Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Menghadapi Anak Tantrum, Baiknya Bunda Diam atau Marah?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 04 Mar 2021 20:46 WIB

ilustrasi anak tantrum
Ilustrasi/Foto: iStock

Menghadapi anak tantrum terkadang bikin serba salah. Bunda menanggapi si Kecil, amukannya malah menjadi-jadi. Tapi kalau dibiarkan begitu saja, konon tidak baik juga untuknya. Lalu, harus bagaimana kah sebaiknya?

Hampir semua anak kecil pasti akan mengalami tantrum dengan melepaskan perasaan amarahnya yang kuat. Seringnya, tingkat intensitas anak tantrum ini berhubungan dengan kurang tidur.

Anak-anak yang lelah lebih sering mengamuk dan amukannya itu jauh lebih intens serta lebih sulit dihentikan. Demikian disampaikan psikolog anak Dr Richard Woolfson, Ph.D, PGCE, MAppSci, CPsychol, FBPsS, dalam buku Your Preschooler Bible. Menurutnya, ketika anak tantrum tiba-tiba mulai berteriak.

"Mungkin berbaring di lantai dan menghentakkan kakinya ke tanah atau mungkin membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding, melempar benda ke sekeliling ruangan, atau mulai memukul atau menggigit," kata Woolfson.

Apabila anak tantrum seperti ini, cara paling efektif menghadapi tantrum versi Woolfson adalah dengan mengabaikan anak, menunjukkan sikap tidak peduli.

"Mengabaikan anak Anda seperti menjauh darinya, tidak menatapnya, menyanyikan lagu, atau tidak menanggapi permintaannya.  Jika Anda khawatir anak Anda akan melukai dirinya sendiri, angkat dan bawa dia ke tempat yang lebih aman, tetapi usahakan untuk tidak melihat atau menanggapinya," ujar Woolfson.

Banner aglaonema


Woolfson memahami bagaimana perasaan orang tua ketika anaknya tantrum, malu hingga tak selera untuk makan, atau menonton film. Bahkan, anak yang berteriak bisa membuat waktu menyenangkan menjadi terganggu.

"Itu juga akan membuat Anda stres jika anak Anda mengganggu di playgroup atau juga sekolah penitipan anak, seperti ketika di rumah," ujarnya.

Sementara ahli gentle parenting Sarah Ockwell-Smith dalam The Gentle Parenting Book menjelaskan, ketika orang tua mengasuh anak dengan cara gentle parenting, menghadapi anak tantrum bukan berarti bersikap permisif, dengan mengalah dan membiarkan anak mendapatkan apa yang diinginkan setiap saat.

"Juga tidak berarti bahwa Anda sedang mengajar mereka untuk mengulangi perilaku tersebut. Itu juga tidak berarti bahwa anak tersebut tidak boleh menangis. Menghadapi anak tantrum dengan lembut berarti mengingatkan perasaan anak, melindungi mereka dan orang lain, dan mudah-mudahan menjadikan pengalamannya sebagai pelajaran," ujar Ockwell-Smith.

Ockwell-Smith mengingatkan kunci menghadapi anak tantrum adalah tetap tenang. Berteriak pada anak tak menghasilkan apa-apa, ini tidak lebih dari sekadar memunculkan kembali perilaku balita Anda sendiri dan tidak akan pernah menghasilkan hasil yang diinginkan dalam jangka panjang," jelasnya.

Sebelum Bunda merespon anak tantrum, Ockwell-Smith bilang, berhentilah, tarik napas dalam-dalam, kendurkan ketegangan Bunda. Lakukan ini beberapa kali. Katakan pada diri sendiri, 'Anak saya sedang mengalami kesulitan dan ini tidak menyulitkan saya. Sebagai orang dewasa, terserah saya untuk membantu mereka.'

"Yang terpenting, abaikan siapa pun dan semua orang di sekitar Anda. Saat ini hanya ada dua orang yang benar-benar penting: Anda dan anak Anda," pungkas Ockwell-Smith.

(fia/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda