
parenting
3 Penyebab Anak Rentan Terinfeksi Salmonella Non-thypoid & Bahayanya untuk Kesehatan
HaiBunda
Kamis, 12 May 2022 16:10 WIB


Bunda, apakah belakangan ikut panik dengan penarikan produk jajan anak-anak cokelat telur? Snack anak-anak ini terpaksa ditarik dari pasaran karena diduga mengandung bakteri Salmonella.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), jenis bakteri ini adalah bakteri Salmonella non-thypoid, Bunda. Itu artinya, Salmonella non-thypoid berbeda dengan penyebab sakit tipes pada anak.
Tipes disebabkan bakteri Salmonella typhi, jenis lain dari Salmonella. Sedangkan Salmonella non-thypoid dapat hidup di lingkungan kering sampai beberapa minggu. Bakteri ini bahkan bisa hidup di lingkungan lembap selama beberapa bulan.
Penularan bakteri ini bersifat fetal oral, yakni keluar dari cairan tubuh atau feses hewan ternak. Penularan paling sering dari makanan.
Bahaya bakteri Salmonella non-thypoid
Bakteri Salmonella non-thypoid juga berbahaya bila menyerang anak, Bunda. Sama seperti penyebab tipes, bakteri Salmonella non-thypoid dapat menyerang saluran pencernaan Si Kecil.
Meski begitu, bakteri jenis ini tergolong tidak berat bisa dibandingkan Salmonella typhi. Tapi, bakteri ini bisa berbahaya bila menyerang anak yang sistem imunitasnya rendah.
Gejala saat anak terinfeksi Salmonella non-thypoid
Pada banyak kasus, bakteri Salmonella non-thypoid masuk ke tubuh anak melalui makanan. Gejala dapat timbul dengan cepat, yakni 12 sampai 36 jam setelah anak makan.
Gejala khas bakteri Salmonella non-thypoid adalah diare, mual, muntah, dan sakit perut. Gejala ringan ini biasanya akan hilang dalam waktu 36 sampai 72 jam.
Pada anak yang imunitasnya tidak bagus atau memiliki penyakit bawaan, gejala ini bisa menjadi berat. Beberapa sumber menyebut, gejala berat dapat berpengaruh pada sendi, tulang, dan saraf.
Kondisi pasca ikutan karena gejala bisa juga menjadi berat. Berikut beberapa kondisi tersebut:
- Gangguan pencernaan (pencernaan luka)
- Usus luka
- Buang air besar berdarah
- Anak mengalami dehidrasi atau kurang cairan
- Kesadaran menurun karena kekurangan elektrolit
Penyebab anak lebih rentan terinfeksi Salmonella non-thypoid
Anak-anak lebih rentan terinfeksi bakteri Salmonella non-thypoid dibandingkan orang dewasa. Berikut 3 penyebabnya:
1. Sistem pencernaan belum berkembang sempurna
Anak di bawah 1 tahun bisa lebih rentan terinfeksi bakteri Salmonella non-thypoid, Bunda. Sebab, sistem pencernaan mereka belum begitu baik atau belum berkembang sempurna.
2. Suka eksplorasi
Anak-anak cenderung suka bereksplorasi. Di saat bersamaan, mereka belum bisa menjaga kebersihan dirinya sendiri. Anak bisa terpapar Salmonella non-thypoid saat memasukkan benda yang ada bakterinya ke mulut.
3. Sistem imunitas belum baik
Selain sistem pencernaan, sistem imunitas juga menjadi penyebab anak rentan terinfeksi Salmonella non-thypoid. Imunitas anak belum sebaik orang dewasa, Bunda.
Anak dengan penyakit komorbid atau penyakit bawaan juga rentan terpapar bakteri ini. Termasuk anak-anak yang konsumsi obat-obatan penekan sistem imun.
Simak juga yuk mengapa anak-anak rentan terserang salmonella dan bagaimana cara menanganinya, klik di halaman selanjutnya ya!
Bunda, pahami juga yuk bagaimana salmonella bisa masuk ke dalam tubuh dalam video di bawah ini:
CARA MENANGANI ANAK YANG TERINFEKSI BAKTERI SALMONELLA
Ilustrasi anak sakit akibat bakteri Salmonella/ Foto: iStock
Tips menangani anak yang terinfeksi Salmonella non-thypoid
Tatalaksana awal pada anak yang terinfeksi bakteri Salmonella non-thypoid akan tergantung dari gejalanya. Berikut 2 tips menangani anak yang terinfeksi Salmonella non-thypoid:
1. Memenuhi asupan cairan
Langkah pertama yang dapat dilakukan saat anak terinfeksi adalah hidrasi cukup, yakni memenuhi asupan cairan. Terutama bila anak sudah terkena diare, mual, keracunan makanan, dan sakit perut.
Asupan cairan juga perlu dipenuhi sebagai upaya mencegah kejadian yang berat, seperti kekurangan elektrolit. Pada kondisi parah, hal tersebut bisa sampai menyebabkan anak lemas dan penurunan kesadaran.
2. Penanganan medis
Anak perlu dibawa ke rumah sakit bila dia terus-menerus muntah dan mengalami diare, sampai tak makan.
Kalau dokter sudah yakin anak mengalami keracunan makanan, mereka akan mengambil tindakan bilas lambung, yakni tindakan yang bertujuan mengeluarkan makanan dan minuman yang terkontaminasilambung anak dibersihkan.
Cara mencegah anak terinfeksi Salmonella non-thypoid
Berikut 5 cara mencegah anak terinfeksi Salmonella non-thypoid:
1. Jaga kebersihan makanan
tempat makan bersih, air bersih, tidak di lingkungan yang banyak hewan ternak.
Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kita perlu memerhatikan personal hygiene untuk mencegah paparan bakteri Salmonella non-thypoid. Ini termasuk menjaga kebersihan saat makan, serta mencuci tangan sebelum dan setelah membuat makanan. Disarankan juga untuk selalu menggunakan alat makan sendiri.
2. Tidak konsumsi makanan mentah
Hindari mengonsumsi makanan mentah karena rentan terpapar bakteri Salmonella non-thypoid. Bakteri Salmonella non-thypoid dapat mati di suhu sekitar 72 sampai 75 derajat celsius. Untuk itu, Bunda perlu memasak makanan sampai matang agar tak mudah terpapar bakteri ini.
Beberapa contoh makanan dalam kondisi mentah yang mudah masuk bakteri ini adalah daging ayam, telur, ikan, air mineral, susu belum dipasteurisasi (susu murni), serta sayur dan buah. Pada sayur dan buah, Bunda perlu memastikan kebersihan dengan mencucinya sebelum dimakan.
3. Memenuhi asupan nutrisi anak
Jika asupan nutrisi sudah tercukupi sesuai kalori kebutuhan, maka dipastikan imunitas anak akan baikbagus. Asupan nutrisi ini mencakup makronutrien dan mikronutrien, Bunda.
Pemberian suplemen multivitamin mungkin dibutuhkan bila asupan nutrisi tersebut tidak bisa dipenuhi. Tapi, konsultasikan dulu ke dokter ya.
4. Membatasi anak bermain di lingkungan kotor
Bunda perlu membatasi anak bermain di lingkungan yang tak bersih. Salah satunya adalah daerah yang banyak kontaminasi kotoran hewan ternak. Sebab, bakteri Salmonella non-thypoid banyak ditemukan di kotoran hewan ternak.
5. Teliti memilih produk makanan anak
Sebelum membeli produk makanan untuk anak, Bunda perlu teliti memilihnya ya. Berikut 5 hal yang perlu diperhatikan saat memilih produk makanan anak:
- Pilih kemasan (packaging) harus baik atau utuh.
- Expired date masih jauh. Kalau sudah sebulan lagi, sebaiknya tidak dikonsumsi atau menjadi warning.
- Produk sudah disimpan dalam penyimpanan yang baik.
- Perhatikan kondisi makanan saat kemasan dibuka. Jika bentuk dan rasanya berbeda, maka tidak boleh dilanjutkan konsumsi.
- Tidak berlebihan dalam mengonsumsi sesuatu.
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
7 Pertolongan Pertama Anak Kejang di Rumah, Perhatikan Hal yang Dilarang Dilakukan

Parenting
Kenali Pemicu ISPA pada Anak, Jangan Buru-buru Berikan Antibiotik!

Parenting
Bahaya Hipotiroid Kongenital pada Anak, Picu Keterlambatan Pertumbuhan & perkembangan

Parenting
Kenali Tanda Hepatitis Akut Misterius pada Anak dan Pola Penyebarannya

Parenting
5 Penyakit Anak yang Ternyata Tak Butuh Antibiotik, Jangan Sampai Salah ya!

Parenting
Anak Demam Lebih 3 Hari, Haruskah Antigen dan Dibawa ke Rumah Sakit?
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda