
parenting
Cerita Rakyat Legenda Rawa Pening, Bunda Bisa Ceritakan ke Anak
HaiBunda
Selasa, 15 Feb 2022 19:13 WIB

Menceritakan cerita rakyat atau dongeng memang memiliki banyak manfaat untuk Si Kecil. Karena dalam setiap legenda, memiliki pesan moral yang sangat berguna untuk Si Kecil. Selain itu, bercerita atau mendongeng akan sangat mendekatkan hubungan Bunda dengan Si Kecil.
Salah satu legenda yang cocok untuk diceritakan kepada Si Kecil adalah Legenda Rawa Pening. Rawa Pening merupakan sebuah danau yang menjadi objek wisata yang dikunjungi oleh banyak orang.
Danau Rawa Pening memiliki luas 2.670 hektare dan masuk ke dalam empat wilayah sekaligus di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Ada asal-usul mengapa akhirnya Danau Rawa Pening akhirnya terbentuk.
Legenda Rawa Pening
Mengutip dari buku Legenda Rawa Pening yang ditulis Tri Wahyuni dan dimuat situs web Kemdikbud, Legenda Rawa Pening dimulai dari sebuah desa bernama Desa Ngasem yang terletak di kaki Gunung Telomoyo. Desa tersebut dipimpin oleh seorang yang sangat bijaksana dan arif. Kepala desa tersebut bernama Ki Sela Gondang. Ia memiliki putri cantik bernama Endang Sawitri.
Pada suatu hari, Endang Sawitri diutus oleh ayahnya untuk meminjam sebuah pusaka sakti kepada sahabatnya, yaitu Ki Hajar Salokantara. Pusaka tersebut akan digunakan sebagai salah satu syarat merti desa, untuk menolak bala.
Ki Hajar berpesan kepada Endang Sawitri, agar pusaka yang ia berikan tidak diletakkan di atas pangkuannya. Namun, Endang Sawitri melanggar pesan tersebut. Sehingga Endang Sawitri kini hamil.
Imbas dari kejadian itu, Ki Sela Gondang memohon agar Ki Hajar mau menikahi Endang Sawitri. Tentunya, hal itu dilakukan agar aib keluarganya tidak segera menyebar ke seluruh penjuru desa. Akhirnya, dengan berat hati, Ki Hajar menerima permohonan Ki Sela Gondang untuk menikahi putrinya.
Waktu demi waktu berlalu, akhirnya sudah waktunya bagi Endang Sawitri melahirkan. Namun betapa kagetnya ia setelah ia mengetahui bahwa anak yang ia lahirkan adalah naga. Akhirnya, anak itu diberi nama Baro Klinting.
Ajaibnya, walaupun Baro Klinting berwujud naga, ia bisa berbicara sebagaimana manusia biasanya. Untuk memutus petaka dari pusaka, Endang Sawitri meminta anaknya untuk menemui Ki Hajar yang sedang bertapa di Gunung Telomoyo. Ia meminta Baro Klinting agar diam-diam menemui ayahnya.
Sesampainya di Gunung Telomoyo, Baro Klinting bersembah sujud kepada ayahnya. Namun, Ki Hajar meminta satu persyaratan.
“Ada satu persyaratan yang harus kamu penuhi, Nak,” kata Ki Hajar.
“Apa itu, Ayahanda?”
“Lingkarilah gunung ini dengan tubuhmu sebelum kamu bertapa di sini. Dengan begitu, kutukan itu akan hilang.”
“Baik, Ayah.”
Baro Klinting menuruti permintaan ayahnya. Maka ia melingkari Gunung Telomoyo dengan seluruh badannya. Selesai melakukan permintaan ayahnya, Baro Klinting lantas memulai bertapa di Gunung Telomoyo.
Benar apa kata Ki Hajar, Baro Klinting lalu berubah menjadi manusia seperti manusia pada umumnya. Selanjutnya Baro Klinting turun ke desa, untuk kembali menemui ibunya, Endang Sawitri.
![]() |
Ketika ia turun, di desa sedang ada upacara merti desa. Warga desa sedang berpesta dengan berbagai macam hidangan. Baro Klinting lalu datang dengan maksud untuk meminta makan dan minuman. Namun karena ia tidak dikenal dan berpenampilan compang-camping, ia diusir warga.
Lalu, Baro Klinting dipanggil oleh seorang wanita tua bernama Nyai Latung.
“Kemarilah, Nak. Makan dan minumlah,” kata Nyai Latung.
“Terima kasih, Nek. Saya sangat lapar.”
“Penduduk di sini memang angkuh dan sombong, Nak. Mohon dimaafkan. Mereka pun tidak mengundangku ke acara itu,” ungkap Nyai Latung.
“Kalau begitu adanya, mereka harus diberi pelajaran!” Baro Klinting lalu meminta Nyai Latung untuk menyiapkan lesung kayu yang biasa digunakan untuk menumbuk padi. “Nek, jika mendengar suara gemuruh, naiklah ke lesung ini!”
Baro Klinting lalu menancapkan sebuah lidi di atas tanah dan memanggil semua warga.
“Wahai warga desa! Jika kalian merasa hebat, cabutlah lidi kecil yang aku tancapkan ini!”
Warga desa yang merasa diremehkan lalu berbondong-bondong mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, dari orang terlemah hingga terkuat tidak ada yang bisa mencabutnya. Hingga akhirnya Baro Klinting mencabut lidi itu, dan seketika keluar air bah dari dalam tanah.
Air itu bertambah besar dan membuat warga desa panik. Akhirnya, air itu menenggelamkan seluruh desa. Baro Klinting dan Nyai Latung pun selamat. Nyai Latung menamakan desa yang tenggelam sebagai Rawa Pening, yang berarti danau berair bening.
Demikian cerita rakyat atau dongeng Legenda Rawa Pening yang bisa diceritakan ke anak.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
7 Dongeng Anak dari Cerita Rakyat, Ada Kisah Terjadinya Danau Toba

Parenting
6 Manfaat Cerita Rakyat, Termasuk Menguatkan Ikatan Bunda & Si Kecil

Parenting
3 Cerita Rakyat dari Jawa Timur yang Menarik Dibaca bersama Si Kecil

Parenting
3 Cerita Rakyat Populer Asal Jawa Tengah, Sudah Pernah Bacakan untuk Si Kecil?

Parenting
Membaca Buku Cerita Anak yang Sedih, Apa Dampaknya ke Emosi Si Kecil?

9 Foto
Parenting
9 Potret Keseruan Anak-anak Lombok saat Mendengarkan Dongeng
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda