Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

KIPI Vaksin Polio pada Anak, Ketahui Penyebab dan Tips Menangani yang Tepat

dr. Radhian Amandito, Sp. A   |   HaiBunda

Rabu, 02 Oct 2024 16:58 WIB

Dokter Sisipan
dr. Radhian Amandito, Sp. A
Menamatkan pendidikan spesialis anak dari UI. Tergabung di kelompok penelitian kesehatan anak dan bayi baru lahir. Berpraktik di RS Pondok Indah pada Senin - Sabtu.
KIPI Vaksin Polio
KIPI Vaksin Polio/ Foto: Getty Images/anilakkus
Jakarta -

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan salah satu dampak yang kerap dialami anak-anak usai vaksinasi. Salah satu yang tengah ramai dibicarakan adalah KIPI vaksin polio.

Gejala yang dirasakan pun sangat beragam, mulai dari demam, diare, hingga muntah. Bahkan, ada kabar yang menyebut dapat mengancam nyawa anak-anak.

KIPI membuat orang tua merasa khawatir saat anaknya diimunisasi. Padahal, imunisasi sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit pada Si Kecil, baik penyakit menular maupun tidak menular.

Sebelum hal itu membuat Bunda dan Ayah ragu untuk memberikan imunisasi pada anak, simak selengkapnya mengenai vaksin polio dan KIPI yang mungkin terjadi.

Pentingnya vaksinasi polio untuk anak

Vaksinasi polio sendiri sangat penting, karena beberapa waktu lalu pemerintah menetapkan polio sebagai kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Jika tidak dicegah dengan vaksin secara serentak, dikhawatirkan dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian pada anak-anak.

Pada zaman dahulu, kasus polio menyebabkan anak mengalami kelemahan atau hilangnya kemampuan menggerakkan otot (paralisis otot) yang berdampak pada otot kaki, tangan, hingga pernapasan. Kondisi polio pun memerlukan perawatan jangka panjang, Bunda. Karenanya, sangat penting untuk melakukan pencegahan dengan vaksinasi.

Menurut data, masa pandemi beberapa waktu lalu menjadi salah satu penghambat anak mendapatkan vaksinasi polio. Banyak orang tua tidak membawa anak untuk melakukan vaksinasi polio karena takut ke rumah sakit. Jadi, jika Si Kecil terlambat mendapatkan vaksinasi ini di masa pandemi, mereka tetap bisa mendapatkan vaksinasi polio yang rutin untuk mengejar, atau dapat pula dengan vaksin ganda.

Meskipun capaian pemberian vaksinasi polio sebelum pandemi sudah mencapai 90 persen, tetapi pemerintah merasa perlu mengadakan pemberian vaksinasi polio di masa KLB ini dengan kandungan vaksin dari jenis strain virus polio yang berbeda.

Efektifkah pemberian vaksin polio untuk anak di atas 7 tahun?

Vaksin polio berjenis novel oral polio vaccine type 2 (n0PV2) umumnya diberikan pada anak usia 0-7 tahun, Bunda. Hal ini karena angka anak terinfeksi polio di atas usia tujuh tahun sangat rendah.

Anak-anak seharusnya sudah mendapatkan vaksin polio lengkap ketika berusia di bawah tujuh tahun. Karena itu, kejadian polio di atas usia tujuh tahun sangat berkurang.

Penyebab umum KIPI

KIPI dibagi menjadi dua, yakni KIPI serius dan KIPI standar. Tidak hanya vaksin polio, semua vaksin memiliki KIPI. Misalnya saja demam ringan, kemerahan di area bekas suntik, diare, hingga muntah-muntah.

Tidak semua KIPI disebabkan oleh vaksin. Sama seperti namanya, KIPI adalah kejadian yang berbarengan dengan vaksin, dan bukan murni efek samping dari vaksin.

Mengapa terjadi KIPI? Salah satunya karena sistem mekanisme dari vaksin menginduksi respons imunitas tubuh. Hal ini membuat bagian seluler membentuk perlindungan yang sebelumnya tidak ada.

Imunitas alami terbentuk ketika tubuh anak yang sakit terpapar dengan virus dan kuman, kemudian tubuh mendapat perlindungan dari humoral dan seluler imunitas, untuk melawan penyakit datang. Sementara itu, vaksin mensimulasikan paparan tersebut tanpa memberikan penyakit atau dampak penyakit yang sama.

Ketika sakit lalu terjadi demam dan radang, ini menunjukkan bahwa fungsi imunitas tubuh sedang berjalan. Ini artinya KIPI menandakan efek vaksin sedang bekerja.

KIPI pada vaksin polio dapat berupa demam, muntah, diare, nafsu makan menurun, serta lemas. Dokter spesialis anak biasanya akan memantau KIPI yang paling umum pada satu sampai tiga hari.

Penanganan anak mengalami KIPI kejang

Ada beberapa penanganan yang perlu Bunda lakukan ketika anak mengalami KIPI sampai kejang. Berikut ini deretannya:

1. Atasi demamnya terlebih dahulu

Jika setelah divaksin anak mengalami kejang, biasanya kondisi ini berkaitan dengan kejang demam, Bunda. Hal ini terjadi bukan karena vaksinnya, melainkan karena demamnya.

Pada anak-anak, ada kerentanan tertentu mengalami kejang demam, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun. Jika anak mengalami demam, Bunda perlu mengatasi terlebih dahulu demamnya dengan parasetamol atau ibuprofen.

2. Bawa ke rumah sakit untuk observasi

Jika Si Kecil sudah tidak demam tetapi masih kejang, itu tandanya anak bukan kejang demam akibat vaksin. Ketika ini terjadi, maka atasi demamnya dan lakukan observasi.

Jika anak baru kejang pertama kali, segera bawa Si Kecil ke rumah sakit untuk dilakukan observasi selama 1x24 jam, Bunda.

3. Diberikan obat kejang

Jika anak sudah pernah kejang sebelumnya, tetap berikan terapi pengobatan kejang seperi biasa, baik dari dubur atau pemberian rutin secara oral.

Tidak ada penanganan khusus untuk kejang saat KIPI. Namun, apapun jenis KIPI-nya, harus dilaporkan sesegera mungkin pada dokter atau petugas kesehatan yang menangani anak, ya.

Tanda KIPI perlu segera dibawa ke rumah sakit

Ada beberapa tanda bahaya KIPI pada anak yang harus segera ditangani di rumah sakit. Misalnya sebagai berikut:

  1. Sesak yang terjadi karena anafilaksis atau respon alergi terhadap vaksin
  2. Diare hebat sampai menimbulkan risiko dehidrasi
  3. Muntah-muntah
  4. Demam tinggi yang tidak kunjung turun

Bolehkah anak sakit divaksin?

Ketika anak tidak dalam keadaan demam, mereka boleh mendapatkan vaksin, Bunda. Namun, selain demam, Bunda juga perlu memeriksa tenggorokan, telinga, serta perut Si Kecil apakah mengalami radang atau kembung.

Selanjutnya, jika anak mengalami batuk atau pilek, mereka tetap diperbolehkan untuk melakukan vaksin. Kondisi common cold merupakan respons tubuh untuk tetap bertahan meski ada paparan baru terhadap imun. Tetapi, perlu dipastikan tidak ada riwayat demam sebelum anak mengalami common cold ya. Apabila Bunda tidak yakin, lebih baik konsultasi ke dokter spesialis anak dulu jika ingin melakukan vaksinasi ketika anak sedang batuk pilek, ya.

Potensi KIPI sebabkan diare

Berdasarkan data dari studi di Gambia, potensi KIPI menyebabkan anak mengalami diare sangatlah rendah, Bunda. Kejadian pada bayi sekitar 3,9 persen sedangkan pada anak-anak hanya sekitar 3,7 persen.

Meski begitu, kondisi ini harus ditelusuri lebih lanjut karena ada studi yang menunjukkan bahwa diare berhubungan langsung dengan vaksin, tetapi ada pula yang tidak berhubungan.

Semua vaksin yang sudah diresmikan memiliki safety profile, sehingga kemungkinan terjadinya KIPI sangat rendah. Kasusnya mungkin hanya sekitar satu dari 4.000 anak atau dalam 1 juta anak.

Penanganan KIPI diare dan muntah agar anak tidak dehidrasi

Ketika anak mengalami KIPI berupa diare dan muntah, ada beberapa penanganan yang dapat Bunda dan Ayah lakukan agar Si Kecil tidak dehidrasi. Berikut ini deretannya:

1. Deteksi awal

Jika anak mengalami diare dan muntah, Bunda perlu memeriksa atau mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi yang terjadi pada mereka. Selain itu, anak juga dapat mengalami dehidrasi ketika mereka demam.

Misalnya ketika anak merasa haus, sangat rewel, air matanya kering, mulut kering. Segera periksa warna urine Si Kecil. Jika dehidrasi, maka volumenya semakin sedikit dan urine berwarna lebih pekat.

2. Berikan cairan

Susui bayi sesering mungkin agar tidak dehidrasi. Sedangkan anak yang lebih besar dapat mengonsumsi cairan seperti air, oralit, atau cairan elektrolit lainnya.

3. Bawa anak ke dokter

Jika berbagai upaya yang dilakukan tidak membuat KIPI pada anak membaik, segera bawa mereka ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

Beda KIPI pada vaksin polio tetes dan suntik

Pemberian vaksin polio dibedakan menjadi dua jenis, Bunda. Keduanya adalah pemberian vaksin secara suntik dan tetes.

Meski pemberiannya berbeda, cara kerja kedua jenis vaksin ini sama. Vaksin dengan suntikan membantu menginduksi sistem imun melalui darah, tetapi tidak bisa melindungi infeksi yang terjadi di usus. Sementara itu, vaksin yang diberikan secara oral melindungi tubuh dengan berkontak langsung dengan usus sehingga timbul respons imun secara sistemik maupun lokal.

KIPI yang mungkin terjadi pada kedua vaksin ini berbeda, tergantung pada jenis pemberiannya. Jika vaksin diberikan dengan suntik, kemungkinan KIPI yang terjadi adalah adanya kemerahan di area bekas suntik. Jika vaksin polio diberikan secara tetes atau oral, mungkin akan terjadi mutasi virus dan paralisis.

KIPI bentuk lain, seperti demam atau yang lain, kemungkinan terjadinya sama, yakni di bawah lima persen.

Lama pemantauan terhadap KIPI

Pemantauan KIPI yang terpenting adalah pada tiga hari pertama setelah vaksin. Namun, Bunda dapat menghubungkan pengaruh vaksin dengan KIPI sampai hari ketujuh.

Makanan atau kegiatan yang perlu dihindari setelah vaksin

Jika Si Kecil berada dalam keadaan sehat setelah divaksinasi, tidak ada makanan atau kegiatan yang perlu dihindaari. Namun, mereka perlu menghindari olahraga jika berada dalam kondisi kurang baik seperti lemah atau demam.

Dalam keadaan yang tidak sehat, Si Kecil juga perlu menghindari makanan yang dapat memicu munculnya iritasi atau infeksi. Misalnya mengonsumsi makanan yang basi atau hampir basi, makanan yang tidak matang, serta makan dengan tangan yang kotor.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum anak vaksin

Ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan sebelum anak vaksin. Berikut ini deretannya:

1. Pastikan kondisi anak

Tidak ada hal spesifik yang perlu Bunda persiapkan untuk anak sebelum vaksin. Namun, pastikan anak dalam keadaan sehat, ya.

Jika sebelum vaksin anak diajak berlibur atau jalan-jalan, pastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup, ya. Selain itu, berikan juga nutrisi yang baik untuk Si Kecil.

2. Beri parasetamol jika dibutuhkan

Bunda tidak perlu memberikan parasetamol pada anak sebelum mereka mendapatkan vaksin. Jika Si Kecil mengalami demam sekitar 37 atau 38 derajat Celcius, biarkan Si Kecil beristirahat dan minum banyak cairan.

Bunda dapat memberikan parasetamol jika demam Si Kecil sudah mencapai 39 derajat Celcius.

3. Rawat bekas suntikan

Setelah mendapatkan vaksinasi, area bekas suntikan biasanya akan membuat anak merasa tidak nyaman. Selain nyeri, memerah, atau membengkak, bekas suntikan mungkin juga akan terasa pegal.

Jika ini terjadi, Bunda dapat mengompres dingin bagian bekas suntikan. Selain itu, Bunda juga dapat memberikan pijatan ringan pada area tersebut.

Demikian informasi tentang KIPI vaksin polio, pastikan penyebab utama hingga penanganannya tidak menyalahi aturan ya. Segera bawa anak ke dokter spesialis anak jika mengalami tanda-tanda dehidrasi parah.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda