parenting
4 Menu Anak 4-6 Tahun agar Tumbuh Maksimal, Nasi Uduk hingga Tumis Buncis
Kamis, 10 Nov 2022 19:20 WIB
Stunting masih menjadi momok menakutkan bagi para Bunda di Indonesia. Tak hanya mengganggu pertumbuhan, stunting juga bisa menyebabkan masalah pada perkembangan otak Si Kecil. Bahkan, anak dengan stunting berisiko terkena anemia.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh (fisik maupun otak) pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu lama. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stunting adalah anak balita dengan nilai z-score-nya kurang dari -2.00 SD atau Standar Deviasi (stunted) dan kurang dari -3.00 SD (severely stunted).
Menurut Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi., dari Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB, stunting dapat menyebabkan terganggunya perkembangan anak. Salah satu yang sangat terpengaruh adalah perkembangan otak, Bunda.
"Stunting (pendek) terjadi karena kekurangan gizi kronis selama 1000 hari pertama kehidupan anak (1000 HPK)," kata Sri Anna dalam acara Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting bersama Danone Indonesia, Selasa (8/11/22) di Wonosobo, Jawa Tengah.
"Kerusakan yang terjadi mengakibatkan perkembangan anak yang irreversible (tidak bisa diubah), anak tersebut tidak akan pernah mempelajari atau mendapatkan sebanyak yang dia bisa," sambungnya.
Dalam acara yang sama di Yogyakarta, Rabu (9/11/22), Medical & Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., mengatakan bahwa stunting masih menjadi masalah kesehatan anak yang perlu mendapatkan perhatian. Apalagi, di Indonesia kasus ini masih banyak ditemukan.
"Indonesia masih mengalami malnutrisi kronik, yakni stunting. Meski sudah menunjukkan penurunan, tapi target pemerintah di tahun 2024 mau menurunkan sampai 14 persen. Banyak penelitian bilang, kalau tidak bisa turun di bawah 20 persen berarti kita harus melupakan bonus demografi," ujar Ray.
Belum lagi, stunting ternyata juga dikaitkan dengan kejadian anemia pada anak. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, 1 dari 3 anak Indonesia di bawah 5 tahun mengalami anemia. Sementara itu, 50 sampai 60 persen kasus anemia ini terjadi karena kekurangan zat besi, Bunda.
Korelasi anemia dan stunting pada anak
Ray menjelaskan, angka kejadian anemia diketahui lebih tinggi pada anak dengan stunting. Bahkan, kasus serupa juga ditemukan pada anak yang lahir dari ibu mengidap anemia saat hamil.
Anak dengan stunting yang terlahir dari ibu dengan anemia memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan anak tanpa stunting yang terlahir dari ibu tanpa anemia.
Penelitian tentang korelasi anemia dan stunting ini juga pernah dilakukan di Afrika Selatan oleh Faber dkk tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan, anak dengan anemia (6-12 bulan) memiliki kecenderungan mengalami gangguan pertumbuhan atau growth faltering.
Anemia defisiensi besi dapat ditangani dengan pemberian kombinasi zat besi dan vitamin C, Bunda. Sementara itu, penanganan stunting dilakukan dengan cara mengejar pertumbuhan anak melalui pemenuhan asupan nutrisi, seperti mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Nah, setelah mengetahui penyebab dan risiko stunting, kini saatnya Bunda menyimak isi piringku yang tepat untuk anak usia 4-6 tahun di halaman berikutnya!
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Simak penjelasan soal stunting lainnya dalam video di bawah ini: