Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kabar Baru Balita yang Idap Sensory Processing Disorder, Kini Sudah Bisa Makan Beragam Tekstur

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 23 Aug 2022 21:40 WIB

Kabar Terbaru Balita dengan SPD
Kabar Baru Balita yang Idap Sensory Processing Disorder, Kini Sudah Bisa Makan Beragam Tekstur/Foto: Dokumentasi Pribadi Eunike Kartika

Bunda masih ingat dengan kisah Eunike Kartika, Bunda yang viral di TikTok usai menceritakan sang anak yang menderita Sensory Processing Disorder (SPD)? Beberapa waktu lalu, HaiBunda berkesempatan untuk menanyakan kabar sang anak, Jordan.

Untuk mengingat kembali, SPD adalah suatu kondisi di mana otak mengalami kesulitan menerima dan merespon informasi yang masuk melalui indra, Bunda. Mereka yang terkena SPD mungkin tidak bisa mengetahui di mana anggota tubuh mereka dan sulit terlibat dalam percakapan atau permainan.

Eunike mengungkapkan, Jordan sempat mengalami trauma karena terapi yang dijalaninya, Bunda. Tak hanya itu, terapi yang ia jalani di usia 15 bulan sampai 20 bulan pun tidak mendapatkan progres.

"Ada terapinya. Terapi wicara dan terapi okupasi 15 bulan sampai 20 bulan tapi enggak ada progres malah anaknya jadi trauma. (Usia) 21 bulan sampai sekarang 6 tahun terapi okupasi dan sensori integrasi. Di usia 4 tahun (juga) terapi bersama psikolog anak," tuturnya kepada HaiBunda, Selasa (23/8/2022).

Sebelumnya, Eunike mulai mencurigai kondisi sang anak karena sulit menerima makanan. Setelah menjalani terapi, Eunike pun merasa Jordan sudah bisa menerima dan mentoleransi berbagai tekstur makanan.

"Perkembangannya so far so good. Yang berubah yang paling kelihatan itu makannya. Waktu terapi dari 21 ke 22 bulan itu mulai bisa menerima makanan. Sampai detik ini toleransi terhadap tekstur dan jenis makanan bertambah," katanya.

Sementara itu, perkembangan wicara Jordan juga semakin meningkat, Bunda. Meski begitu, Eunike mengaku Jordan tetap harus mencapai academic learning.

"Sejak pindah tempat terapi dan terapinya tepat sasaran, perkembangan bicaranya maju walaupun sekarang masih agak sulit untuk kalimat panjang atau kurang tepat dalam merespon percakapan. Kosakata juga sekarang masih banyak yang harus di kejar tapi so far so good," ujar Bunda tiga anak ini.

"Sisanya untuk mencapai academic learning, itu masih dikejar. Contohnya ABC dan warna masih suka ke balik-balik," katanya kemudian.

Saat berkonsultasi dengan psikolog, Eunike juga diberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah. Beberapa tugas yang diberikan oleh psikolog ini bertujuan untuk merangsang vestibular, propioception, dan tactile.

"Terus aku juga diberikan beberapa PR yang harus dikerjakan di rumah, untuk merangsang vestibular, propioception, tactile, salah satunya melempar bean bag. Sapa diberikan tips juga sebelum jam makan, harus ada input sensori dahulu, baru mulai makan," jelasnya.

Tak hanya kondisi fisik, ternyata emosional Jordan juga turut berpengaruh nih, Bunda. Eunike mengaku sang anak sering kali tantrum secara mendadak.

Simak kisah lengkapnya di laman berikutnya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Jangan lupa intip juga video manfaat sensory play untuk Si Kecil berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



JORDAN KERAP TANTRUM SECARA MENDADAK

Kabar Terbaru Balita dengan SPD

Kabar Baru Balita yang Idap Sensory Processing Disorder, Kini Sudah Bisa Makan Beragam Tekstur/Foto: Dokumentasi Pribadi Eunike Kartika

Menurut Eunike, kondisi emosional sang anak juga turut terpengaruh karena SPD yang diderita, Bunda. Jordan kerap kali tantrum secara tiba-tiba.

"Secara emosional iya karena anak SPD kadang sulit mengungkapkan apa yang dirasakan. Sering kali tantrum enggak jelas. Enggak ada apa-apa mendadak menangis. Enggak ada apa-apa mendadak marah-marah enggak jelas," ungkap wanita yang lahir di Jakarta ini.

Tak hanya itu, Jordan juga sering tidak menyelesaikan suatu tugas. Saat mengalami kesulitan ini, biasanya Jordan akan marah dan membanting barang-barang di sekitarnya.

Banner Diet Nanas

"Anak SPD juga susah dalam menyelesaikan suatu tugas. Jadi dulu kalau dalam permainan meronce, dia kesulitan biasanya langsung marah, banting-banting barang. Kalau untuk mental so far sih enggak ada issue ke sana sih. Mungkin karena aku sadarnya cepat, jadi ditangani secara cepat juga," ucap Eunike.

Lebih lanjut, Eunike merasa anak-anak SPD kerap dianggap sebagai anak yang nakal, tidak bisa diam, dan menyusahkan. Padahal, kondisi dan lingkungan di Indonesia sendiri belum sepenuhnya mendukung anak-anak dengan SPD.

"Contoh, anak SPD biasanya susah potong rambut karena merasa enggak nyaman, dalam case tertentu, mereka merasa kesakitan karena hypersensitivity. Nah, jujur aku belum pernah nemu tukang cukur yang paham sama kondisi ini, sedangkan kalo di luar negeri bahkan ada salon khusus untuk anak-anak dengan SPD," papar wanita yang kini berdomisili di Bandung ini.

Sebagai sesama Bunda, Eunike turut membagikan tips menghadapi anak dengan kondisi SPD nih, Bunda. Klik baca halaman berikutnya yuk, Bunda.

PERBANYAK ILMU HINGGA JANGAN MENYANGKAL

Kabar Terbaru Balita dengan SPD

Kabar Baru Balita yang Idap Sensory Processing Disorder, Kini Sudah Bisa Makan Beragam Tekstur/Foto: Dokumentasi Pribadi Eunike Kartika

Tips hadapi anak dengan kondisi SPD

Menurut Eunike, ada beberapa tips yang bisa Bunda lakukan untuk menghadapi anak dengan kondisi SPD.

1. Perbanyak ilmu

Eunike mengungkapkan, Bunda yang memiliki anak dengan SPD harus memperbanyak ilmu mengenai SPD ini. Eunike pun menyarankan Bunda rajin membaca artikel-artikel atau jurnal luar negeri.

"Jujur pengetahuan soal SPD ini lebih banyak dari artikel-artikel luar negeri atau jurnal dari luar negeri. Jadi memang kita harus ekstra dalam handle anak SPD," tuturnya.

2. Fokus pada kelebihan anak

Kesabaran adalah kunci utama dalam menghadapi anak dengan kondisi SPD. Perjalanan Bunda mengurus Si Kecil tentu masih panjang. Karena itu, ada baiknya Bunda lebih fokus pada kelebihan yang dimiliki olehnya.

"Biasanya aku fokus sama kelebihan yang anak aku lakuin, misal tingkah lucunya," papar Eunike.

3. Konsisten

Sama seperti Eunike, Bunda mungkin juga akan mendapatkan beragam tugas dari psikolog atau terapis. Karena itu, Bunda harus melakukan tugas ini secara konsisten agar progresnya lebih cepat terlihat.

"Kalau dapat PR dari terapis, sebisa mungkin konsisten lakuin di rumah, apalagi soal diet sensorik. Karena kalau kita lakuin setiap hari, progresnya pun biasanya lebih cepat."

4. Jangan bandingkan anak

Seperti yang Bunda tahu, Si Kecil memiliki kesulitan dalam hal tumbuh dan kembang. Karena itu, membandingkan tumbuh kembang Si Kecil dengan anak lainnya tidak akan memperbaiki keadaan.

"Anak itu beda-beda. Satu ibu satu bapak saja bisa beda, apalagi sama anak orang lain. Fokus saja sama anak kita kurangnya apa, itu yang kita kejar," jelas Eunike.

5. Jangan menyangkal

Jangan pernah menyangkal keadaan anak yang diberi keistimewaan, Bunda. Menurut Eunike, ketika Tuhan memberikan anak yang istimewa, itu tandanya Bunda juga orang tua yang istimewa.

"Jangan denial. Percayalah Tuhan titipkan anak istimewa sama ibu yang istimewa juga. 1000 hari pertama itu beneran penting banget. Kalau ada kecurigaan baiknya langsung konsul ke profesional baik dokter anak, tumbuh kembang, atau psikolog. Kalau tahunya telat apalagi pas usia sekolah, itu sudah lebih PR lagi kejarnya," ujarnya.


(mua/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda