Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Tanda Anak Kecanduan Gadget dan Solusi untuk Mengatasinya

Reti Oktania, M.Psi, Psikolog   |   HaiBunda

Senin, 23 Aug 2021 11:00 WIB

Dokter Sisipan
Reti Oktania, M.Psi, Psikolog
Reti (@retioktania) adalah psikolog anak dan remaja dari Universitas Indonesia. Reti juga aktif membahas topik mengenai dunia anak dan pengasuhan melalui berbagai webinar, talkshow, live di media sosial, serta penulisan buku dan artikel singkat. Reti kini berpraktek di Ruang Konseling @rumah.dandelion
Asian girl watch video or play mobile game happily by cell phone
Tanda anak kecanduan gadget selama satu tahun terakhir/ Foto: iStockphoto

Anak kecanduan gadget menjadi PR besar yang muncul selama pandemi COVID-19. Paparan gadget menjadi sangat sulit dihindarkan karena perubahan aktivitas yang terjadi selama 1,5 tahun belakangan.

Anak-anak yang biasanya melakukan kegiatan di luar rumah, mulai dari sekolah hingga bermain, kini harus berada di rumah saja. Mau tak mau, penggunaan gadget pun meningkat di semua rentang usia dan terjadi di mana-mana, Bunda.

Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini menjadi keresahan banyak orang tua. Apakah ini wajar? Jawabannya iya.

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa selama pandemi ini, dibutuhkan sikap yang lebih bijak dalam menyikapi pemakaian gadget. Durasi pemakaian tidak lagi menjadi indikator tunggal untuk menentukan apakah gadget sehat atau tidak bagi anak.

Bunda juga perlu melihat aspek lain seperti manfaat yang bisa didapatkan, perubahan emosi anak, hingga kualitas relasi sosial anak dengan lingkungan sekitarnya. Apakah paparan gadget berpengaruh besar pada perkembangan tumbuh kembangnya?

Tanda anak kecanduan gadget

Nah, agar Bunda tidak hanya menduga-duga, berikut beberapa indikasi penggunaan gadget sudah tidak sehat:

- Digunakan secara berlebihan sehingga menghambat keberfungsian anak sehari-hari, seperti mengakibatkan mereka tidak mau makan, tidak mau mandi, hingga tidurnya jadi larut malam.

- Digunakan hanya untuk bersenang-senang/hiburan tanpa ada pemaknaan lain dari pemakaian gadget. Misal, hanya menonton video YouTube atau hanya bermain games sebagai hiburan.

- Menyebabkan perubahan mood secara umum ke arah yang negatif. Bunda sudah harus waspada jika anak jadi sering marah, ketergantungan pada gadget untuk meredakan emosi tertentu, misalnya saat sedih, hanya akan tenang jika diberi YouTube.

- Menghambat relasi sosial anak dengan orang lain, baik secara online maupun offline.

9 Tanda anak terindikasi kecanduan gadget menurut Diagnostic Statistic Manual 5 (DSM-5)

Untuk menentukan apakah perilaku pemakaian gadget anak sudah termasuk kecanduan atau belum, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, Bunda. Bukan hanya dalam hal durasi saja, karena sebaiknya Bunda juga memerhatikan perubahannya selama 1 tahun terakhir.

Perlu Bunda tahu nih, dalam Diagnostic Statistic Manual 5 (DSM-5), diagnosa Internet Gaming Disorder atau yang juga sering disebut sebagai Internet use disorder, Internet addiction, atau gaming addiction, dapat ditegakkan jika seseorang menunjukkan 5 atau lebih gejala berikut selama 12 bulan terakhir:

  1. Terobsesi dengan internet dan game. Anak akan terus-menerus memikirkan apa yang terakhir ia mainkan, hal-hal yang diakses terakhir kali di internet, atau tidak sabar untuk segera mengakses game dan internet. Internet atau game menjadi aktivitas dominan dalam kesehariannya.
  2. Anak menunjukkan perubahan emosi ketika tidak bisa mengakses internet atau game, seperti marah, cemas, dan sedih.
  3. Meningkatnya toleransi dan durasi penggunaan internet atau game. Saat anak-anak mulai menambah durasi pemakaian gadget untuk mengakses internet maupun bermain game. Jika awalnya sebentar dan lama-lama menjadi lebih lama, harus segera melakukan tindakan.
  4. Tidak berhasil mengendalikan dorongan untuk menggunakan internet atau game.
  5. Kehilangan ketertarikan untuk melakukan hobi atau kegiatan hiburan lain, selain penggunaan internet atau game.
  6. Tetap menggunakan internet atau game, meskipun sudah mengetahui bahwa hal tersebut menyebabkan permasalahan psikososial bagi yang bersangkutan.
  7. Berbohong kepada anggota keluarga, terapis, orang terdekat untuk menutupi durasi pemakaian internet atau game.
  8. Menggunakan internet atau game sebagai pelarian dari perasaan-perasaan negatif. Misalnya, bermain game untuk menghilangkan rasa cemas.
  9. Penggunaan internet atau game merusak atau menyebabkan seseorang kehilangan hubungan sosial dengan orang lain, pekerjaan, pendidikan, atau kesempatan berkarya.

Jika anak terindikasi memiliki gejala sesuai kriteria di atas, maka segera konsultasikan kepada ahlinya ya, bisa ke psikolog anak atau psikiater.

Simak juga nih, Bunda, dampak psikologis anak kecanduan gadget. Buka di halaman berikutnya ya!

Ada curhatan Safeea Ahmad tentang pemakaian gadget di masa pandemi nih, Bunda. Klik video di bawah ini ya:

[Gambas:Video Haibunda]




DAMPAK PSIKOLOGIS ANAK KECANDUAN GADGET

Asian girl watch video or play mobile game happily by cell phone

Tanda anak kecanduan gadget selama satu tahun terakhir/ Foto: iStockphoto

Dampak psikologis anak kecanduan gadget

Setuju ya, Bunda, bahwa penggunaan gadget secara bijaksana dapat memberikan manfaat positif. Pada anak, pemakaian gadget yang bijaksana salah satunya bisa dilihat dari tujuannya. Seperti apa misalnya?

- Dampak positif penggunaan gadget pada anak

Jika dengan menggunakan gadget, anak memiliki tujuan positif selain hanya mencari hiburan atau bersenang-senang, maka itu salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai apakah gadget digunakan dengan bijaksana.

Bunda bisa mengerahkan anak-anak memanfaatkan gadget untuk beberapa hal uang bijaksana berikut ini:

  1. Anak menggunakan gadget untuk membuat poster dengan aplikasi tertentu.
  2. Mengakses video-video edukatif mengenai hewan dan tumbuhan.
  3. Bermain games ketangkasan fisik yang membuatnya aktif bergerak.
  4. Anak mengikuti virtual tour ke museum-museum ternama

Dari kegiatan di atas, diharapkan anak bisa terhibur dan juga mendapat manfaat baik lainnya.

- Dampak negatif penggunaan gadget pada anak

Sebaiknya segera lakukan tindakan dan mencari bantuan jika anak-anak menunjukkan perubahan perilaku seperti berikut ini:

  1. Anak meninggalkan rutinitasnya, seperti tidak mandi, terlambat makan, kurang tidur, dan lalai mengerjakan tugas sehari-hari.
  2. Penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat menyebabkan berkurangnya tanggung jawab anak pada pemenuhan tugas-tugas sekolah.
  3. Paparan gadget menyebabkan hilangnya minat anak pada aktivitas yang sebelumnya digemari, seperti tidak lagi suka bermain bersama kakak dan adiknya. Atau, tidak lagi minat melanjutkan les dan memilih untuk bermain gadget.

Tips beradaptasi dengan perubahan kebiasaan agar gadget membawa dampak positif pada anak

Perubahan kebiasaan selama pandemi dan juga perubahan kecanggihan teknologi, tentu bukan hal yang harus kita hindari ya, Bunda. Solusinya adalah mencari solusi terbaik agar kehadiran gadget dan internet membawa dampak positif bagi pertumbuhan anak-anak ke depannya.

Untuk itu, beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi:

  1. Menjalin komunikasi yang terbuka dan suportif terkait penggunaan teknologi.
  2. Memastikan apa yang dikonsumsi oleh anak (aplikasi/games/video) layak dan sesuai dengan usia.
  3. Membersamai anak, misal dengan menonton bersama atau bermain bersama, sehingga orang tua dapat memahami apa yang dilakukan oleh anak terkait teknologi digital.
  4. Mendukung anak untung mengambil keputusan bijaksana mengenai penggunaan gadget, misal dengan mengajak anak terlibat untuk menentukan batas dan aturan mengenai penggunaan gadget.
  5. Menyediakan gadget di ruang terbuka yang tersedia di rumah agar orang tua dapat memastikan apa yang dilakukan oleh anak.
  6. Menerapkan penggunaan gadget secara berimbang, dengan tetap mengajak anak aktif secara fisik, melakukan kegiatan yang bermakna secara offline, dan menjalin interaksi sosial dengan sekelilingnya.
  7. Menggunakan aplikasi ramah anak (misal: YouTube Kids) dan aplikasi yang dapat membantu orang tua memantau penggunaan gadget pada anak (misal: Google Family Link).

Konten internet yang sebaiknya diwaspada orang tua

Melarang anak mengakses gadget dan internet di tengah kemajuan teknologi, rasanya menjadi pilihan yang kurang bijak ya, Bunda. Mau tak mau, yang bisa kita lakukan adalah menerapkan batasan sejauh apa anak diperbolehkan melihat tayangan di gadget.

Berikut tindakan preventif yang bisa dilakukan:

  • Cara paling sederhana adalah dengan selalu memastikan rating pada aplikasi, games, dan tontonan untuk anak. Usahakan bahwa rating sesuai dengan usia anak.
  • Dalam system rating tersebut, aspek-aspek yang diperhatikan antara lain perilaku kekerasan, keterpaparan pada aktivitas seksual, penggunaan kata atau kalimat kasar, dan penggunaan zat zat terlarang.
  • Sedangkan pada games, ketersediaan fitur chat dan fitur in-app purchase juga menjadi pertimbangan apakah anak sudah siap untuk menggunakannya atau belum.
  • Di luar itu, tentu kita juga perlu memperhatikan apakah aplikasi, games, dan tontonan yang dinikmati oleh anak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh keluarga atau tidak. Jika dirasa tidak sejalan, maka jangan tunda untuk memberi batasan dan mendiskusikannya dengan anak.

Simak juga yuk, Bunda, batasan usia anak sudah boleh screen time di halaman selanjutnya!

BATAS ANAK BOLEH SCREEN TIME

Happy young little asian cute girl watching or playing digital tablet, laptop or mobile with cheerful parents on desk in family time concept in white room with window. Preschool children learning.

Tanda anak kecanduan gadget selama satu tahun terakhir/ Foto: iStockphoto

Batas usia anak sudah boleh screen time

Perlu Bunda tahu bahwa pemberian gadget pada anak usia bayi dan balita berpotensi mengurangi kesempatan mereka untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar dan belajar dari stimulasi secara langsung, sehingga dapat menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangannya.

Penelitian oleh Julia Ma (2017 dari University of Toronto (2017) menyebutkan bahwa pemberian screen time rutin pada anak usia di bawah 18 bulan, dapat meningkatkan risiko keterlambatan bahasa ekspresif pada anak.

Hal ini disebabkan, berkurangnya kesempatan anak melakukan interaksi dua arah dengan sekelilingnya, di mana interaksi tersebut dibutuhkan agar ia belajar memantapkan kemampuan bicaranya.

Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya memahami apa saja tugas perkembangan anak di setiap rentang usia. Dengan begitu, orang tua dapat memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

Sejauh ini, arahan dari WHO (2021) menyebutkan bahwa meski dalam kondisi pandemi, anak di bawah usia 1 tahun tidak direkomendasikan untuk mendapat screen time, sedangkan durasi screen time yang direkomendasikan untuk anak usia 1-4 tahun adalah 1 jam per hari. Meskipun begitu, kembali diingatkan bahwa definisi dari screen time di sini adalah yang hanya bertujuan untuk hiburan/leisure saja.

Mencegah balita banyak mengakses gadget selama pandemi

Pilihan aktivitas anak selama pandemik memang berkurang, karena belum memungkinkan bagi anak untuk ke sekolah maupun bermain bebas di lingkungan sekitarnya. Dengan pertimbangan itu, dapat dipahami bahwa orang tua banyak yang memilih memberi anak screen time yang lebih lama dari sebelumnya.

Untuk mencegah anak kecanduan gadget, Bunda bisa melakukan tindakan preventif berikut ini:

  1. Mencoba untuk menyeimbangkan aktivitas anak dengan kegiatan-kegiatan di luar screen time, misal saat orang tua sudah selesai bekerja, anak bisa diajak menyiapkan makan malam bersama, bermain board games, atau berolahraga bersama di akhir pekan.
  2. Siapkan batasan dan rutinitas yang jelas mengenai screen time, kapan dan berapa lama anak dapat menggunakannya (misal: jam 15.00-17.00 setelah semua PR selesai), sehingga anak dapat mengantisipasi jadwal yang ia jalani sehari-hari.
  3. Ajak anak berdiskusi mengenai batasan tersebut, mengapa screen time perlu dibatasi dan dengarkan juga pendapat anak mengenai hal tersebut.
  4. Memastikan screen time yang dilakukan anak tanpa pengawasan orang tua, sudah sesuai dengan usianya (misal: orang tua dapat memutarkan film yang sudah di-download sebelumnya, dan sudah memastikan rating film tersebut sesuai dengan usia anak)

Semoga informasi di atas membantu ya, Bunda. Sehingga dapat mencegah anak-anak dari kecanduan gadget.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda