mempengaruhi kemampuan anak untuk bersikap perhatian.
“Bahkan lebih dari sekadar observasi,” kata psikolog perkembangan Dorothy Richardson. “Anak-anak belajar empati dengan menerima empati.”
Namun, dia menjelaskan, budaya multitasking yang berkecepatan tinggi saat ini semakin mempersulit orang tua untuk memberikan ruang bagi empati ini. Pada gilirannya, meningkatkan stres pada anak-anak.
“Kadang-kadang kurangnya perhatian anak-anak terhadap orang lain adalah hasil dari kecemasan mereka sendiri,” kata Richardson.
Selama tiga dekade bekerja dengan keluarga, Richardson, yang merupakan pendiri dan pengawas klinis dari Brookline’s Rice Center for Young Children and Families at The Home for Little Wanderers, telah memperhatikan meningkatnya stres orang tua tentang perilaku anak.
4. Sikap orang tua
"Kita bisa mengatakan apa pun yang kita inginkan kepada anak-anak kita tentang sopan santun, tetapi yang lebih penting, mereka mengikuti petunjuk kita,” kata Diane Gottsman, pakar etiket nasional dan penulis Modern Etiquette for a Better Life.
Kalau orang tua ingin anaknya menjadi bijaksana, kata Gottsman, hendaknya jangan berbicara tentang sesuatu yang negatif di depan anaknya. Saat Bunda atau Ayah sering membicarakan keburukan orang lain di depan anak, mereka akan kehilangan simpati.
Demikian pula, sebelum menilai kekasaran anak karena teknologi, orang tua harus memeriksa kekasaran kita sendiri. J. Stuart Ablon, direktur program terapi perilaku, menjelaskan, anak-anak menyaksikan orang dewasa sepanjang waktu, jadi ketika orang tua terus-menerus memeriksa telepon ketika berdiskusi sehingga kemudian kehilangan jejak percakapan, anak-anak akan menirunya.
5. Pesan orang tua
Bahkan ketika mencoba melakukan yang terbaik, tanpa disadari orang tua dapat mengajarkan perilaku buruk. Pada tahun 2014, Making Caring Common, sebuah inisiatif dari Harvard Graduate School of Education, bertanya kepada orang tua secara nasional kualitas apa yang paling ingin mereka asuh pada anak-anak mereka.
Kepedulian menjadi yang utama, diikuti kebahagiaan dan pencapaian. Namun, inilah bagian yang menarik, ketika anak-anak diminta untuk mengurutkan kualitas ini menurut kepentingan orang tua, perhatian menjadi yang terakhir.
"Orang tua mengatakan hal yang benar," kata psikolog Richard Weissbourd, direktur fakultas di Making Caring Common, "Tetapi mereka menyampaikan pesan kepada anak-anak bahwa pencapaian dan kesejahteraan menjadi yang paling penting."
Pesan ini mempengaruhi tata krama. Weissbourd menjelaskan misalnya ketika seorang anak sedang mengerjakan pekerjaan rumah, orang tua tidak akan meminta mereka untuk berdiri, melakukan kontak mata, dan menyapa.
Baca Juga : Cara Membuat Anak Berperilaku Sopan |
Para orang tua berpikir bahwa melindungi anak-anak dari kekecewaan akan meningkatkan harga diri mereka. Namun, kata Weissbourd, yang terjadi justru sebaliknya. “Ini seperti cerita The Giving Tree. Orang tua memberi dan memberi, dan anak-anak mereka menjadi lebih kasar dan lebih berhak. "
Untuk mengubah anak menjadi lebih sopan santun, psikolog Lynne Kenney menjelaskan tentu tidak terjadi dalam semalam. Para ahli saja mengamati untuk mengubah kebiasaan itu membutuhkan waktu. Tapi berapa lama? Yang jelas, orang tua harus terus memberikan dukungan untuk membantunya menyesuaikan dengan nilai yang keluarga Bunda ajarkan.
" Setiap kali Anda memberikan bimbingan atau melatih anak Anda secara emosional, Anda sedang membangun jalur baru di otaknya untuk menggantikan perilaku lama yang tidak diinginkan," ujarnya dalam buku 50 Panduan Mengasuh Anak yang Sulit Diatur.
Bunda, simak juga yuk trik dari Shireen Sungkar berikut ini agar anak mau nurut:

