Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Waktu Anak Kedua Mulai Tantrum Pertama, Sumpah Rasanya Santuy Banget

Zika Zakiya   |   HaiBunda

Rabu, 18 Aug 2021 09:25 WIB

Ilustrasi tantrum
Ilustrasi tantrum/Foto: Getty Images/iStockphoto/nanausop

Bunda yang anak-anaknya sudah melewati fase dua tahun akan tahu yang namanya tantrum. Tantrum, alias anak mengamuk karena belum bisa mengekespresikan kemauan dan isi hatinya, bisa bikin stres lho.

Si Kecil akan ngamuk, nangis, guling-guling, menjerit, pada sebuah hal yang kita enggak ngerti apa. Jangan berikan barang apa pun, Bun saat Si Kecil begini karena hasilnya sia-sia.

'Obat' saat Si Kecil tantrum adalah ditenangkan. Namun, tenangkan dia dengan lebih dulu menenangkan diri Ayah dan Bunda. Kedengerannya mudah ya, Bun?Kenyataannya enggak demikian, Bunda-bunda sayang...

Banner Rumah Viral MojokertoFoto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

Kebetulan kata 'sabar' bukanlah salah satu unggulan kepribadian saya. Jadi saat anak pertama saya tantrum, panik adalah yang terjadi. Belum lagi tambahan dari orang sekitar (Ibu dan Suami) yang menyuruh ini-itu agar Si Kecil diam.

Lebih parah lagi karena anak pertama saya punya kecenderungan menjatuhkan tubuhnya ketika tantrum. Lebih tepatnya membanting diri ke belakang.

Ini membuat saya dan suami harus punya tenaga ekstra untuk mencegahnya menyakiti diri sendiri. Tapi karena saat itu rasa sabar saya masih tipis-pis-pis jadilah saya kadang ikutan nangis karena panik, huhu..!

Seiring waktu, Si Kecil enggak demikian lagi karena dia sudah tahu bagaimana cara memberi tahu kami apa yang dirasakannya. Apalagi saya dan suami sudah membiasakan komunikasi mengenai apa pun yang dia rasakan pada kami (kesal, marah, cinta, peluk).

Lalu tibalah kami punya anak kedua. Pengalaman mengasuh anak pertama membuat pengasuhan anak kedua ini berjalan santai. Meminjam istilah Barat, mengasuh anak kedua bak,"A walk in the park..".

Jika dia nangis, saya enggak panik karena udah tahu harus apa dan ngapain. Saat dia bikin kami begadang, saya sudah siapkan pengasuh yang stand by sejak jam 06.00 pagi jadi saya bisa istirahat.

Perasaan santuy itu berlanjut saat anak kedua ini mulai tantrum. Jika saat anak pertama tantrum saya ikutan panik dan malah membuat si anak tambah nangis, di anak kedua saya tenang bak air mengalir di sungai.

Saya tempatkan kami berdua dalam satu kamar. Saya peluk dan elus lembut punggungnya saat dia meraung. Saya peluk kembali saat dia menolak dipeluk. Saat kecup keningnya kala dia menjatuhkan tubuhnya --persis seperti Kakaknya.

Saya persiapkan mental bahwa ini akan berlangsung sekitar satu jam, bahkan lebih. Emosi negatif apa pun saya tanggalkan di pintu kamar sehingga saat proses tantrum itu, dia merasakan ketenangan saya.

Gimana hasilnya, Bun?

Mantap! Si Kecil yang tantrum jadi lebih cepat tenang. Saya pun secara psikis enggak tertekan. Malah ketika dia sudah capek dengan tangisnya, pelukan sayalah yang makin menenangkannya.

Jadi sebenarnya apa sih tantrum itu dan gimana kata pakar dalam mengatasinya? Simak di HALAMAN SELANJUTNYA ya, Bun.

Simak juga video berikut mengenai cara kembalikan mood anak pasca-tantrum

[Gambas:Video Haibunda]



Kata Psikolog Soal Tips Atasi Tantrum

Ilustrasi tantrum pada balita

Ilustrasi tantrum/Foto: Thinkstock

Dalam perbincangan kami dengan Ratih Zulhaqqi, M,Psi, Psikolog, tantrum merupakan luapan atau ekspresi emosi besar yang dapat dialami anak. Bentuknya bisa berupa marah, kesal, frustrasi, hingga akhirnya menangis.

"Kenapa anak usia 2 tahun sering disebut 'terrible two'? Karena pada saat ini, orang tua banyak yang mengelus dada, saat anak tantrum dan dilarang melakukan apa pun, dia langsung nangis," kata Ratih.

Tips pertama dari Ratih dalam mengatasi anak tantrum adalah Bunda perlu bersabar dan enggak boleh terbawa emosi.

"Orang tua perlu belajar manajemen perilaku untuk menghadapi anak yang sulit ditangani. Misalnya, kita belajar tantrum itu apa. Jangan kalau anak marah, kita juga ikutan tantrum karena nanti hubungannya makin buruk. Ada hal-hal yang perlu disiasati dalam menghadapi anak dua tahun," tegasnya lagi.

Selain itu Bunda juga harus mencari tahu kebutuhan emosional anak itu apa? Apa yang membuat dia kesal hingga akhirnya meluap dalam bentuk tangis dan teriak.

“Jadi, kebutuhan emosionalnya perlu dipahami, ditanya dulu sebelum ambil keputusan," ujar psikolog yang berpraktek di Depok, Jawa Barat ini.

Jadi jika Bunda mengalami hal yang sama dengan Bubun, saran saya adalah tenangkan diri dulu. Jika perlu, keluar dulu dari ruangan dan ambil segelas air. Tenangkan diri, ambil napas dan keluarkan. Setelah hati terasa lega, ayo kita tenangkan Si Kecil kesayangan hati itu.

(Bunda Zika, Managing Editor HaiBunda.com, dengan dua orang anak lelaki berusia tujuh tahun dan 13 bulan. Paling suka baca buku dan punya mimpi suatu hari nanti bisa mengajar sebagai seorang Dosen)


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda