
parenting
6 Langkah Mencegah Stunting pada Anak, Dapat Dimulai Sejak Bunda Hamil
HaiBunda
Kamis, 02 Dec 2021 11:18 WIB


Bunda tentu sudah tidak asing dengan istilah stunting. Masalah kesehatan ini pun menjadi PR besar untuk kita tuntaskan.
Hingga saat ini, stunting masih menjadi masalah gizi yang banyak dialami anak di Indonesia. Setidaknya, ada sekitar 9 juta anak mengalami stunting atau 37 persen dari seluruh populasi anak di Indonesia.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis atau terjadi dalam jangka waktu lama, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Kondisi ini dapat ditandai dengan tubuh anak yang pendek.
Seorang anak dikatakan pendek apabila tinggi badannya berada lebih rendah dari 2 standar deviasi di bawah median kurva tinggi berdasarkan usia, sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Apabila dilihat pada kurva, tinggi badan anak pendek berada lebih rendah dari garis merah yang bawah.
Perlu diketahui, pendek yang terjadi pada anak karena kekurangan gizi kronis atau sebab-sebab lain berbeda. Stunting yang dijelaskan di sini adalah pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, Bunda.
Stunting menjadi masalah gizi yang perlu menjadi perhatian para orangtua, sejak mulai kehamilan. Kekurangan gizi selama masa kehamilan dapat menyebabkan stunting pada anak sejak di dalam kandungan.
![]() |
Diagnosis stunting
Stunting dapat didiagnosis pada usia berapa pun. Sebab, stunting disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama.
Kondisi kekurangan gizi ini dapat terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan dan setelah lahir. Stunting pada bayi dalam kandungan dapat terjadi saat ibu hamil mengalami kekurangan asupan nutrisi atau ada masalah pada penghantaran nutrisi ke janin, seperti kelainan plasenta.
Tanda-tanda stunting
Anak yang mengalami stunting bisa dilihat dari tinggi badannya. Tinggi badan berada lebih rendah dari 2 standar deviasi di bawah median kurva tinggi berdasarkan usia WHO.
Tanda-tanda lainnya yang dapat ditelusuri yakni berhubungan dengan penyebabnya, yakni kekurangan gizi yang telah terjadi dalam waktu lama.
Kondisi stunting memang paling mudah dilihat dari tubuh yang pendek. Namun, tubuh pendek tak berarti anak pasti stunting ya.
Untuk memastikan kondisi anak, Bunda perlu memeriksakan ke dokter untuk menilai status gizi dari waktu ke waktu. Termasuk pemeriksaan proporsi anggota tubuh, tinggi badan kedua orangtua, dan lainnya.
Stunting memiliki dampak besar pada tumbuh kembang anak, simak penjelasannya di halaman selanjutnya!
Bunda juga bisa melakukan pencegahan stunting seperti dijelaskan dalam video di bawah ini:
DAMPAK DAN BAHAYA STUNTING PADA ANAK
Ilustrasi stunting/ Foto: iStock
Dampak dan bahaya stunting
Stunting bisa berdampak pada kondisi tumbuh kembang dan kesehatan anak. Berikut 5 dampak dan bahaya jangka panjang stunting pada anak:
- Keterlambatan pertumbuhan, sehingga tinggi badan saat dewasa tidak maksimal atau tidak sesuai dengan potensi genetiknya.
- Penurunan kemampuan kognitif atau kecerdasan, serta gangguan belajar dan pemusatan perhatian.
- Berisiko lebih tinggi mengidap berbagai penyakit infeksi.
- Berisiko lebih tinggi mengidap penyakit kronis di masa depan, misalnya tekanan darah tinggi, gangguan ginjal, hingga kelainan metabolisme seperti diabetes.
- Produktivitas anak menurun atau lebih rendah dari orang lain.
Mencegah stunting
Stunting perlu diwaspadai apabila terjadi perlambatan penambahan berat badan, yang diikuti dengan perlambatan penambahan tinggi badan. Untuk itu, pemantauan berat dan panjang atau tinggi badan anak penting dilakukan secara berkala.
Gizi si kecil masih dapat diperbaiki apabila stunting diatasi sebelum anak berusia 2 tahun. Hal ini juga dapat memengaruhi efeknya di masa mendatang.
Namun, jika stunting tidak dapat diatasi sebelum usia 2 tahun, maka berbagai dampak dan bahaya jangka panjang tidak dapat dicegah, walaupun gizinya diperbaiki.
Berikut 6 langkah penting untuk mencegah stunting pada anak:
- Memenuhi nutrisi selama kehamilan, termasuk dengan rutin memeriksakan diri ke dokter.
- Memberikan ASI eksklusif pada anak selama 6 bulan.
- Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- Melengkapi imunisasi anak agar dapat mencegah infeksi atau penyakit yang dapat berpengaruh terhadap kecukupan nutrisi dan pertumbuhan.
- Rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala.
- Menerapkan perilaku bersih dan sehat, termasuk menjaga sanitasi serta mencegah adanya anggota keluarga yang merokok karena dapat meningkatkan risiko
- penyakit infeksi dan alergi pada bayi dan anak.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dilakukan secara berkala, terutama di bulan-bulan pertama kehidupan anak. Setidaknya, pemantauan berupa pengukuran berat badan dan panjang atau tinggi badan dilakukan sebulan sekali.
Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut harus dimasukkan ke dalam kurva pertumbuhan WHO. Kurva tersebut dapat diperoleh dengan mencari di internet atau menggunakan aplikasi Primaku yang dibuat oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Stunting: Penyebab, Dampaknya Terhadap Kecerdasan Anak & Cara Mencegahnya

Parenting
Kenali Penyebab dan Tanda Ruam Popok pada Anak

Parenting
Penyebab Diare pada Anak dan Penanganannya, Jangan Sembarangan Beri Obat

Parenting
Gejala hingga Komplikasi Cacar Air pada Anak, Simak Cara Pengobatan yang Tepat

Parenting
Pentingnya Nutrisi 1000 Hari Pertama Anak untuk Mencegah Stunting


7 Foto
Parenting
Gemas, 7 Potret Rayyanza Bersama Nagita Slavina dan Raffi Ahmad
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda