Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

7 Efek Sering Bertengkar di Depan Anak, Salah Satunya Sulit Konsentrasi saat Belajar

Kinan   |   HaiBunda

Jumat, 24 Jun 2022 14:25 WIB

Speech therapist teaching a language an autistic child in an office
Ilustrasi efek sering bertengkar di depan anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/vitapix

Bertengkar memang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan pernikahan, tetapi sebaiknya hindari melakukan ini di depan anak. Dalam jangka panjang ini dapat merusak kesehatannya, terutama secara mental.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Oregon menemukan bahwa efek ini dapat mulai dirasakan pada bayi berusia 6 bulan. Ya, sejak usia bayi, menyaksikan pertengkaran orang tua juga sudah dapat memberikan pengaruh negatif.

Studi lain menunjukkan bahwa anak usia remaja hingga dewasa muda (sekitar 19 tahun) pun masih sangat peka terhadap konflik dalam pernikahan orang tua mereka.

Ini menunjukkan bahwa anak-anak dari segala usia, mulai dari bayi hingga dewasa awal, dapat terpengaruh oleh kondisi pernikahan orang tua dan kebiasaan dalam menyelesaikan masalah. Para peneliti percaya bahwa pernikahan dengan konflik tinggi berdampak pada kesehatan mental anak. 

Banner Lahirkan Bayi Down SyndromeFoto: HaiBunda/ Annisa Shofia

Apa saja efek sering bertengkar di depan anak?

Dalam jangka panjang, berikut beberapa efek jika orang tua sering bertengkar di depan anak seperti dilansir berbagai sumber:

1. Mudah marah dan punya kontrol agresi yang buruk

Dilansir Parenting First Cry, ketika anak sering melihat orang tuanya bertengkar, ini dapat memicu masalah kontrol emosi dalam diri mereka. Anak jadi belajar bahwa marah dan berteriak-teriak adalah cara untuk menyelesaikan masalah. 

Dengan demikian, mereka jadi terbiasa menyelesaikan masalah dengan cara yang demikian juga. 

2. Tekanan emosional

Bertengkar di depan anak, apalagi sampai melibatkan fisik, dapat menyebabkan tekanan emosional yang luar biasa. Jika kondisi ini terus-menerus terjadi, risikonya bisa memicu kecemasan dini dan masalah kesehatan mental lainnya.

Anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga pada tahap awal kehidupan mereka juga disebut memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah harga diri.

3. Kegagalan dalam hubungan sosial

Pada dasarnya, anak-anak meniru apa yang mereka lihat dilakukan oleh orang tua. Jika Ayah dan Bunda terus bertengkar, kemungkinan besar anak akan tumbuh dengan mempelajari hal yang sama. 

Akibatnya, hubungan anak kelak dengan pasangannya bisa ikut terkena dampaknya. Selain itu, risiko lainnya yakni anak juga justru menghindari hubungan sosial dengan orang lain karena luka trauma.

Baca selanjutnya efek sering bertengkar di depan anak di halaman berikutnya ya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga video cara melakukan bonding dengan anak yang bisa memengaruhi masa depannya:

[Gambas:Video Haibunda]



DAMPAKNYA JUGA BISA MERUSAK KONSENTRASI BELAJAR ANAK

Speech therapist teaching a language an autistic child in an office

Ilustrasi efek sering bertengkar di depan anak. Foto: iStock

4. Masalah kesehatan secara fisik

Tak cuma secara mental, kebiasaan bertengkar di depan anak juga dapat merusak kesehatannya secara fisik. Kondisi ini dapat membuat anak-anak merasa cemas, tertekan, dan tidak berdaya. 

Anak juga sangat mungkin jadi memiliki gangguan pola makan, sulit tidur, serta masalah perilaku seperti fobia.

5. Harga diri rendah

Perasaan campur aduk antara malu, bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya yang disebabkan karena sering melihat orang tua bertengkar dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak. 

Akibatnya, ia mungkin akan merasa sulit untuk mempertahankan citra diri yang baik seiring bertambahnya usia.

6. Sulit konsentrasi saat belajar

Terus-menerus melihat orang tua bertengkar juga dapat membuat pikiran anak jadi 'sibuk'. Ini terjadi karena otak anak terus-menerus berada dalam ketakutan dan ketidakpastian. 

Dampaknya anak jadi sulit fokus saat belajar di sekolah, karena pikirannya teralihkan dengan hal lainnya.

7. Penurunan fungsi kognitif

Sebuah studi tahun 2013 yang diterbitkan di jurnal Child Development menemukan bahwa stres yang terkait dengan konflik pernikahan orang tua berpotensi mengganggu fungsi kognitif anak. 

Para peneliti menemukan bahwa ketika orang tua sering bertengkar, anak-anak jadi lebih sulit mengatur perhatian dan emosinya. Demikian dikutip dari Very Well Family.

Kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan cepat dan menerima informasi baru juga dapat terganggu. Sementara itu, penelitian lain menemukan bahwa hidup dalam keluarga berkonflik tinggi meningkatkan risiko anak sering mendapatkan nilai buruk.


(fir/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda