
parenting
9 Cerita Fabel Bahasa Inggris Singkat dan Artinya, Menghibur Penuh Pesan Moral
HaiBunda
Minggu, 05 Mar 2023 18:40 WIB

Bunda dapat membacakan Si Kecil dengan cerita fabel bahasa Inggris singkat untuk memperkaya kosa kata dan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris anak. Cara ini dinilai efektif karena cerita fabel biasanya berisi kisah seru dan menghibur yang disukai oleh anak-anak.
Cerita fabel juga mengandung banyak pesan moral dan nilai-nilai kebaikan yang dapat diterapkan anak-anak dalam keseharian. Dikutip dari Firstcry, berikut kumpulan cerita fabel bahasa Inggris singkat beserta dengan pesan moralnya yang sudah Bubun rangkum khusus untuk Bunda dan Si Kecil. Simak selengkapnya ya, Bunda!
1. Cerita fabel bahasa Inggris: The Lion And The Wolf
Once upon a time, there was a wolf and a lion who lived in a forest. One evening, the wolf emerged from his den in good spirits and with a ravenous appetite. The wolf appeared much larger than he actually was as the sinking sun projected his shadow far out on the ground.
“Look at how huge I am,” the wolf boasted, “Imagine me escaping from the weak lion! I should be made the king of the forest. I am a hundred times more powerful than the lion in his own shadow.”
The wolf took satisfaction in the fact that he was no lower than the mighty lion. While the wolf was lost in his thoughts, he was suddenly completely obscured by a huge shadow in front of him. The lion instantly killed the wolf with a single strike.
In the midst of the wolf’s arrogant thoughts, the lion attacked and killed him. The wolf was too lost in his own inflated self-worth, which ultimately led to his demise.
Arti atau terjemahan cerita Singa dan Serigala
Alkisah, ada seekor serigala dan seekor singa yang tinggal di sebuah hutan. Suatu malam, serigala muncul dari sarangnya dengan semangat menggebu dan nafsu makan tinggi. Serigala itu tampak jauh lebih besar daripada wujud aslinya karena saat matahari terbenam bayangannya terproyeksikan jatuh ke tanah.
“Lihat betapa besarnya aku,” sang serigala menyombongkan diri, “Mengapa aku harus melarikan diri dari singa yang lemah! Aku adalah raja hutan. Aku seratus kali lebih kuat daripada singa dalam bayangannya sendiri.”
Serigala sangat bangga karena dia tidak lemah dibandingkan singa yang perkasa. Kala serigala tenggelam dalam pikirannya, dia tiba-tiba dikaburkan oleh bayangan besar di depannya. Singa langsung menyerang serigala itu dalam satu serangan.
Di tengah pikiran arogan serigala, singa menyerang dan membunuhnya. Serigala itu terlalu tersesat dalam harga dirinya yang melambung tinggi, yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
Pesan moral:
Pesan moral dari cerita fabel dalam bahasa Inggris di atas adalah kesombongan dapat mendatangkan kehancuran. Dalam cerita Singa dan Serigala, serigala terlalu bangga dengan penampilannya yang menurutnya dia harus menjadi raja hutan. Serigala berasumsi bahwa dia lebih unggul dari singa dalam segala hal hanya karena menatap bayangannya yang besar.
2. Dongeng fabel dalam bahasa Inggris dan pesan moralnya: The Fox And The Stork
Once upon a time, there was a fox and a stork who lived in a jungle. The two animals were neighbors. The cunning fox one day thought of a devious plan to amuse himself at the expense of the good-natured stork, at whose odd appearance he was always laughing.
“You must come and have dinner with me today,” the fox said to the stork one day, smiling to himself at the trick he was going to play on the poor stork.
The stork happily accepted the invitation and arrived in good time for dinner and with a very good appetite. The fox served soup for dinner but in a very very shallow dish.
The stork could not drink it but was only able to wet the very tip of his bill in it. On the other hand, the fox drank it up easily and, to increase the disappointment of his neighbor, made a great show of enjoyment.
The poor and hungry stork was much displeased at the fox’s trick, but he was calm and saw no good in flying into a rage.
Not long afterwards, the stork invited the fox to have dinner with him at his house. The fox arrived promptly at the stork’s house at the decided time. The stork served a fish dinner with a very appetizing aroma. But this time, the stork served in a tall jar with quite a narrow neck.
The stork could get at the food easily with his long beak, but the fox couldn’t. All the fox could do was sniff at the delicious aroma.
The fox lost his temper, but the stork said calmly.
“One should not play tricks on their neighbours unless they can stand the same treatment themselves”.
Arti atau terjemahan cerita Rubah dan Bangau
Dikisahkan ada seekor rubah dan seekor bangau yang tinggal di hutan. Kedua binatang itu bertetangga. Rubah yang licik suatu hari memikirkan rencana licik untuk menghibur dirinya sendiri dengan mengorbankan bangau yang baik hati, yang penampilannya aneh dan selalu ditertawakan Rubah.
“Kamu harus datang dan makan malam denganku hari ini,” kata rubah kepada bangau suatu hari. Rubah tersenyum dengan tipuannya.
Bangau dengan senang hati menerima undangan tersebut dan tiba tepat waktu untuk makan malam. Rubah menyajikan sup untuk makan malam, namun hidangannya sangat sedikit. Bangau tidak dapat menyeruput supnya tetapi hanya mampu membasahi ujung paruhnya.
Di sisi lain, Rubah meminumnya dengan mudah dengan menunjukkan kenikmatan yang luar biasa. Bangau yang malang dan lapar tidak senang dengan tipuan rubah, namun ia tetap tenang dan merasa tidak ada gunanya untuk marah.
Tak lama berselang, kini giliran Bangau yang mengundang Rubah untuk makan malam bersama di rumahnya. Rubah tiba tepat waktu di rumah Bangau.
Bangau menyajikan makan malam ikan dengan aroma yang sangat menggugah selera. Namun kali ini, Bangau menyajikannya dengan toples tinggi dengan lubang yang cukup sempit.
Bangau dapat memakan makanannya dengan mudah menggunakan paruhnya yang panjang, namun Rubah tidak bisa. Rubah hanya bisa mengendus aroma lezatnya. Rubah kehilangan kesabaran tetapi kemudian Bangau berkata dengan tenang.
“Seseorang seharusnya tidak mempermainkan tetangga mereka kecuali mereka sendiri mendapatkan perlakuan yang sama.”
Pesan moral:
Pesan moral dari cerita fabel bahasa Inggris di atas bahwa orang-orang akan memperlakukan seseorang sama seperti ia memperlakukan mereka. Dalam kisah ini, Rubah seakan mengolok-olok Bangau dengan menawarinya makan malam di piring yang tidak bisa ia gunakan untuk makan. Sebagai bentuk pelajaran pada Rubah, Bangau pun mengundang balik Rubah untuk makan malam di rumahnya dengan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh Rubah.
Meskipun Bangau baik hati, namun ketika ia melihat tetangganya sendiri melakukan tipuan untuk bersenang-senang, ia ingin memberikan pelajaran. Bangau mengajarkan kepada Rubah bahwa orang lain akan memperlakukannya sama seperti yang dilakukannya kepada orang lain.
3. Cerita hewan dalam bahasa Inggris dan terjemahannya: The Fox And The Goat
In a faraway jungle, the rivers and streams dried up by the wildfire, and any water left in them was unfit for drinking. The forest animals that managed to escape the fire had no option but to cautiously enter a small village nearby in search of water and food.
One day, a thirsty fox sneaked into the nearby village to try its luck at finding some water to drink. The fox walked about in the village but couldn’t find a single drop of water to drink.
Disappointed, the fox looked up at the sky to check if there was any sign of rain. All the fox saw was the bright moon that seemed to be smiling at his misery. The fox kept walking and walking and, much to his surprise came upon an old well.
“Well! Look what we have here?!” the fox exclaimed and walked towards the old well, all the while looking at the moon and smirking.
The moment the fox put his head down to drink the water in the well, he lost his control and fell with a splash into the deep well. He tried his best to get out of it, but all his efforts were in vain. He had no option but to wait for someone to come in the morning and help him out of the old well.
The next morning at dawn, the fox heard someone asking, “Why are you down the well, Mr Fox?”
The fox looked up and saw an innocent-looking goat
The fox thought for some time and then replied cunningly, “Oh! I was trying to drink as much water as I could from this old well. This is the finest water I have ever tasted in my whole life. My dear, why don’t you try it?”
The thirsty goat followed what the sly fox said and jumped into the well to drink the water to his heart’s content. The next moment, the goat found himself in the same difficult situation as the fox.
The innocent goat asked the fox, “How do we get out of here?”
“I have an excellent idea,” said the sly fox, “You stand on your hind legs, and I’ll climb on your strong horns and get out of the well. Then, I will help you climb up as well”.
The innocent goat did as he was told, and the cunning fox climbed out of the old well and ran away without turning back even for a moment.
Before running away, the sly fox said to the innocent goat, “Had you been intelligent enough, you would never have got in without thinking about how to get out this old well.”
The poor goat got struck in the well.
Arti atau terjemahan cerita Rubah dan Kambing
Di sebuah hutan yang jauh, sungai menjadi kering akibat kebakaran, dan air yang tersisa di dalam sungai tidak layak untuk diminum. Hewan-hewan di hutan yang berhasil lolos dari peristiwa tersebut tidak punya pilihan lain selain mengendap-endap memasuki desa terdekat untuk mencari air dan makanan.
Suatu hari, seekor rubah yang haus menyelinap ke sebuah desa untuk mencari peruntungannya menemukan air untuk diminum. Rubah berjalan-jalan di desa namun tidak mendapatkan setetes pun air untuk diminum.
Merasa kecewa, Rubah akhirnya melihat ke langit untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda hujan akan turun. Namun yang dilihat rubah hanyalah bulan terang yang tampak tersenyum melihat kesengsaraannya. Rubah terus berjalan dan berjalan hingga akhirnya secara mengejutkan ia menemukan sebuah sumur tua.
“Lihat apa yang kita punya di sini?!” seru Rubah dan berjalan mendekati sumur tua sambil menatap bulan dan menyeringai.
Saat Rubah menundukkan kepalanya untuk meminum air di umur, ia kehilangan kendali dan jatuh ke dalam sumur yang dalam. Ia mencoba untuk keluar dari sana, namun usahanya sia-sia. Rubah tak punya pilihan selain menunggu seseorang datang di pagi hari dan membantunya untuk keluar dari sumur tua itu.
Keesokan paginya saat fajar, Rubah mendengar seseorang bertanya “Mengapa kamu turun ke sumur, Tuan Rubah?”
Rubah mendongak dan melihat seekor kambing yang tampak polos. Rubah berpikir sejenak dan menjawab dengan licik, “Oh! Aku mencoba minum air sebanyak mungkin dari sumur tua ini. Ini adalah air terbaik yang pernah aku rasakan sepanjang hidupku. Mengapa kamu tidak ikut mencobanya?”
Kambing yang haus mengikuti apa yang dikatakan oleh Rubah licik itu dan melompat ke dalam sumur untuk meminum air sepuasnya. Berikutnya, Kambing menyadari bahwa dirinya berada dalam situasi yang sulit bersama dengan Rubah.
Kambing yang polos bertanya kepada Rubah, “Bagaimana kita bisa keluar dari sini?”
“Aku punya ide bagus,” kata Rubah licik. “Kamu berdiri dengan kaki belakangmu dan aku akan memanjat tandukmu yang kuat dan keluar dari sumur. Kemudian aku akan membantumu untuk memanjat juga.”
Kambing yang polos itu melakukan apa yang diperintahkan dan Rubah yang licik keluar dari sumur tua lantas melarikan diri tanpa berbalik. Sebelum melarikan diri, Rubah yang licik berkata pada Kambing, “Seandainya kamu cukup pintar, kamu tidak akan pernah masuk tanpa memikirkan cara keluar dari sumur tua ini.”
Kambing yang malang itu terjebak di dalam sumur.
Pesan moral:
Pesan moral dari kisah di atas mengajarkan bahwa berpikirlah terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Dalam cerita pendek tersebut Kambing yang polos melompat ke dalam sumur tanpa berpikir dua kali dan mempercayai Rubah yang licik bahwa air di dalam sumur sangat menyenangkan.
Lantas Kambing kembali mempercayai kata-kata Rubah licik untuk membantunya keluar dari sumur. Kambing tidak memikirkan cara untuk keluar dari sumur sebelum melompat dan karenanya ia terjebak di dalam sumur.
4. Cerita fabel singkat dalam bahasa Inggris: The Peacock
The peacock, they say, did not at first have the beautiful feathers in which he now takes so much pride. Juno, whose favourite he was, granted this wish to him one day when he begged her for a train of feathers to distinguish him from the other birds. Then, decked in his finery, gleaming with emerald, gold, purple, and azure, he strutted proudly among the birds. All regarded him with envy. Even the most beautiful pheasant could see that his beauty was surpassed.
The peacock saw an eagle soaring high up in the blue sky and felt a desire to fly, as he had been accustomed to doing. Lifting his wings, he tried to rise from the ground. But the weight of his magnificent train held him down. Instead of flying up to greet the first rays of the morning sun or to bathe in the rosy light among the floating clouds at sunset, he would have to walk the ground more encumbered and oppressed than any common barnyard fowl.
Arti atau terjemahan kisah merak
Buruk Merak, pada awalnya dikatakan tidak memiliki bulu-bulu indah seperti saat ini yang sangat dibanggakannya. Buruk Merak meminta kepada Juno, untuk mengabulkan permintaannya untuk diberikan sederet bulu untuk membedakannya dengan burung lain. Permintaan itu akhirnya dipenuhi.
Burung merak lantas mengenakan bulu tersebut yang berkilauan dengan warna zamrud, emas, ungu, dan biru langit. Ia mondar-mandir dengan bangga di antara burung-burung lain.
Semua memandangnya iri. Bahkan burung pegar yang paling cantik pun dapat melihat bahwa kecantikannya ikut terlampaui oleh burung merak.
Merak kemudian melihat seekor elang yang terbang tinggi di langit biru yang lantas membuatnya juga ingin merasakan terbang. Merak kemudian mengangkat sayapnya, ia mencoba bangkit dari tanah.
Tetapi beban sayapnya yang luar biasa berat menahannya. Alih-alih terbang untuk menikmati sinar matahari pagi atau cahaya kemerahan di antara awan saat matahari terbenam, ia malah harus berjalan di tanah dengan lebih terbebani daripada ayam biasa.
Pesan moral:
Pesan moral dari dongeng fabel berjudul The Peacock mengajarkan agar memikirkan dengan baik apa yang diinginkan di dalam hidup. Burung merak dalam cerita tersebut dikisahkan menginginkan rangkaian bulu yang indah, ketika ia mendapatkannya, namun ia melihat seekor elang saat terbang, ia kemudian juga ingin bisa terbang.
Merak tidak menyadari bahwa keputusannya untuk mendapatkan bulu indah juga menimbulkan konsekuensi lain bahwa ia tidak bisa terbang seperti burung lain. Karena keputusannya itu, yang bisa dilakukan Merak kini hanyalah berjalan di tanah seperti para unggas.
5. Dongeng fabel singkat dalam bahasa Inggris dan artinya: The Lion and The Cows
Once upon a time, in a jungle lived four cows. The cows were very close friends who always stood by each other in good and bad times. Whenever a wild animal tried to attack them, all four cows used to fight together and chase them away. Therefore, no animal in the dense jungle dared to attack the four cows.
But, there also lived a big lion in that jungle who wished to kill and eat the four cows. He tried several times to attack and kill them, but as always, all four cows chased him away. The lion understood that it was not possible for him to kill even one cow till they were united.
So, the lion started thinking of different ways to separate them. Finally, he came up with a devious plan. He started spreading rumours and telling false tales in the jungle about the cows. With the help of other animals in the jungle, the lion was soon able to pitch the cows against one another. A huge rift was created between the four cows, and they started detesting each other. The lion was happy to see his plan working.
After some days, the lion attacked one of the four cows. The other three cows did not come to help their former friend, even after watching that she was being attacked by the big lion. After a few a days, the lion killed another cow. And then, the two cows that were left also had to face the same fate and were killed by the lion.
Arti atau terjemahan kisah Singa dan Sapi
Dikisahkan, di sebuah hutan hiduplah 4 ekor sapi. Sapi-sapi tersebut berteman dekat dan selalu berada di samping satu sama lain di saat-saat baik dan buruk. Setiap kali hewan liar mencoba menyerang mereka, keempat sapi itu bertarung bersama untuk mengusir hewan tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hewan di hutan yang berani menyerang keempat ekor sapi tersebut.
Namun, hiduplah seekor singa besar di hutan yang ingin membunuh dan memakan keempat ekor sapi itu. Ia mencoba menyerang dan membunuh mereka beberapa kali, tetapi seperti biasa keempat sapi tersebut berhasil mengusirnya.
Singa mengerti bahwa ia tidak mungkin bisa membunuh bahkan seekor sapi pun dari mereka. Jadi, Singa mulai memikirkan berbagai cara untuk memisahkan mereka. Akhirnya ia berhasil mendapatkan rencana licik,
Singa mulai menyebarkan desas desus dan kisah-kisah palsu di hutan mengenai sapi-sapi tersebut. Dengan bantuan hewan-hewan lain, Singa itu segera mengadu domba sapi-sapi tersebut satu sama lain. Karena itu, kemudian timbul keretakan di antara keempat sapi dan mereka mulai saling membenci. Singa merasa senang karena rencananya berhasil.
Beberapa hari kemudian, Singa menyerang salah satu sapi. Namun ketiga sapi yang lain tidak datang untuk membantu teman mereka, bahkan setelah mereka melihat temannya tersebut telah diserang oleh Singa.
Setelahnya Singa berhasil membunuh salah seekor sapi lagi. Dan kemudian 2 sapi yang tersisa harus menghadapi nasib yang sama dan dibunuh oleh Singa.
Pesan moral:
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa persatuan adalah kekuatan. Dalam cerita disebutkan bahwa ketika sapi-sapi itu bersama, mereka mampu bertarung melawan siapa saja yang menyerang. Namun ketika sapi-sapi tersebut saling berkelahi satu sama lain, satu per satu dari mereka kehilangan nyawa.
Tak hanya itu, jangan pula mudah di adu domba satu sama lain oleh desas-desus yang belum tentu kebenarannya. Kuncinya adalah percaya satu sama lain dan jika terjadi sesuatu maka bicarakan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Jangan meniru sifat para sapi yang mudah di adu domba oleh Singa akibat desas-desus yang kebenarannya tidak jelas.
6. Dongeng tentang hewan dan terjemahannya: Cerita Gajah dan Anjing
A long time ago, a Dog used to visit the stable where the king’s Elephant lived. At first, the Dog used to go there to get the food that was left after the Elephant had finished eating.
One day after the other, the Dog used to go to the stable, waiting around for bits to eat. But slowly, the Elephant and the Dog became great friends. As a result, the Elephant started sharing his food with the Dog, and they started eating together.
When the Elephant used to sleep, his good friend, the Dog, used to be beside him. When the Elephant was in the mood for playing, he would catch his friend, the Dog, in his trunk and swing him to and fro. The Dog and the Elephant were quite happy when they were together.
One day a farmer saw the Dog with the Elephant and said to the Elephant-keeper:
“I want to buy that Dog. He looks good-tempered and also looks smart. How much money do you want for that Dog?”
The Elephant-keeper was clever and only wanted the money. He did not care for the Dog. So, he asked for a fair price, and the farmer paid it to him and took the Dog away to the country.
The Elephant missed the Dog very much and did not care to eat when his friend was not there to share the food with him. The Elephant would not care to bathe. He only missed his friend. The next day again, the Elephant did not eat and would not bathe. On the third day, when the Elephant again didn’t eat nor bathe, the king was told about the Elephant’s behaviour.
The king sent for his chief servant and said to him, “Go to the stable and find out why the royal Elephant is acting in such a weird way.”
The chief servant came to the stable and looked at the Elephant. The chief servant said to the Elephant-keeper: “There seems to be nothing serious with this Elephant’s body, but why is the Elephant looking sad? Has he lost a friend or a playmate?”
“Yes,” said the Elephant-keeper, “there was a Dog who used to eat, sleep and play with the Elephant. The Dog went away some days ago.”
“Do you know where the Dog went?” asked the chief servant.
“No sir, I don’t,” said the Elephant-keeper.
After visiting the stable, the chief servant returned to the king and told him, “The Elephant is not sick, my king, but he is lonely without his dear friend, the Dog.”
“Where is the Dog now?” the king asked.
“A farmer took the Dog away and no one knows where the farmer lives.” replied the chief servant.
“Very well,” the king said.
“I will send a word all over the country, asking the farmer who bought this Dog to turn him loose. I will give him back as much money as he paid for the Dog.” said the king.
The farmer turned the Dog loose when he heard this. The Dog immediately ran back, as fast as he could, to the Elephant’s stable. The Elephant was so glad to see his friend, the Dog, that he picked him up with his long trunk and placed him on his head. Then the Elephant put him down again. When the Elephant-keeper brought him food, the Elephant watched his friend eating and took his own food.
The Elephant and the Dog lived together for the rest of their lives.
Arti atau terjemahan kisah Gajah dan Anjing
Dahulu kala, seekeor Anjing biasa mengunjungi kandang tempat tinggal Gajah milik Raja. Awalnya, Anjing biasa pergi ke sana untuk mengambil makanan yang tersisa selepas Gajah selesai makan. Berhari-hari, Anjing biasa pergi ke kandang dan menunggu makanan.
Perlahan Anjing dan Gajah menjadi teman baik. Akibatnya sang Gajah mulai berbagi makanannya dengan sang Anjing.
Saat Gajah tertidur, sahabat baiknya, Anjing akan ada disampingnya. Ketika Gajah sedang ingin bermain, ia akan menangkap temannya, Anjing yang berada di belalainya dan mengayunkannya kesana kemari. Anjing dan Gajah cukup senang saat mereka bersama.
Sutu hari seorang petani melihat Anjing dan Gajah lalu berkata kepada Penjaga Gajah “Saya ingin membeli anjing itu. Ia terlihat seperti pemarah dan juga cerdas. Berapa banyak uang yang kamu inginkan untuk anjing itu?”
Penjaga Gajah itu licik dan hanya menginginkan uang. Ia tidak peduli pada Anjing. Jadi ia meminta harga yang pantas dan petani itu membayarnya dan membawa Anjing pergi ke pedesaan.
Gajah sangat merindukan Anjing dan ia tidak mau makan ketika temannya tidak ada di sana untuk berbagi makanan dengannya. Gajah tidak mau mandi. Ia hanya merindukan temannya.
Keesokan harinya, ketika sang Gajah masih tidak mau makan dan mandi, Raja diberitahu tentang perilaku sang Gajah. Raja lantas memanggil pelayan utamanya dan berkata kepadanya, “Pergilah ke kandang dan cari tahu mengapa gajah kerajaan bertingkah aneh.”
Kepala pelayan datang ke kandang dan melihat ke arah Gajah. Kepala pelayan berkata kepada Penjaga Gajah “Tampaknya tidak ada yang serius dengan tubuh gajah ini, tetapi mengapa ia terlihat sedih? Apakah ia kehilangan teman bermainnya?”
“Ya,” kata penjaga Gajah, “Ada seekor anjing yang biasa makan, tidur, dan bermain dengan Gajah. Anjing itu pergi beberapa hari yang lalu.”
“Apakah kamu tahu ke mana anjing itu pergi?” tanya kepala pelayan.
“Tidak, Tuan, saya tidak tahu.” kata penjaga Gajah.
Setelah mengunjungi kandang, kepala pelayan kembali ke raja dan mengatakan kepadanya, “Gajah tidak sakit, Rajaku, tetapi ia kesepian tanpa sahabtanya, anjing.”
“Dimana anjing itu sekarang?” tanya Raja.
“Seorang petani mengambil anjing itu dan tidak ada yang tahu dimana petani itu tinggal,” jawab kepala pelayan.
“Baiklah,” kata Raja.
“Saya akan mengirim pesan ke seluruh negeri, meminta petani yang membeli anjing ini melepaskannya. Saya akan mengembalikan uang sebanyak yang ia bayarkan untuk anjing itu.” kata Raja.
Petani itu melepasnya Anjingnya ketika ia mendengar kabar tersebut. Anjing segera berlari dan secepat yang ia bisa, ia pergi ke kandang Gajah. Sang Gajah sangat senang melihat temannya, sang Anjing, sehingga ia mengangkatnya dengan belalainya yang panjang dan meletakkannya di atas kepalanya.
Kemudian sang Gajah menurunkannya lagi. Ketika penjaga Gajah membawakannya makanan, Gajah memperhatikan temannya makan dan mengambil makanannya sendiri.
Akhirnya Gajah dan Anjing hidup bersama selama sisa hidup mereka.
Pesan moral:
Pesan moral dari cerita The Elephant and The Dog adalah bahwa teman sejati tidak akan pernah bisa dipisahkan. Cerita fabel tersebut mengisahkan mengenai Gajah yang tidak mau dipisahkan dari sahabat baiknya, Anjing. Saat sang petani mengambil sahabatnya, sang Gajah merasa sedih dan ia bahkan tidak peduli dengan makanan ataupun mandi. Namun ia kembali ceria ketika mengetahui bahwa sahabatnya, Anjing kembali lagi ke kandang.
7. Dongeng fabel anak dan pesan moral: The Ant And The Grasshopper
A long time ago, an ant and a grasshopper lived in a garden close to some grain fields. The happy-go-lucky and merry grasshopper always spent his time singing and dancing in the garden. His friend, the little ant, was always busy working. Even at the peak of summer, the ant carried food grains from the nearby fields on her back and stored them safely in her home. The grasshopper always made fun of the hardworking ant.
He often asked her to leave all that work and join him in singing and dancing. “Come on, my friend! What is the need to sweat it out in this hot summer sun?” the grasshopper asked the ant. “I am preparing for the winters,” the ant replied.
The ant refused to join the grasshopper and continued gathering grains instead. She kept herself busy storing food supplies for the cold and harsh winters when it would be difficult for her to venture out. The grasshopper laughed at her and told her there was enough food for a lifetime.
The ant, however, never stopped working throughout the summer. The grasshopper continued to sit in the shade of the garden trees and sing happily. Summer gradually came to an end, but that did not affect the grasshopper.
It also did not stop the ant from relentlessly carrying food grains from the fields to her home. She stopped by and advised her grasshopper friend to start storing food for the winter for himself too. “Stop wasting your time and start gathering some food. You will need it in the winters,” the ant urged.”
The grasshopper only smiled and said, “There’s lots of time! Right now all is fine”. The ant shrugged away and continued with her daily routine.
The seasons soon changed. Winter brought in freezing temperatures, and the grasshopper realised he had no food. He looked around to find some, but he was so cold that he could hardly move. Everything was covered with snow.
He snuggled all by himself to remain warm. Suddenly, he remembered his good friend, the ant, and thought to himself, “She will surely offer me a roof for some time. She has saved a lot of food. I am sure she will offer me that too.” He quickly dragged his cold feet to the ant’s house and knocked on her door.
“Let me in, for I am cold, weak, and hungry, my dear friend,” he said. The ant opened the door just a little bit. She did not let the grasshopper in. She refused to offer him any food too. The cold and hungry grasshopper was weak. “I will sing to you for free, my friend,” he begged. “Do you remember how hard I worked during the hot summers?” The ant asked the grasshopper. “I did that to provide myself with food during the cold season. I had asked you too to do the same. You ignored my words and laughed at me instead. Sing for someone else. I am sorry, but I have enough grains only for myself.”
The grasshopper then realised that he should have utilised his time better instead of wasting it on singing and lazing in the garden.
The story states that wasting your time can result in difficulties, and making the most of your time can bring many benefits.
Arti atau terjemahan kisah Semut dan Belalang
Dahulu kala, seekor semut dan belalang tinggal di sebuah taman dekat ladang gandum. Belalang yang ceria selalu menghabiskan waktunya dengan bernyanyi dan menari di taman. Temannya, si Semut kecil selalu sibuk bekerja.
Bahkan di puncak musim panas, semut membawa biji-bijian makanan dari ladang terdekat di punggungnya dan menyimpannya dengan aman di rumahnya. Belalang selalu mengolok-olok Semut pekerja keras tersebut.
Dia sering memintanya meninggalkan semua pekerjaan itu dan bergabung dengannya untuk menyanyi dan menari. “Ayo temanku! Apa perlunya berkeringat di bawah terik matahari musim panas ini?” Belalang bertanya kepada Semut.
“Saya sedang mempersiapkan musim dingin,” jawab Semut.
Semut menolak untuk bergabung dengan belalang dan terus mengumpulkan biji-bijian. Ia membuat dirinya sibuk dengan menyimpan persediaan makanan untuk musim dingin yang keras ketika akan sulit baginya untuk keluar.
Belalang menertawakannya dan memberitahunya bahwa ada cukup makanan untuk seumur hidup. Semut, bagaimanapun tidak pernah berhenti bekerja sepanjang musim panas. Belalang terus duduk di bawah naungan pepohonan taman dan bernyanyi dengan gembira.
Musim panas berangsur-angsur berakhir, namun itu tidak mempengaruhi Belalang. Hal itu juga tidak menghentikan Semut untuk membawa biji-bijian makanan dari ladang ke rumahnya. Ia mampir dan menasihati teman Belalangnya untuk mulai menyimpan makanan untuk musim dingin.
“Berhentilah membuang waktumu dan mulailah mengumpulkan makanan. Kamu akan membutuhkannya di musim dingin,” desak Semut.
Belalang hanya tersenyum dan berkata, “Masih banyak watku! Saat ini semuanya baik-baik saja,” Semut mengangkat bahu dan melanjutkan rutinitas hariannya.
Musim segera berganti. Musim dingin membawa suhu beku, dan Belalang menyadari bahwa ia tidak memiliki makanan. Ia melihat ke sekeliling untuk menemukan beberapa makanan, namun ia sangat kedinginan sehingga hampir tidak bisa bergerak. Semuanya tertutup salju.
Ia meringkuk sendirian untuk tetap hangat. Namun tiba-tiba ia teringat teman baiknya, Semut dan berpikir “Ia pasti akan menawarkanku rumahnya untuk beberapa waktu. ia telah menyimpan banyak makanan. Aku yakin ia akan menawariku itu juga.” maka dengan cepat, Belalang menyeret kakinya ke rumah semut dan mengetuk pintunya.
“Biarkan aku masuk, aku kedinginan, lemah, lapar, sahabatku.” katanya.
Semut membuak pintu sedikit. Ia tidak membiarkan Belalang itu masuk. Ia juga menolak menawarkan makanan padanya.
Belalang yang kedinginan dan kelaparan itu memohon. “Aku akan bernyanyi untukmu secara gratis, temanku.” ujarnya.
“Apakah kamu ingat betapa kerasnya aku bekerja selama musim panas?” Semut bertanya pada Belalang.
“Aku melakukan itu semua untuk menyediakan makanan bagi diriku sendiri selama musim dingin. Aku juga telah memintamu untuk melakukan hal yang sama. Namun kamu malah mengabaikan kata-kataku dan menertawakanku. Bernyanyi untuk yang lain saja. Aku juga minta maaf karena aku hanya punya cukup biji-bijian untuk diriku sendiri.”
Belalang kemudian menyadari bahwa ia harusnya memanfaatkan waktunya dengan lebih baik daripada menghabiskannya untuk bernyanyi dan bermalas-malasan di taman.
Pesan moral:
Dongeng fabel berjudul The Ant and The Grasshopper tersebut mengajarkan bahwa penting untuk menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin dalam hidup ini. Jika kita menghabiskan waktu untuk hal-hal yang produktif, maka kita akan menemukan waktu lebih untuk hal-hal lain. Waktu sangatlah berharga dan kita harus memanfaatkannya dengan melakukan hal-hal yang positif.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Semut yang menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan persediaan makanan saat musim dingin tiba. Janganlah meniru sifat Belalang yang lebih memilih bermalas-malasan dan terus bernyanyi.
8. Dongeng tentang hewan untuk diceritakan kepada anak sebelum tidur: Tiga Anak Babi
Once upon a time, there lived an old mother pig. She had three little pigs. One day she decided to send them on their way to lead their lives on their own. “Go and seek your own destiny and fortune” the mother said, and the little pigs went their ways.
The first pig was very lazy. “I’ll build my house with straws”, he decided as he chose the easy way. He got the straw from a farmer and started building.
The second pig said “I will make my house with sticks.” He got the sticks from a woodcutter and began building.
The third pig was laborious and intelligent. “I will make my house using bricks” he said, and got the materials from a builder pushing a cart of bricks.
“Your materials seem weak, and your house won’t be strong”, said the little pic to his brothers, as he was concerned that their construction would not be sturdy enough. He said, “Listen, brothers, we should make a strong house, which can save us from any danger.”
The other two pigs said, “You do it your way, and we will make our houses our way. Anyways, those bricks look very heavy. So much labour and so much work – not for us. You continue.”
They ignored his advice and constructed their houses the way they wanted.
Soon, all three pigs built their houses and were pleased about it.
After some time, a wolf passed the lane of these pigs’ houses. He saw the house made up of straws and a pig playing nearby. The wolf decided to him. The moment the pig saw the wolf, he ran inside the house in fear. Then, the wolf knocked on the door and said, “Little pig! Little pig! Won’t you let me in?”
But, the pig refused and replied, “No! No! No! Not by the hair on my chinny chin chin!”
Then the wolf grinned and said, “Then I’ll huff, and I’ll puff, and I’ll blow your house in.”
He did what he said, and he blew the house away. Seeing this, the first pig ran towards the second pig’s house to hide.
The wolf followed him along and found the second pig’s house.
He knocked on the door again and said, “Little pigs! Little pigs! Won’t you let me in?”
After seeing the scary teeth of the wolf, both the pigs replied, “No! No! No! Not by the hair on our chinny chin chin!”
Then again, the wolf laughed in satire and said, “Then I’ll huff, and I’ll puff, and I’ll blow your house in.” And he did just that.
Realising what was happening, both the pigs escaped to the third pig’s house.
The wolf followed them and reached the third pig house.
Now, the wolf knocked on the door again and said, ‘Little pigs! Little pigs! Let me in! Let me in!’
But the frightened pigs answered back, ‘No! No! No! Not by the hair on our chinny chin chin!’
Then the wolf laughed cunningly and threatened, ‘Then I’ll huff, and I’ll puff, and I’ll blow your house in.’
The big bad wolf tried to bring the house down and huff and puff again and again, but it was of no use. The frustrated wolf attempted to make a forceful entry from the chimney, but the intelligent third pig boiled a large pot of water and placed it below the chimney. The wolf fell inside the pot, hurt himself, and ran away in a jiffy. The three pigs were overjoyed!
The other two pigs praised the third pig for his hard work, practicality and intelligence.
Arti atau terjemahan kisah 3 Anak Babi
Alkisah hiduplah seekor induk babi tua. ia memiliki 3 babi kecil. Suatu hari ia memutuskan untuk mengirim mereka dalam perjalanan untuk menjalani hidup mereka sendiri. “Pergilah dan carilah takdir dan keberuntunganmu sendiri.” kata sang ibu, dan babi-babi kecil itu pun pergi.
Babi pertama sangat pemalas. “Aku akan membangun rumahku dengan jerami.” ia memutuskan untuk memilih jalan yang mudah. Ia mendapatkan jerami dari seorang petani dan mulai membangun rumahnya.
Babi kedua berkata “Aku akan membuat rumahku dengan tongkat.” Ia mendapatkan tongkat dari seorang penebang kayu dan mulai membangun.
Babi ketiga rajin dan cerdas. “Aku akan membuat rumahku menggunakan batu bata.” katanya dan mendapatkan bahan dari seorang tukang yang mendorong gerobak batu bata.
“Bahanmu sepertinya lemah dan rumahmu tidak akan kuat,” kata babi kecil itu kepada saudara-saudaranya, ia khawatir sebab konstruksi rumah mereka tidak cukup kokoh. Lantas ia berkata lagi, “Dengar saudara-saudaraku, kita harus membuat rumah yang kuat, yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya apa pun.”
Mendengar hal tersebut, dua babi lainnya berkata “Lakukan dengan caramu dan kami akan membuat rumah sesuai dengan keinginan kami. Bagaimanapun, batu bata itu terlihat sangat berat. Begitu banyak tenaga dan begitu banyak pekerjaan, bukan untuk kita. Kamu lanjutkan saja sendiri.”
Mereka tetap mengabaikan nasihat babi kecil dan membangun rumah seperti yang mereka inginkan. Segera, ketiga babi itu membangun rumah mereka dan merasa senang karenanya.
Beberapa waktu kemudian, seekor serigala melewati jalur rumah babi tersebut. Ia melihat rumah yang terbuat dari jerami dan seekor babi bermain di dekatnya. Serigala memutuskan untuk menerkamnya.
Saat babi pertama melihat serigala, ia berlari ke dalam rumah dengan ketakutan. Kemudian serigala itu mengetuk pintu dan berkata “Babi kecil! Babi kecil! Apakah kamu tidak akan membiarkan aku masuk?”
“Tidak!” babi itu menolak “Tidak! Tidak! Tidak!”
Kemudian serigala itu menyeringai dan berkata “Kalau begitu, aku akan menghembuskan napasku dan meniupkan rumahmu.”
Serigala melakukan apa yang ia katakan dan menghancurkan rumah itu. Melihat hal tersebut, babi pertama lari menuju rumah babi kedua untuk bersembunyi.
Serigala mengikutinya dan menemukan rumah babi kedua. Ia kembali mengetuk pintu seraya berkata “Babi kecil! Babi kecil! Apakah kamu tidak akan membiarkanku masuk?”
Setelah melihat gigi serigala yang menyeramkan, kedua babi itu menjawab “Tidak! Tidak! Tidak!”
Serigala kembali tertawa menyindir dan berkata “Kalau begitu aku akan marah dan ketika itu aku akan menghancurkan rumahmu.” ia kembali melakukannya.
Menyadari apa yang terjadi, kedua babi itu melarikan diri ke rumah babi ketiga. Serigala kembali mengikuti mereka dan dan menemukan rumah babi ketiga.
Sekarang, serigala mengetuk lagi pintu dan berkata “Babi kecil! Babi kecil! Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk!”
Tapi babi yang ketakutan menjawab lagi, “Tidak! Tidak! Tidak!”
Serigala tertawa licik dan dengan nada mengancam berkata “Kalau aku marah, aku akan menghancurkan rumahmu.”
Serigala besar yang jahat tersebut mencoba merobohkan rumah tersebut hingga tersengal-sengal, namun usahanya sia-sia. Ia frustrasi dan berusaha masuk secara paksa melalui cerobong asap, namun babi ketiga yang cerdas sedang merebus sepanci besar air lalu meletakannya di bawah cerobong asap.
Serigala itu lantas jatuh ke dalam panci dan melukai dirinya sendiri lalu melarikan diri dalam sekejap. Ketiga babi itu kemudian bersorak gembira!
Akibat peristiwa itu, dua babi lainnya memuji babi ketiga atas kerja keras, kepraktisan, dan juga kecerdasannya.
Pesan moral:
Pesan moral dari dongeng fabel di atas ialah bahwa ketekunan dan kerja keras pada akhirnya akan terbayarkan. Cerita ini menyoroti bagaimana pentingnya untuk bekerja keras yang cerdas dan praktis dalam hidup. Dua babi pertama enggan bekerja keras dan memilih cara yang mudah untuk membangun rumah mereka, namun rumah tersebut tidak dapat melindungi mereka dari bahaya serangan serigala.
Berbeda halnya dengan babi ketiga yang tidak segan-segan bekerja keras untuk membangun rumah kokoh yang pada akhirnya mampu melindungi ia dan saudara-saudaranya dari serigala buas yang jahat.
9. Cerita dongeng fabel sebelum tidur dalam bahasa Inggris: Kisah Monyet dan Penjual Topi
Once in a small town, there lived a man who used to sell caps. The cap seller used to sell caps in all the nearby towns and villages. One day, as usual, he was starting his day. He decided to go to the next village to sell his caps in the village market.
“Caps, caps, caps! Five rupees caps, ten rupees caps!” said the cap seller loudly.
Later, he was walking through the forest carrying a basket of colourful caps in his hands. He was tired of the sun’s heat and thought of lying down under a tree for some time as he had walked a long distance. Putting his basket on the ground, he said to himself, “I am so tired! Let me take a small nap.”
There were many monkeys around him. Slowly from one of the branches, a monkey peeped out. All of them were very naughty. One of them came down, and upon seeing the caps, he whistled. All the other monkeys responded to his whistle. One by one, they snatched away all the caps from the cap seller’s basket. Everyone wore the caps and started playing happily.
When the cap seller woke up, he was shocked to see his basket empty. He searched for his caps everywhere. To his surprise, he saw the monkeys up on the tree wearing them. He tried various ways to get his caps back. He folded his hands and requested them to return the caps. The monkeys, in turn simply mocked his actions by folding their own hands. He then got trusted and raised his hands in anger, shouting at them to return the caps. The monkeys too raised their hands and started shouting. Finally, the cap seller used his common sense and realised that monkeys love to imitate. So, he used his smartness to get his caps back. He removed his own cap and threw it on the ground. Seeing this, the monkeys also repeated the same. The cap seller quickly collected all the caps, placed them back in his basket and went back home happily.
Arti atau terjemahan kisah Monyet dan Penjual Topi
Suatu hari di sebuah kota kecil, hiduplah seorang pria biasa yang menjual topi. Penjual topi itu biasa berjualan di semua kota dan desa terdekat. Seperti biasanya, setiap harinya ia memulai harinya dengan berjualan. Ia memutuskan untuk pergi ke desa lain untuk menjual topinya di pasar.
“Topi, topi, topi! Topi 5 Rupee, topi 10 Rupee!” kata penjual itu dengan suara yang lantang.
Kemudian ia berjalan melewati sebuah hutan sambil membawa sekeranjang topi warna-warni di tangannya. Ia merasa lelah sebab terik matahari dan memutuskan untuk berbaring di bawah pohon selama beberapa waktu karena ia telah berjalan cukup jauh. Setelah meletakkan keranjangnya di tanah, ia bergumam “Aku sangat lelah! Biarkan aku tidur sejenak.”
Ternyata di sekeliling tempat penjual topi tersebut ada banyak monyet. Perlahan dari salah satu cabang, seekor monyet mengintip. Monyet-monyet itu sangat nakal. Salah satu dari mereka turun dan ketika melihat sebuah topi, ia bersiul.
Semua monyet menanggapi siulan tersebut. Satu per satu mereka mengambil semua topi dari keranjang penjual tersebut. Semua mengenakan topi dan mulai bermain dengan gembira.
Saat si penjual topi terbangun, ia kaget melihat keranjangnya kosong. Ia mencari topinya di mana-mana. Ia lantas terkejut ketika melihat monyet-monyet di atas pohon memakai topi jualannya.
Ia mencoba berbagai cara untuk mendapatkan topinya kembali. Ia melipat tangannya dan meminta para monyet untuk mengembalikan topi miliknya. Namun monyet-monyet itu malah mengejek tindakannya dan ikut melipat tangan mereka sendiri.
Penjual tersebut kemudian mengangkat tangan dan mulai berteriak. Para monyet itu pun ikut mengangkat tangannya dan berteriak. Akhirnya penjual topi menggunakan akalnya dan menyadari bahwa monyet suka meniru.
Jadi ia menggunakan kepintarannya untuk mendapatkan kembali topinya. Ia melepas topinya sendiri dan melemparkannya ke tanah. Melihat hal tersebut, para monyet ikut melakukan hal yang sama. Dengan cepat, penjual topi dapat mengumpulkan kembali semua topi dan meletakkannya di keranjang lalu pulang dengan gembira.
Pesan moral:
Pesan moral dari kisah Monkey and The Cap Seller yang menceritakan mengenai penjual topi yang menggunakan kecerdasannya untuk mendapatkan kembali semua topi miliknya dari kawanan monyet. Kisah tersebut mengajarkan kita untuk tidak boleh menyerah atau merasa panik dalam kondisi yang tidak menguntungnya. Sebaliknya, gunakan kecerdasan otak kita untuk mengatasi tantangan tersebut dengan bijaksana.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak dongeng fabel dengan animasi bergerak dalam video di bawah ini:
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Jelang Ujian Semester, Ajari Si Kecil Doa Memohon Ilmu Bermanfaat

Parenting
Dongeng Anak: Kenapa Anak Singa Tidak Mau Mengaum?

Parenting
Dongeng Anak: Nyanyian Ajaib Katak Memanggil Hujan

Parenting
Ajarkan Nilai Kesabaran dan Kejujuran kepada Si Kecil Melalui Kisah Nabi Yusuf

Parenting
Berapa Usia Ideal Anak Masuk TK A? Bunda Perlu Tahu Nih


7 Foto
Parenting
7 Potret Natarina Anak Taufik Hidayat yang Kini Beranjak Dewasa
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda