PARENTING
Sunat pada Bayi Perempuan Bisa Sebabkan 5 Risiko Medis, Ini Penjelasan Dokter
Tim HaiBunda | HaiBunda
Selasa, 30 Nov 2021 20:31 WIBSunat merupakan tindakan medis yang dilakukan pada alat kelamin. Prosedur medis ini umumnya dilakukan pada anak laki-laki, Bunda.
Meski begitu, ada kelompok masyarakat yang percaya bahwa sunat juga perlu dilakukan pada bayi perempuan. Lalu benar enggak ya?
Dokter Spesialis Anak, dr.Melisa Anggraeni, M.Biomed, Sp.A, mengatakan bahwa istilah sunat memang sudah tak asing dilakukan pada anak laki-laki atau perempuan. Tapi, sebenarnya sunat ini hanya ditujukan untuk anak laki-laki saja lho.
Sunat pada anak laki-laki memiliki manfaat, di antaranya adalah menghilangkan kulit yang kotor, mencegah infeksi, dan mencegah risiko terjadinya kanker penis. Sementara pada perempuan, sunat tidak memberikan manfaat apa pun.
"Sunat pada perempuan ini sudah lama dilakukan, terutama di negara-negara Asia dan Afrika. Namun, dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sunat pada bayi perempuan ini sudah tidak dianjurkan secara medis," kata Melisa saat dihubungi HaiBunda, Senin (8/11/21).
"Tapi, memang ada beberapa orang atau suku tertentu di Indonesia yang masih melakukan tradisi sunat pada anak perempuan. Ada semacam kepercayaan bahwa sunat bisa menjaga libido atau hasrat seksualnya," sambung Melisa.
Sunat pada bayi perempuan umumnya dilakukan paling tidak saat usia bayi kurang dari 7 hari. Beberapa kepercayaan bahkan melakukan sunat ini setelah bayi lahir, Bunda.
Nah, teknik sunat pada bayi perempuan tak jauh berbeda dari anak laki-laki. Caranya dengan menghilangkan kulit bagian luar klitoris atau kemaluan dengan cara diiris atau sekedar melukainya saja.
"Dulu, cara sunat pada anak perempuan ini ada yang sampai ekstrem, di mana kulit dari bagian luar klitoris dihilangkan seperti pada anak laki-laki. Ada juga yang hanya sekedar melukai bagian klitoris saja," ujar Melisa.
Namun, ternyata sunat pada anak perempuan bisa menyebabkan komplikasi atau risiko. Beberapa di antaranya berikut ini:
- Infeksi
- Meningkatkan risiko keputihan
- Meningkatkan risiko gangguan haid di kemudian hari
- Bisa menyebabkan rasa tidak nyaman, hingga mengganggu hormon dan kegiatan seksual
- Pada teknik sunat ekstrem bisa menyebabkan pendarahan saat melahirkan secara normal di kemudian hari
"Sunat pada perempuan ini tidak ada kegunaan, sedangkan komplikasi atau risikonya lebih tinggi. Jadi, tidak dianjurkan lagi," kata Melisa.
Sunat pada perempuan telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Simak penjelasan lengkap di halaman berikutnya.
Simak juga cara menangani demam
(ank/rap)
SUNAT BAYI PEREMPUAN MENURUT KEMENKES