
parenting
Serba-serbi Mental Breakdown: Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya
HaiBunda
Selasa, 09 Feb 2021 19:34 WIB

Kesehatan mental selama ini masih kerap dianggap enteng. Bahkan siapa pun yang mengalaminya sering mendapatkan cap negatif. Salah satu yang perlu diketahui yakni kondisi mental breakdown.
Dikutip dari Healthline, mental breakdown adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode tekanan mental yang intens. Selama periode ini, seseorang tidak dapat beraktivitas dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-harinya.
Meskipun mental breakdown kini tidak lagi dianggap sebagai istilah medis, namun kondisi ini pernah digunakan untuk merujuk pada berbagai macam gangguan mental. Beberapa di antaranya yakni depresi, kegelisahan dan gangguan stres akut.
Sampai saat ini pun mental breakdown masih sering digunakan untuk menggambarkan gejala stres intens.
Berikut ulasan lengkap tentang mental breakdown yang perlu Bunda ketahui:
Tanda dan gejala mental breakdown
Seseorang yang mengalami mental breakdown mungkin akan menunjukkan tanda-tanda termasuk gejala fisik, perilaku dan psikologis. Tanda ini bersifat unik, yang artinya bisa berbeda-beda pada tiap orang.Â
Namun demikian, beberapa gejala umumnya yakni depresi, cemas (ditandai dengan otot tegang, tangan berkeringat, atau gemetar), insomnia, halusinasi, perubahan mood mendadak, paranoia dan muncul serangan panik.
Orang-orang dengan mental breakdown juga sering kali menarik diri dari keluarga dan teman. Mereka menghindari keterlibatan sosial, mengalami penurunan nafsu makan dan mengisolasi diri.
Penyebab mental breakdown
Penyebab munculnya mental breakdown seringnya terjadi ketika masalah datang bertubi-tubi, tanpa ada solusi berarti. Stres tersebut juga bisa disebabkan oleh pengaruh luar. Beberapa di antaranya seperti stres di tempat kerja, peristiwa traumatis (termasuk kehilangan anggota keluarga) dan masalah keuangan yang serius.
Perubahan besar dalam hidup seperti perceraian juga bisa menjadi pemicu munculnya mental breakdown.
Cara mengatasi mental breakdown
Untuk membantu mengatasi mental breakdown dan keluar dari siklus tekanan psikologis, Bunda dapat melakukan terapi konseling dengan tenaga profesional. Jika perlu, psikiater bisa memberikan resep obat jika memang benar-benar diperlukan. Misalnya seperti antidepresan atau obat anticemas.
Terapi meditasi dan perawatan alternatif seperti akupunktur, terapi pijat, atau yoga pun bisa Bunda pilih untuk membantu menenangkan diri. Demikian dilansir Medical News Today.
Perubahan perilaku saat mengalami mental breakdown
Perubahan gaya hidup sehari-hari juga perlu disesuaikan lho, Bunda. Di antaranya termasuk mengurangi konsumsi kafein dan minuman beralkohol, cukup istirahat dan kurangi begadang, hingga melatih teknik napas dalam saat sedang cemas atau stres.
Jangan lupa juga untuk berolahraga secara teratur minimal 3 kali seminggu, misalnya dengan berjalan santai setidaknya 30 menit. Â
Selain itu, yang tak kalah penting cobalah untuk mengurangi tingkat stres Bunda dengan mengatur pikiran diri sendiri, mengambil istirahat sejenak, mencari kegiatan favorit dan membatasi aktivitas yang bisa memicu stres.
Rencana perawatan ini bisa dirancang secara mandiri, tetapi akan lebih membantu jika dilakukan bersama tenaga profesional agar sesuai dengan kebutuhan psikis Bunda.Â
Kapan kondisi mental breakdown perlu dianggap serius?
Meski kerap dianggap sepele, mental breakdown juga perlu dianggap serius dalam beberapa kondisi tertentu. Terutama jika sampai memicu perilaku ingin menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
Mental breakdown yang sampai memengaruhi gangguan saraf juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Kondisi ini tentunya bisa memperburuk keluhan dan membuat Bunda semakin sulit menjalani aktivitas sehari-hari.
Selain membantu memeriksa gejala fisik, dokter kemungkinan juga akan merujuk Bunda ke psikolog atau psikiater. Ahli kesehatan mental ini dapat menangani gejala emosional, mental, dan perilaku seseorang dengan mental breakdown.
Beberapa masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gejala terkait gangguan saraf atau mental breakdown meliputi gangguan bipolar, skizofrenia, nyeri kronis dan juga PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
Kesimpulannya, kebanyakan orang memang biasa mengalami stres, cemas, dan putus asa dari waktu ke waktu, terutama setelah mengalami peristiwa traumatis. Namun apabila gejala yang muncul sampai memengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin harian atau membuat seseorang menarik diri dari pergaulan, kemungkinan perlu diberikan terapi medis.
Demikian ulasan tentang mental breakdown yang perlu Bunda pahami. Jangan tunda mencari bantuan profesional jika kondisi ini sudah terasa mengganggu dan memengaruhi aktivitas Bunda, ya!
(som/som)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kisah Jet Li Sempat Vakum Demi Sembuhkan Putrinya yang Depresi

Parenting
Merasa Stres dan Jenuh Mengasuh Anak, Apakah Bunda Alami Parental Burnout?

Parenting
Curhat Influencer Naajmi W, Khawatir Putrinya Alami Depresi di Usia 5 Tahun

Parenting
Belajar dari Kasus Siswi SMP Jaktim Bunuh Diri, Pahami Anak Saat Depresi

Parenting
Lari Bantu Tekan Tingkat Depresi dan Gelisah Pada Remaja


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda