PARENTING
5 Ciri Anak Tantrum yang Melewati Batas, Bunda Perlu Tahu
Annisa Afani | HaiBunda
Kamis, 24 Dec 2020 12:12 WIBTantrum pada anak dapat muncul dalam berbagai kondisi, Bunda. Ada yang melibatkan ledakan amarah, frustrasi, hingga perilaku-perilaku yang terasa sulit untuk diatasi dan dikendalikan.
Sikap yang muncul biasanya ditandai dengan tangisan, jeritan, bersikap kasar dengan memukul-mukul atau menendang, hingga berlarian menghindari hal yang menjadi pemicu. Dalam beberapa kasus, anak-anak yang mengalami tantrum dapat mengalami muntah dan menjadi sangat agresif sehingga mudah tersinggung.
Penyebab tantrum
Secara umum, tantrum biasa terjadi pada anak usia 1-4 tahun, Bunda. Ini terjadi karena keterampilan sosial dan komunikasi si kecil belum berkembang dengan baik, sehingga ia sulit mengekspresikan emosinya yang besar dengan cara yang tepat.
"Anak-anak kecil, yaitu mereka yang berusia antara 1 dan 4 tahun belum mengembangkan keterampilannya dengan baik. Mereka cenderung kehilangan kontrolnya," kata psikolog klinis Ray Levy, dikutip dari Parents.
Selain itu, tantrum juga bisa terjadi saat anak merasa dirinya sudah mandiri lho, Bunda. Anak berpikir dan menilai bahwa tantrum dapat memengaruhi perilaku orang lain, yakni sesuai keinginannya.
"Mereka telah tumbuh lebih mandiri dan sangat menyadari kebutuhan dan keinginannya. Jika tak dipenuhi, maka akan mengamuk," tutur Levy.
Selain itu, tantrum juga dapat terjadi pada anak yang lebih besar, Bunda. Penyebabnya mungkin tak jauh berbeda, namun karena kemampuan komunikasi dan sosialnya sudah mulai berkembang, maka pengalaman ini akan terasa lebih mudah dikendalikan.
Nah, berikut beberapa penyebab anak menjadi tantrum dikutip dari Raising Children dan Understood:
1. Temperamen
Alasan ini memengaruhi seberapa cepat dan kuat reaksi anak-anak terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat frustrasi. Biasanya hal ini membuat anak cenderung lebih mudah marah hingga mengamuk.
2. Stres, kelaparan, kelelahan, dan stimulasi berlebihan
Anak yang mengalami stres atau takut karena aktivitas tertentu, mungkin akan tantrum untuk menghindarinya. Selain itu, lapar, lelah, dan stimulasi berlebihan dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan perilakunya.
Anak yang terlalu terstimulasi karena cahaya terang, suara keras, kerumunan orang bisa membuat mereka gelisah dan melampiaskan dengan apa yang tampak seperti tantrum.
3. Situasi di luar kendali
Situasi yang tidak dapat diatasi dan berada di luar kendali kerap kali mengganggu perasaan anak, Bunda. Hal ini biasanya terjadi saat mainan kesukannya diambil anak lain.
4. Emosi yang kuat
Emosi ini meliputi beberapa perasaan, seperti kekhawatiran, ketakutan, rasa malu, dan marah yang bisa menjadi beban bagi anak-anak.
5. Masalah di sekolah
Untuk anak yang lebih dewasa dan sudah sekolah, kesulitan belajar atau berperilaku di sekolah sering membuat mereka merasa gagal. Mungkin mereka akan tantrum setelah pulang sekolah dengan menghindari pekerjaan rumah.
Ciri-ciri anak tantrum
Sementara itu, ada beberapa ciri anak tantrum yang melewati batas kewajaran lho, Bunda. Dikutip dari WebMD, berikut ini di antaranya:
1. Mengamuk dalam waktu lama
Jika anak mengamuk lebih dari 30 menit dengan 10 hingga 20 kali tantrum, ini menunjukkan tantrum yang melewati batas.
"Tidak jarang anak-anak mencoba menendang ibunya karena mereka tidak mau membelikan es krim. Tetapi jika ini terjadi 90 persen dari waktu tersebut, dan Anda harus melindungi diri sendiri selama anak tantrum, ini berarti anak mengalami gangguan," kata psikolog di Universitas Washington Andy C. Belden.
2. Melukai diri diri sendiri
Anak-anak dengan depresi berat, depresi berat campuran, atau perilaku yang mengganggu jauh lebih mungkin melukai diri mereka sendiri, seperti menggigit dirinya, membenturkan kepala ke dinding, atau menendang benda untuk melukai kakinya.
3. Sering mengamuk
Anak-anak prasekolah yang mengalami 10 hingga 20 tantrum dalam sebulan di rumah atau memiliki lebih dari lima tantrum sehari dalam beberapa hari di luar rumah, berisiko mengalami masalah kejiwaan yang serius.
4. Tantrum sangat lama
Tantrum anak selama 5 menit bisa terasa seperti jutaan tahun bagi orang tua. Tetapi anak-anak yang secara konsisten tantrum selama lebih dari 25 menit mungkin memiliki masalah yang mendasarinya.
"Seorang anak normal mungkin mengalami tantrum selama 30 detik. Namun anak-anak dengan gangguan kejiwaan, 90 persen mengamuk selama 25 menit atau lebih," ungkap Belden.
5. Tidak bisa menenangkan diri
Anak tidak mampu menenangkan diri setelah tantrum. Menurut Belden, anak-anak ini hampir setiap saat membutuhkan semacam kekuatan eksternal untuk menenangkan diri mereka.
"Anda harus terus-menerus mengeluarkan mereka dari situasi ini atau tantrum akan terus berlanjut," ucapnya.
Baca Juga : Penyebab Bunda Sulit Menahan Emosi kepada Anak |
Cara mengatasi tantrum anak
Setiap ibu sebenarnya memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi tantrum pada anak. Berikut beberapa cara paling umum yang biasa dilakukan untuk menenangkan anak saat tantrum:
1. Tetap tenang
Saat anak secara tiba-tiba mengalami tantrum, maka luangkan sejenak waktu Bunda untuk menenangkan diri. Jika Bunda langsung menanganinya dalam kondisi marah, situasi yang dihadapi akan semakin sulit.
Dengan mengambil jeda untuk menenangkan diri, Bunda juga dapat mengontrol suara dan bertindak dengan tepat tanpa melukai perasaan si kecil dan meninggalkan rasa sesal setelahnya.
"Saat mendisiplinkan, penting untuk fokus pada perilaku dan tidak menyerang anak Anda secara emosional," kata Murray Strauss, Ph.D., profesor sosiologi dan wakil direktur dari Laboratorium Penelitian Keluarga Universitas New Hampshire di Durham.
2. Pahami perasaan anak
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tantrum selalu terjadi dengan latar belakang tertentu. Agar dapat mengatasinya dengan mudah, perlu untuk membuat anak merasa bahwa perasaannya dapat dipahami oleh Bunda.
Dengan begitu, hati anak yang tadinya keras akan luluh untuk mengatur emosinya. Jika Bunda menggunakan kalimat atau kata-kata yang halus seperti, "Kakak pasti sedih banget ya karena es krimnya jatuh?", maka hal ini akan lebih mudah baginya.
3. Tunggu tantrumnya reda
Bunda tak perlu langsung meminta anak untuk tenang saat tantrumnya muncul. Cobalah untuk tetap berada di dekatnya, sehingga anak merasa Bunda ada untuk mendengarkan dan memahaminya.
"Terkadang seorang anak hanya perlu mengeluarkan amarahnya. Jadi biarkan," kata Linda Pearson, seorang praktisi dan perawat.
4. Pegang kendali
Jika tantrum terjadi karena anak menginginkan sesuatu, jangan turuti keinginannya langsung saat itu juga. Selain itu, jika anak tidak melakukan apa yang diperintahkan, gunakanlah kekuasaan yang Bunda miliki. Misalnya, jika anak tetap menonton televisi saat diminta tidur, cabut kabelnya daripada harus menarik dan menggendong paksa ke kamar.
5. Konsisten
Jika Bunda menolak memberikan sesuatu saat anak tantrum, tetaplah bersikap seperti itu selamanya. Jika Bunda melanggarnya, penyelesaian masalah akan semakin sulit.
6. Ketahui pemicunya
Kebanyakan anak-anak tantrum dalam situasi yang sangat mudah ditebak. Umumnya, ini terjadi saat akan tidur, ketika diminta untuk berhenti bermain, lelah atau lapar. Untuk itu, Bunda perlu untuk mengantisipasinya.
Misalnya saat ia bermain, jangan langsung minta anak berhenti saat itu juga. Cobalah untuk mengingatkannya dalam beberapa waktu seperti, "Kak, waktu mainnya tinggal 10 menit lagi, ya."
7. Tanggapi amarahnya
Menanggapi amukan dan amarah anak adalah sesuatu yang harus dilakukan setiap orang tua. Dengan menanggapi dan memahami penyebabnya, Bunda dapat membuatnya lebih tenang.
Cara mengurangi tantrum
Ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk mengurangi kemungkinan anak mengalami tantrum, berikut di antaranya:
1. Mengurangi dan menghindari pemicu
Emosi anak dapat Bunda kendalikan jika pemicu tantrumnya dapat dihindari dengan mengalihkan perhatiannya.
"Anak-anak memiliki rentang perhatian yang cukup pendek yang berarti mereka biasanya mudah dialihkan," kata Levy.
2. Selalu dengarkan perasaan anak
Jika menyadari dan memahami perasaan anak, maka Bunda mungkin juga dapat merasakan kapan perasaan meledak-ledak anak akan muncul. Saat hal tersebut mulai terasa, ajaklah anak untuk berbicara tentang apa yang terjadi dan membantu ia untuk mengelola perasaannya yang sulit.
3. Bangun komunikasi dengan anak
Bangunlah komunikasi dan ajarkan tentang emosi serta cara mengendalikannya, Bunda. Ketika anak sedang berjuang menghadapi perasaannya, dorong anak untuk menyebutkan jenis perasaan apa yang ia alami, apa penyebabnya, serta bagaimana cara agar perasaan tersebut dapat mereda.
Perlu diketahui, tantrum anak bukanlah penyakit yang perlu diobati atau hasil dari pola asuh yang buruk. Bunda tak perlu berpikir terlalu jauh karena ini merupakan fase dan bagian dari tahap perkembangan penting yang pasti dialami oleh anak.
"Tantrum membantu anak-anak belajar menghadapi emosi negatif mereka," kata psikolog klinis, Linda Rubinowitz.
Bunda, simak juga yuk tips hadapi anak tantrum dalam video berikut: