parenting
Stunting: Penyebab, Dampaknya Terhadap Kecerdasan Anak & Cara Mencegahnya
Rabu, 11 Jan 2023 18:35 WIB
Stunting merupakan permasalahan gizi kronis pada balita yang didefinisikan sebagai tinggi badan lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Anak yang alami stunting akan lebih rentan terkena penyakit dan saat dewasa berisiko terkena penyakit degeneratif (semisal penyakit jantung, rematik, pengeroposan tulang, dll). Selain itu, stunting juga berdampak pada terhambatnya perkembangan otak dan fisik anak.
Ini artinya, stunting pada anak bukan hanya menyebabkan masalah kesehatan tetapi juga berimbas pada masalah pendidikan.
Berapa banyak anak stunting di Indonesia?
Kejadian stunting di Indonesia menempati urutan ke-5 dunia. Sekitar 5 juta dari 12 juta balita (38,6 persen) di Indonesia memiliki tinggi badan di bawah rata-rata tinggi badan balita di dunia. Provinsi di Indonesia dengan kejadian stunting terbanyak adalah NTT, yakni 24,2 persen pada tahun 2020.
Apakah stunting sama dengan perawakan pendek (stunted)?
Pendek dan stunting adalah 2 hal yang berbeda ya, Bunda. Pengertian pendek hanya didasarkan dari pengukuran antropometri (Indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)). Sedangkan stunting, adalah kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur yang diakibatkan oleh kondisi kekurangan gizi (malnutrisi kronis).
Mengapa 1000 hari pertama kehidupan penting?
Stunting umumnya terjadi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yakni mulai dari masa anak dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Pada periode keemasan ini, perkembangan otak mencapai hingga 95 persen sehingga gangguan nutrisi dalam periode ini sangat berdampak terhadap kecerdasan anak.
Seribu hari pertama kehidupan merupakan salah satu program pemerintah, yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah gizi baik dari penyakit menular maupun tidak menular yang terjadi pada ibu hamil dan bayi.
Mengapa anak bisa stunting?
Masalah gizi yang terjadi pada anak merupakan dampak dari kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk dikonsumsi serta ketidakseimbangan antara asupan makanan yang dikonsumsi dengan keluaran zat gizi. Menu makanan balita di Indonesia umumnya didominasi oleh karbohidrat, namun rendah lemak dan protein.
Menurut Kemenkes, faktor yang menjadi penyebab stunting dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Faktor Risiko Ibu
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum, saat kehamilan, dan setelah persalinan memengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu berusia kurang dari 20 tahun, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
2. Faktor Risiko Nutrisi Bayi
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya, termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.
Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah, jenis, dan keamanannya. Asupan zat gizi pada balita sangat penting dalam mendukung pertumbuhan sesuai dengan grafik pertumbuhannya agar tidak terjadi gagal tumbuh (growth faltering) yang dapat menyebabkan stunting.
3. Faktor Risiko Ekonomi dan Lingkungan
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal, juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi, dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
![]() |
Apa saja sih dampak stunting?
Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa. Menurut WHO, dampak yang diakibatkan oleh stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan panjang.
Dampak jangka pendek meliput:
- Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
- Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal
- Peningkatan biaya kesehatan.
Dampak jangka panjang meliputi:
- Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya)
- Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
- Menurunnya kesehatan reproduksi
- Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
- Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal
Dampak stunting terhadap kecerdasan anak
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, stunting tidak hanya sekadar pendek saja, tetapi merupakan gambaran keadaan masa lalu (kronis) karena hambatan atau gangguan pertumbuhan tinggi badan atau pertumbuhan linier memerlukan waktu lama, dalam hitungan bulan atau bahkan tahun.
Menurut penelitian Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), anak yang mengalami gizi buruk di bawah usia satu tahun, 25 persen dari mereka berisiko memiliki tingkat kecerdasan di bawah 70, dan 40 persen lainnya berisiko memiliki IQ antara 71-90.
Kondisi ini mengakibatkan gangguan belajar pada masa sekolah kelak. Apabila masalah gizi ini terjadi pada masa 1000 hari pertama kehidupan maka dampaknya dapat bersifat permanen (irreversible).
Terjadi pembentukan saraf-saraf (sinaps) otak sejak di kandungan hingga usia prasekolah. Fungsi otak bekerja sesuai dengan stimulasi dari sinaps tersebut dengan cara memberikan stimulasi sensori, motorik, emosional, dan intelektual. Stimulasi pada masa kanak-kanak juga diperlukan untuk pembentukan dan fungsi sinaps dan menentukan kemampuan belajar anak.
Bagaimana sih cara mencegah stunting?
- Ibu hamil rutin mengonsumsi makanan bergizi dan memeriksakan kandungannya tiap bulan
- Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
- Konsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
- Konsumsi aneka ragam makanan pokok (bervariasi)
- Membatasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
- Melakukan aktivitas fisik yang cukup
- Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala rutin pada anak
- Menjaga kebersihan lingkungan
Apa yang harus dilakukan jika anak terdeteksi pendek?
Bila selama pengukuran tinggi badan anak terdeteksi pendek dibandingkan anak seusianya, segera konsultasikan si kecil kepada Dokter Spesialis Anak ya, Bunda, agar dapat didiagnosis dan ditangani lebih dini.
Simak penjelasan stunting lainnya dalam video di bawah ini:

