parenting

7 Cara Mengatasi Mental Breakdown Saat Menjadi Orang Tua

Kinan   |   HaiBunda

Kamis, 04 Mar 2021 11:17 WIB

Mengurus rumah tangga dan keluarga bagi sebagian orang bisa memengaruhi kesehatan psikis. Terutama jika berbagai masalah dibiarkan menumpuk dan tak dicari jalan keluarnya. Mental breakdown pun rentan terjadi.

Dikutip dari Healthline, mental breakdown adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode tekanan mental yang intens. Selama periode ini, seseorang tidak dapat beraktivitas dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-harinya.

Walau kini mental breakdown tidak lagi dianggap sebagai istilah medis, namun kondisi ini awalnya merujuk pada berbagai macam gangguan mental. Beberapa di antaranya yakni depresi, kegelisahan dan gangguan stres akut.


Tak terkecuali saat menjadi orang tua, mental breakdown pun menjadi rentan terjadi. Terutama disebabkan oleh kelelahan, kecemasan berlebihan, serta belum menemukan pola asuh yang sesuai.

"Krisis identitas dalam menentukan pola asuh dapat membuat orang tua bingung. Pada akhirnya, mereka mudah marah dan kewalahan," ujar pakar terapi pengasuhan anak, Rebekah Borucki. 

Dirangkum dari Parents, berikut 7 cara mengatasi gejala parenting mental breakdown:

1. Terima perasaan diri sendiri

Jangan salahkan diri sendiri jika merasa kelelahan saat mengurus si Kecil ya, Bunda. Ini merupakan kondisi yang wajar, kok. Terlalu membebani diri sendiri justru akan membuat mental breakdown semakin parah.

Umumnya kondisi ini rentan dialami orang tua karena kurang istirahat, serta menyadari ada tanggung jawab baru yang besar terkait masa depan anak. Jadi, cobalah untuk memberikan waktu tenang sejenak bagi tubuh untuk istirahat ya, Bunda.

2. Mengobrol dengan orang tua lain

Saat ini teknologi sudah semakin canggih, berbagai aplikasi parenting untuk para bunda pun sudah tersedia. Manfaatkan hal ini untuk berbagi cerita dengan orang tua lain, terutama dengan tahap kehidupan yang sama. 

Membuka obrolan dan menerima cerita dari orang tua lain bisa memberikan ilmu baru, sekaligus menjadi wadah bercerita agar Bunda tak merasa terpuruk sendirian.

3. Atur napas dan berpikir tenang

Menurut penulis The Future of Happiness, Amy Blankson, saat panik dan cemas berlebihan orang cenderung memproses informasi melalui pusat pengatur emosi daripada melalui pusat logika. Akibatnya, sulit untuk tetap tenang dan berpikir jernih.

4. Jangan menahan diri untuk tidak menangis

Menangis kerap dihindari oleh para bunda karena dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Padahal menurut konsultan Elizabeth Pearson, menangis justru baik bagi kesehatan psikis dan dapat mempercepat proses pemulihan emosi.

"Cobalah untuk menerima apa yang tubuh dan pikiranmu coba katakan. Memendam rasa lelah dan kecewa justru bisa memperlambat pemulihan emosi. Ini berarti perasaan negatif justru tidak disalurkan dengan baik," tutur Pearson.

5. Meminta bantuan profesional

Jika mental breakdown yang terjadi tak kunjung mereda dan justru semakin parah, jangan tunda untuk meminta bantuan profesional. Termasuk untuk melakukan terapi konseling. Nantinya akan ditemukan proses pemulihan psikis yang tepat sesuai dengan kondisi serta kebutuhan Bunda.

6. Meditasi dan napas dalam

Meditasi telah terbukti dapat membantu mengurangi stres, meredakan ketegangan, dan bahkan meningkatkan kebahagiaan. Nah, cobalah untuk mengembangkan teknik meditasi instan untuk digunakan, terutama saat mental breakdown datang.

Misalnya saat si Kecil sedang tantrum atau sakit, tenangkan diri sendiri dulu ya, Bunda. Tarik napas dalam dan hindari terlalu menyalahkan diri sendiri.

7. Beri waktu untuk menyenangkan diri sendiri

Agar kesehatan psikis tetap terjaga, jangan lupa untuk tetap memberikan ruang dan waktu diri sendiri meski sudah memiliki anak. Tak selalu dengan pergi keluar rumah, cukup dengan menikmati waktu mandi dengan santai atau tidur siang saat benar-benar lelah.

Libatkan suami untuk membantu bergantian mengurus si Kecil saat Bunda butuh rehat sejenak. Dengan demikian, Bunda punya waktu untuk menjernihkan pikiran ketika rasa lelah sedang datang.

Jangan tolak tawaran bantuan dari suami, anggota keluarga lain atau sahabat untuk memberi dukungan dalam mengasuh si Kecil. Misalnya untuk membawakan makanan, camilan atau membantu menjaga anak selagi Bunda beristirahat.

Nah, jangan lupa juga untuk selalu terbuka dan berkomunikasi dengan suami tentang keseharian Bunda, ya. Jaga kesehatan mental dan fisik Bunda menjadi faktor penting untuk tetap tenang selama mengasuh anak. Hal ini pun dapat membantu mengatasi dan mencegah mental breakdown terjadi.

(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT