Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Viral Balita Medan Dijewer Tetangga sampai Memar, Ini Cerita Sang Bunda

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Senin, 29 Aug 2022 13:45 WIB

Hand in hand, the father and his son.  A moment of sharing how precious in everyone's eyes
Ilustrasi Balita Dianiaya Tetangga/Foto: Getty Images/iStockphoto/Sebastien Gonzalez

Baru-baru ini terdengar kabar seorang balita di Medan mengalami kekerasan dari tetangganya, Bunda. Sang tetangga yang merupakan seorang ibu dengan tega menjewer balita hingga memar.

Hal ini diungkapkan oleh Ibunda sang balita, Deborah Juliani dalam akun Instagram-nya. Ia mengaku menemukan telinga sang anak dalam keadaan biru, memar, dan lecet, saat memandikan sang anak.

"Aku langsung panik dan bertanya kepada sus (suster/babysitter) yang jaga anakku ini apakah tadi ada jatuh atau kejedut. Di bilang enggak ada. Tapi tadi baby B (anakku) nangis digendong sama seorang ibu-ibu dan dibawa sampai ke rumah depan," tulisnya dalam akun @debmanurung, dikutip pada Senin (29/8/2022).

Lebih lanjut, Deborah mengatakan sebelumnya ia sama sekali tak mengenal sosok ibu-ibu ini. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata sosok ini merupakan tetangganya yang tinggal satu blok dengannya.

HaiBunda mencoba menghubungi Debora untuk mendapatkan klarifikasi mengenai kronologi lebih lanjut, Bunda. Deborah menjelaskan ibu-ibu ini sering bermain di taman dekat rumahnya dan beberapa kali bertemu dengan baby B beserta sang babysitter.

"Terus ibu-ibu itu kemarin datang ke rumah kami mau ngasih baju untuk sus kami yang sudah dia janjiin gitu. Ini posisinya aku dan suami gak di rumah, Mbak," jelasnya pada HaiBunda.

Si Ibu pun meminta untuk menggendong anak Deborah karena merasa dekat setelah bertemu beberapa kali di taman. Tak hanya itu, Si Ibu juga bercerita ingin memiliki anak perempuan.

"Si Ibu ini minta gendong anakku, dikasihlah sama Si Sus. Mungkin karena sudah ketemu beberapa kali di taman dan dia kira ibu itu baik-baik saja. Soalnya dia cerita ke suss ini kalau dia ingin punya anak perempuan," jelas Bunda satu anak ini.

Ternyata, setelah digendong oleh Si Ibu, anak Deborah terus menangis bahkan sampai Deborah sampai ke rumah. Ia pun memandikan sang anak dan menemukan adanya memar di telinga.

"Langsung kami cek CCTV tetangga rumah depan itu, ternyata benar anakku di tarik-tarik telinganya sama ibu itu pas di gendong," jelas Deborah.

Setelah kejadian tersebut, Deborah mengaku sang anak masih sering menangis dan terbangun di malam hari. Simak kisah selengkapnya di laman berikutnya yuk, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

KONDISI BABY B SAAT INI

Baby girl looking out the window

Ilustrasi Balita Dianiaya Tetangga/Foto: Getty Images/iStockphoto/tolgart

Setelah kejadian penganiayaan tersebut, kini kondisi baby B semakin membaik, Bunda. Deborah mengatakan memarnya semakin hilang dan luka-luka juga semakin kering.

"Kalau untuk telinga yang memar, saat ini sudah membaik. Masih ada sedikit memarnya dan lukanya juga sudah kering," tuturnya.

Tak hanya itu, Deborah juga telah melaporkan Si Ibu ke pihak berwajib. Ia pun melakukan visum pada sang anak.

Banner Minuman Penggugur Kandungan

"Kami sudah visum, Mbak. 1 hari setelah kejadian langsung lapor polisi dan visum juga."

Sayangnya, tak hanya kondisi fisik baby B yang diserang saat kejadian itu, Bunda. Deborah mengaku anaknya kini sering terbangun di malam hari dan menangis.

"Sejak kejadian itu, anak aku tidur malamnya sering terbangun nangis gitu Mbak. Setiap hari setelah kejadian. Sampai kemarin malam juga masih gitu," kata wanita yang hobi memasak ini.

"Kamu sudah lapor polisi dan sudah mulai penyidikan, Mbak. Tapi sampai hari ini (Minggu 28/8/2022) ibu tersebut belum diamankan," tambahnya kemudian.

Kekerasan pada anak seperti yang dialami oleh baby B merupakan salah satu masalah serius di Indonesia. Hal ini dilihat berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) pada tahun 2020 lalu.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat dampak kekerasan pada anak yuk, Bunda.

DAMPAK KEKERASAN PADA ANAK

Close up and soft focus of hands of small child leaning against glass in window with snowflakes on winter day. Concept of child loneliness, sadness, waiting for parents.

Ilustrasi Balita Dianiaya Tetangga/Foto: Getty Images/iStockphoto/Olga Kurdyukova

Pada tahun 2020, setidaknya ada 3.928 kasus kekerasan pada anak, Bunda. Jenis kekerasan ini merupakan masalah yang membutuhkan perhatian negara karena konsekuensinya bisa bertahan hingga dewasa.

"Kekerasan anak adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang membutuhkan perhatian segera. Konsekuensinya bisa bertahan hingga dewasa," kata Anne Petersen, profesor di Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia di Universitas Michigan, dikutip dari Washington Post.

Sementara mengutip Medical News Today, anak yang menjadi korban kekerasan, biasanya memiliki rasa takut untuk angkat bicara. Hal ini bisa karena pelaku kekerasan adalah orang yang berkuasa atau penting.

Selain itu, anak yang mendapat kekerasan berpikir dua kali saat akan mengungkapkan karena khawatir tak dipercaya. Bahkan ada beberapa anak yang mungkin merasa malu atau khawatir menjadi orang yang disalahkan.

Tindakan kekerasan bisa terjadi di rumah, tempat lain dan terjadi di semua budaya, negara, dan kelas ekonomi. Biasanya tindakan kekerasan pada anak ini melibatkan anggota keluarga atau teman dibanding orang asing. Penyebabnya, bisa karena tekanan ekonomi, pekerjaan, masalah kesehatan mental, atau penyalahgunaan zat terlarang hingga pengalaman serupa di masa kecil.

Kekerasan yang terjadi pada kasus baby B merupakan jenis kekerasan fisik. Tandanya, anak akan terluka secara fisik. Berikut ini beberapa bentuk kekerasan fisik:

  • Memukul, mencubit, menampar, menendang, menggigit
  • Melukai dengan benda tajam maupun tumpul
  • Membakar dengan api atau menyiram dengan air panas
  • Menenggelamkan
  • Meracuni
  • Mengikat atau memaksa anak dalam posisi stres
  • Melarang tidur, makan, atau diberi obat-obatan


(mua)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda