
parenting
Penyakit Jantung pada Anak, Kenali Tanda dan Risiko Tumbuh Kembangnya
HaiBunda
Jumat, 23 Jul 2021 10:05 WIB


Penyakit jantung tidak hanya dialami orang dewasa, anak-anak bahkan bayi yang baru lahir pun juga bisa mengalami masalah pada jantungnya. Secara umum, masalah jantung pada anak dibedakan atas dua kelompok, yaitu Kelainan Jantung Bawaan dan Kelainan Jantung Didapat.
Kelainan Jantung Bawaan adalah kelainan jantung yang dibawa sejak bayi dilahirkan, kelainan ini umumnya merupakan kelainan anatomi atau struktur bangun jantung. Keadaan ini timbul karena gangguan pada saat pembentukan jantung, yaitu pada trimester pertama kehamilan.
Kelainan Jantung Didapat adalah penyakit jantung yang terjadi setelah bayi lahir. Penyebabnya adalah bisa karena infeksi atau reaksi imunologis tubuh.
Penyakit jantung yang paling banyak pada anak adalah penyakit jantung bawaan. Untuk memahami lebih jauh mengenai hal ini, berikut serba-serbi masalah jantung pada anak yang Bunda perlu ketahui:
Kelainan Jantung Bawaan (KJB)
Kelainan Jantung Bawaan (KJB) merupakan penyakit jantung yang dibawa sejak lahir. Keadaan ini merupakan kelainan anatomi atau struktural jantung, sehingga mengakibatkan aliran darah dan fungsi sirkulasi jantung menjadi tidak normal.
Kelainan Jantung Bawaan adalah salah satu jenis kelainan bawaan atau cacat lahir yang umum ditemukan. Kelainan Jantung Bawaan (KJB) ditemukan pada hampir 1/3 kelainan mayor. Angka kejadiannya sebesar 8-10 bayi dari setiap 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 250 juta, diperkirakan tiap tahun terdapat 50.000 kasus baru KJB.
Faktor risiko Kelainan Jantung Bawaan (KJB)
Penyebab KJB sendiri secara pasti tidak diketahui. Namun, saat ini yang bisa dikenali hanyalah sejumlah faktor risikonya, baik dari ibu maupun kondisi anaknya sendiri.
Faktor risiko KJB dari ibu:
- Diabetes Mellitus
Beberapa kondisi ibu yang menderita Diabetes Mellitus, memiliki risiko melahirkan anak dengan KJB lebih besar dibanding dengan ibu tanpa diabetes. - Rubella
Ibu yang terinfeksi virus Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan akan meningkatkan risiko melahirkan anak dengan KJB. - Mengonsumsi obat tertentu
Ibu hamil yang mengonsumsi obat antidepresan dan obat anti kejang juga berisiko melahirkan anak dengan kelainan jantung bawaan. - Merokok dan minum alkohol
Selain itu, ibu perokok atau mengkonsumsi alkohol juga akan meningkatkan risiko anak dengan KJB.
![]() |
Faktor risiko KJB dari anak:Kelainan kromosom
- Faktor risiko dari bayi sendiri di antaranya bayi dengan kelainan kromosom seperti Down Syndrome, DiGeorge syndrome atau Turner syndrome, yang diketahui memiliki risiko KJB yang lebih besar.
- Bayi prematur
Demikian pula dengan bayi yang dilahirkan prematur, risiko terjadinya KJB juga besar.
Nah, untuk ibu dan bayi yang memiliki faktor-faktor risiko seperti di atas, sebaiknya dilakukan skrining untuk mendeteksi sejak dini adanya KJB. Deteksi dini tersebut sudah bisa dilakukan semenjak bayi dalam kandungan.
Jenis Kelainan Jantung Bawaan (KJB)
Secara garis besar, KJB dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu kelompok KJB dengan keadaan klinis biru dan KJB tanpa klinis biru.
- Klinis biru disebut juga dengan sianosis
Keadaan klinis ini ditandai dengan bibir, gusi, dan ujung jari terlihat biru. Umumnya, sianosis terjadi karena kelainan anatomi yang lebih komplek, terdiri dari beberapa keadaan sehingga terjadi percampuran darah yang mengakibatkan darah yang beredar di seluruh tubuh rendah kandungan oksigen.
Secara klinis, anak terlihat biru di seputar mulut, gusi, dan lidah terutama saat menangis atau beraktivitas. Keadaan sianosis ini bisa terlihat sejak lahir atau dalam perkembangan di masa anak-anak. Beberapa tipe sianosis yang sering ditemukan adalah yang disebut Tetralogy of Fallot, TGA, dan Trikuspid atresia.
- Kelainan Jantung Bawaan tanpa sianosis
KJB tipe ini merupakan yang paling sering ditemukan. Kelainan yang terjadi dapat berupa lubang di serambi jantung (ASD) atau di bilik jantung (VSD).
Kondisi ini, bisa juga terjadi karena pembuluh darah janin yang belum menutup atau dikenal sebagai PDA. Tidak jarang juga, tipe KJB ini karena penyempitan pada katup-katup jantung yang dikenal dengan stenosis.
Lalu, apa saja tanda-tanda yang muncul pada anak dengan Kelainan Jantung Bawaan (KJB)? Simak di halaman berikutnya!
Ingin terhindari dari penyakit jantung, Bunda bisa menyimak penjelasan mengenai diet mediterania di bawah ini:
GEJALA KELAINAN JANTUNG BAWAAN PADA ANAK
Ilustrasi anak sakit jantung/ Foto: iStockphoto
Gejala anak dengan KJB
Gejala yang timbul pada anak kelainan jantung tergantung pada jenis dan kompleksitas dari kelainannya. Bayi dengan kelainan jantung signifikan, sejak usia dini dapat menunjukkan gejala seperti nafas cepat, pendek-pendek, atau cepat lelah pada saat menyusu yang ditandai dengan menyusu yang terputus-putus (interrupted feeding).
Pada kelainan yang tidak signifikan, seringkali hanya menunjukkan gejala yang minimal seperti berat badan sulit naik atau infeksi saluran nafas berulang sehingga tidak terdeteksi hingga dewasa.
Pada kelainan yang sianosis, keadaan biru bisa terlihat sejak lahir namun pada kelainan yang tidak begitu berat keadaan biru bisa timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Masalahnya, sering kali KJB tidak memberikan gejala/tanda yang khas saat bayi baru lahir, mengingat sirkulasi darah dan sistem pernapasan masih mengalami transisi dari kehidupan intrauterine ke periode pasca lahir. Untuk itu, perlu pemantauan yang cermat untuk mendeteksi adanya KJB.
Bagaimana mendeteksi KJB?
Mendeteksi KJB sejak dini sangat penting. Pada anak yang sudah diketahui jenis kelainan jantungnya sejak awal, bisa dibuatkan perencanaan koreksi sehingga komplikasi dan gangguan pada organ lain bisa dicegah.
Pada saat ini, untuk mendeteksi KJB sudah dapat dilakukan semenjak bayi dalam kandungan. Dengan pemeriksaan USG khusus jantung janin yang dikenal dengan pemeriksaan fetal echo, sebagian KJB sudah dapat dideteksi sejak usia kehamilan 16 minggu. Dengan diketahui keadaan KJB sejak dalam kandungan, maka orang tua dan dokter dapat melakukan persiapan untuk kelahiran bayinya.
Deteksi lebih lanjut dilakukan saat bayi baru lahir, yaitu dengan pemeriksaan fisik yang lengkap dan pengecekan saturasi oksigen bayi setelah lahir. Nah, jika ditemukan keadaan yang mencurigakan terkait KJB, maka perlu dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk memastikan jenis KJB nya.
Selain itu, sangat dianjurkan sekali dilakukan skrining KJB dengan pemeriksaan ekokardiografi pada keadaan yang berisiko terdapat KJB. Di antaranya dengan kondisi seperti berikut ini:
- Bayi lahir kurang bulan.
- Bayi dengan sindrom.
- Bayi dengan riwayat anak sebelumnya memiliki KJB.
- Bayi yang kenaikan berat badannya lambat dan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan.
- Anak yang sering mengalami batuk berulang.
Pengobatan anak dengan KJB
KJB adalah kelainan struktur anatomi jantung sehingga pengobatannya adalah memperbaiki kelainan struktur tersebut. Perbaikan dapat dilakukan dengan operasi jantung terbuka atau tindakan kateter intervensi, tergantung dari tipe dan kompleksitas KJB tersebut.
Kapan koreksi harus dilakukan?
Perlu bunda ketahui bahwa waktu yang tepat untuk koreksi jenis KJB tersebut berbeda-beda, Sejumlah KJB tertentu memiliki jangka waktu optimal untuk dilakukan koreksi yang dikenal sebagai golden time periode.
Pada kelainan CAVSD waktu optimal untuk koreksi adalah usia sebelum 6 bulan. Sedangkan ASD tanpa gagal jantung, waktu optimal koreksi adalah usia 4-6 tahun.
Terdapat tipe KJB yang memerlukan tindakan operasi/intervensi kateter segera setelah lahir, tetapi sebaliknya terdapat juga tipe kelainan yang hanya memerlukan pemantauan hingga anak tumbuh dewasa.
Selain itu, keputusan untuk koreksi juga ditentukan oleh keadaan anak seperti keadaan gagal jantung, status gizi, infeksi, dan lain-lain.
Bunda, penting juga untuk mengetahui risiko Kelainan Jantung Didapat yang muncul setelah bayi lahir. Untuk lebih jelas, simak pembahasannya di halaman berikut!
JENIS KELAINAN JANTUNG DIDAPAT, KAWASAKI HINGGA LEMAH OTOT JANTUNG
Ilustrasi anak sakit jantung/ Foto: iStockphoto
Kelainan Jantung Didapat
Kelainan Jantung Didapat merupakan penyakit jantung yang terjadi setelah lahir. Penyakit ini bisa timbul karena infeksi, reaksi peradangan, dan imunologis tubuh. Bisa mengenai pembuluh darah jantung, katup-katup, otot, atau selaput pembungkus jantung.
Berikut Penyakit Jantung Didapat yang sering ditemukan:
- Penyakit Jantung Rematik (PJR)
Penyakit rematik tidak hanya menyerang tulang saja, tapi juga bisa terjadi pada jantung. Jantung Rematik adalah kerusakan menetap pada katup-katup jantung akibat infeksi kuman Streptokokus di saluran nafas anak-anak yang rentan.
Kerusakan katup jantung terjadi akibat reaksi imunologis tubuh yang seharusnya menyerang kuman tersebut, namun karena kemiripan bentuk malah menyerang sel-sel di katup jantung. Jantung rematik merupakan penyebab kerusakan katup-katup jantung dan gagal jantung yang paling banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Diperkirakan di Indonesia terdapat 1 anak dalam 1000 anak usia sekolah mengalami demam rematik dan PJR.
Kuman Streptoccocus dapat menginfeksi semua kelompok umur, namun serangan pertama demam rematik terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun. Sedangkan serangan ulangan atau reaktivasi, bisa terjadi sampai usia dewasa.
Radang tenggorokan karena Streptococcus banyak terdapat di daerah dengan lingkungan tinggal yang padat, sanitasi lingkungan dan higien per orangan yang kurang. Setiap kali anak mengalami radang tenggorokan, kerusakan katup jantung akan bertambah berat.
Untuk itu, anak-anak dengan kondisi ini perlu dicegah agar tidak mengalami radang tenggorokan dengan mengonsumsi antibiotik dalam waktu lama. Jenis antibiotik yang diberikan adalah penicilin dalam bentuk suntik, yang diberikan sampai 18-25 tahun.
Penyakit jantung rematik ini tidak bisa sembuh. Bila menjadi berat, dokter akan mengganti katup jantung yang rusak dengan katup mekanik. Setelah itu, anak tetap harus melanjutkan pengobatan dengan mengonsumsi obat anti pembekuan darah dalam jangka waktu lama.
- Penyakit Jantung Kawasaki
Penyakit Kawasaki adalah peradangan pada pembuluh darah menengah dan kecil pada seluruh tubuh, ditandai oleh demam lebih dari 5 hari, disertai keadaan lain seperti mata merah tanpa kotoran mata, bibir, dan lidah merah yang dikenal sebagai lidah stroberi, pembengkakan di leher, dan terdapat ruam merah di kulit.
Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui, tapi sering terjadi pada anak dengan riwayat infeksi virus beberapa waktu sebelumnya. Penyakit ini berbahaya karena salah satu komplikasinya yaitu peradangan pada pembuluh darah coroner. Pembuluh darah ini adalah pembuluh yang mensuplai makanan untuk otot-otot jantung, sehingga kerusakan pada pembuluh darah ini akan menyebabkan kerusakan pada otot-otot jantung.
Di negara-negara maju, penyakit Kawasaki merupakan Penyakit Jantung Didapat pada anak yang paling banyak ditemukan. Di Indonesia, penyakit ini sering disangka penyakit campak atau reaksi alergi saja. Penyakit ini paling banyak menyerang anak berusia di bawah lima tahun dengan kasus paling sering adalah pada usia 18-24 bulan.
- Penyakit Lemah Otot Jantung
Dikenal juga dengan nama Kardiomiopati, pada keadaan ini terjadi kelemahan dari otot-otot jantung sehingga fungsi jantung sebagai pompa darah jadi berkurang. Kardiomiopati bisa timbul sebagai sekunder dari penyakit lain seperti pasca infeksi virus, Thalasemia, atau karena penyakit metabolik lain.
Gejala penyakit ini adalah gagal jantung, biasanya anak terlihat sesak, aktifitas terbatas, dan kadang disertai dengan bengkak di tungkai.
Apa yang orang tua harus lakukan bila memiliki anak dengan masalah jantung?
Anak dengan masalah jantung memiliki risiko untuk mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan seorang anak ditandai oleh bertambahnya berat badan dan tinggi badan. Gangguan pertumbuhan yang paling mudah dideteksi adalah berat badan sulit naik, sehingga anak berisiko mengalami gangguan gizi.
Penyebab malnutrisi pada anak KJB disebabkan karena asupan zat gizi yang tidak mencukupi, penyerapan dan penggunaan zat gizi yang tidak efektif, dan keperluan zat gizi yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya.
Pada perkembangannya, KJB akan menyebabkan anak mengalami beberapa hal berikut ini:
1. Membuat anak mudah capek sehingga aktivitas fisik terbatas
2. Mudah jatuh sakit
3. Asupan gizi yang tidak adekuat
Kesemuanya akan menyebabkan perkembangan anak KJB akan lebih terlambat dari non KJB. Untuk itu, orang tua harus selalu membawa anak kontrol ke dokter jantung. Hal itu bertujuan untuk merencanakan tindakan koreksi, serta memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ingat ya bunda, lebih dini suatu masalah dikenali, maka tindakan pengobatannya bisa lebih awal dilakukan sehingga komplikasi yang bisa dicegah dapat dihindari.
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Hari Jantung Sedunia: Kenali Jenis Penyakit Jantung Bawaan & Cara Penanganannya

Parenting
Penyakit Jantung Bawaan Sulit Dicegah, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya

Parenting
3 Penyebab Anak Susah Tidur, Kesehatan hingga Psikososial Penting Diperhatikan

Parenting
Pertolongan Pertama Atasi Demam Anak Pasca Vaksin, Jangan Panik Bun...

Parenting
Manfaat Bermain pada Anak & 5 Tips Mendampinginya agar Tumbuh Optimal

Parenting
Penyebab GTM pada Anak dan 9 Strategi untuk Mengatasinya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda