Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

10 Cara Jitu Cegah Si Kecil Jadi Korban Kejahatan Seksual

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Rabu, 05 Jan 2022 20:57 WIB

Ilustrasi kedekatan anak dan ibu tirinya
Ilustrasi ibu dan anak/Foto: iStock

Jakarta - Satu per satu semakin banyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang mulai terungkap. Beberapa di antaranya terjadi pada anak di bawah umur dan berlokasi di institusi pendidikan.

"Sebetulnya yang namanya pelecehan seksual itu adalah kejahatan yang sama tuanya dengan peradaban. Jadi, maraknya sekarang ini sebetulnya adalah fenomena gunung es," kata psikolog Okina Fitriani.

Menurutnya, kasus-kasus yang dilaporkan saat ini jauh lebih sedikit dari kejadian yang sesungguhnya. Kenapa? Karena masih banyak korban yang malu atau takut untuk melaporkan kejahatan pelecehan seksual.

"Bisa saja, berita kekerasan atau pelecehan seksual yang kita sebut marak ini hanya 10 persen dari kejahatan yang sesungguhnya terjadi di tengah masyarakat," tambahnya.

Lalu, apa saja yang termasuk kategori pelecehan seksual dan apa yang perlu orang tua lakukan agar anaknya terhindar dari kejahatan seksual? Simak penjelasan berikut ini, ya Bunda.

Perilaku yang dikategorikan pelecehan seksual yakni:

1. Pelecehan gender

Biasanya masih berbentuk verbal, seperti komentar cabul tentang seks, atau tentang fisik seseorang.

2. Perilaku menggoda

Seperti ajakan melakukan hubungan intim atau ajakan untuk berkencan.

3. Penyuapan seksual

Kategori pelecehan seksual satu ini biasanya memberikan prasyarat kepada korban, seperti menjanjikan sesuatu agar korban tertarik untuk melakukan hubungan intim dengan pelaku.

4. Pemaksaan seksual

Pelecehan ini berupa paksaan pelaku mengajak korban untuk berhubungan intim. Jika korban menolak, pelaku akan menggunakan kekerasan pada korban.

5. Pelanggaran seksual

Seperti bagian tubuh korban disentuh dan diraba secara paksa, melakukan hubungan tanpa persetujuan, dan melakukan kekerasan pada korban.

Banner Kampung Miliuner CilacapBanner Kampung Miliuner Cilacap/ Foto: Mia Kurnia Sari

Kriteria pelaku kejahatan seksual

Bunda, seseorang bisa saja menyembunyikan perilaku kejahatan seksual di balik kehalusan dan tutur katanya, tetapi tidak ada penelitian yang secara tegas menyebutkan ciri detail pelaku pelecehan seksual. Namun, ada beberapa kriteria seorang pelaku pelecehan seksual, seperti berikut ini :

  • Orang yang biasanya melakukan pelecehan seksual itu biasanya berubah-ubah emosinya, mereka tidak bisa mengendalikan emosinya
  • Sering melemparkan candaan yang bersifat gender atau melontarkan candaan tentang fisik seseorang
  • Sering menyalahkan orang lain
  • Membuat lirikan menggoda
  • Mencoba-coba menyentuh bagian tubuh seseorang
  • Mengirim isyarat, seperti mengirim video atau gambar asusila

Itulah Bunda tanda-tanda seseorang yang kemungkinan memiliki kecenderungan melakukan pelecehan seksual. Lalu, apa saja yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anaknya terhindar dari kejahatan seksual? Simak penjelasannya di halaman berikutnya, ya Bunda.

Simak juga video tentang jangan anggap pelecehan seks sebagai hal biasa di bawah ini ya.

[Gambas:Video Haibunda]




CARA HINDARI ANAK DARI KEJAHATAN SEKSUAL

ilustrasi ibu dan anak

Ilustrasi ibu dan anak/Foto: iStock

Cara agar anak terhindar dari kejahatan seksual

Ada cara yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah agar anak tidak menjadi korban kejahatan seksual. Berikut beberapa di antaranya:

1. Mengajarkan bagian tubuh dan adab memperlakukannya

Seperti, memberi tahu anak bagian tubuh mana yang menjadi privasi, yang boleh bersentuhan, dan siapa yang boleh menyentuhnya. "Mengajarkan anak tentang bagian tubuh dan adab memperlakukannya, dapat dilakukan oleh orang tua sejak anak menginjak usia 3 tahun," kata Okina.

2. Lebih menghormati anak

Anak-anak yang menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual itu biasanya sudah mengalami kekerasan di lingkungan rumah terlebih dahulu. Seperti di-bully dan tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari orang tuanya sehingga anak merasa rendah diri dan tidak berdaya.

Anak yang merasa dirinya tidak dihargai ini tidak memiliki respect terhadap dirinya sendiri sehingga mudah untuk dilecehkan oleh orang lain.

3. Bermain peran simulatif

Sebagai orang tua, Bunda perlu mengajarkan kepada anak berbagai macam situasi yang terjadi di luar sana. Misalnya, ketika anak disentuh oleh orang asing, bagaimana cara untuk meresponsnya, apa yang harus dikatakan anak, anak harus melapor ke mana, dan sebagainya jika terjadi hal-hal yang merujuk pada pelecehan atau kekerasan seksual.

4. Konsultasi ke dokter

Terkadang korban pelecehan seksual ini terjadi pada anak-anak berkebutuhan khusus. Ketika anak mempunyai hambatan dalam komunikasi dan tidak mampu menyatakan apa yang dirasakan oleh dirinya, Bunda harus melakukan konsultasi ke klinik tumbuh kembang.

Jika Bunda mempunyai anak yang cenderung berkebutuhan khusus, anak perlu pendampingan yang lebih baik dan juga perlu lingkungan yang mempunyai kesadaran tinggi.

5. Pentingnya peran ayah

Banyak sekali penelitian yang menyebutkan anak-anak yang dekat dengan ayahnya mempunyai penghargaan diri yang tinggi dan kemampuan untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah. Namun, Indonesia termasuk daftar negara yang kurangnya peran ayah.

"Ternyata peran ayah itu sangat penting. Punya ayah, tetapi tidak berperan sebagai ayah dan menjadi pelaku kekerasan itu sendiri terhadap anaknya, ini lebih buruk daripada tidak memiliki ayah," kata Okina.


6. Isi tangki cinta

Anak perlu merasa dirinya dicintai dan dihargai ya, Bunda. Agar anak memiliki penghargaan terhadap dirinya sendiri. Misalnya, mengabaikan emosi anak, tidak menjadi pendengar yang baik, atau tidak segera merespons anak yang menjadi korban pelecehan, akan terjadi pelecehan yang lebih jauh lagi, ya Bunda.

7. Ajarkan keberanian

Anak harus belajar stand up dan speak up. Berani menyatakan pendapatnya atau berani melaporkan pelaku kekerasan. Selain anak, orang tua juga harus berani, ya Bunda, berani membela anak, berani mendampingi anak, dan berani ikut menyelesaikan masalah ketika terjadi pelecehan seksual pada anak.

8. Ajarkan anak adab pergaulan

Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan mengajarkan anak tidak boleh satu selimut dengan orang yang berbeda jenis kelamin, tentang aurat dan aturannya. Kemudian mengetuk pintu meminta izin sebagai bentuk respect, dan menghindari bersentuhan dan kontak mata pada lawan jenis.

9. Berpikir kritis

Perlu diingat Bunda bahwa anak tidak boleh ditekan ketika dia mengungkapkan pemikirannya. Anak yang ditekan akan mudah didominasi oleh orang lain.

10. Safety first

Hati-hati Bunda, jangan pernah meninggalkan anak di bawah umur dalam pengawasan orang yang tidak kredibel, meskipun keluarga sendiri. Bunda perlu memilih lokasi penitipan anak yang terpercaya.

Pasalnya, tiga lokasi yang cenderung menjadi tempat kekerasan dan pelecehan seksual adalah rumah, sekolah, dan tempat umum, seperti taman, transportasi umum, dan mall.

Yang terakhir dan terpenting adalah kekuatan doa, jangan pernah lepas sebagai upaya terbaik kita, ya Bunda.


(pri/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda