
parenting
Apakah Autisme Bisa Dideteksi Sejak Bayi? Begini Penjelasannya Bun
HaiBunda
Jumat, 03 Mar 2023 16:15 WIB

Autisme merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan perkembangan otak anak. Hal ini bisa memengaruhi cara orang memandang dan bersosialisasi dengan orang lain, sehingga menyebabkan masalah dalam interaksi sosial dan komunikasi.
Menilik dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka autisme dari tahun ke tahun kian meningkat. Meski begitu, penyebab pasti autisme masih belum diketahui.
Anak dengan autisme biasanya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial-emosional timbal balik. Mereka sulit diajak bercakap-cakap, kurang bahkan tidak memiliki emosi atau ekspresi yang sesuai, serta tidak memberikan respon ketika diajak bicara.
Tidak adanya kontak mata dan tidak ada ekspresi wajah juga bisa menjadi tanda anak mengidap autisme, Bunda. Lebih lanjut, mereka juga menunjukkan bahasa tubuh tertentu.
Usia anak terdeteksi autisme
Mengutip situs Kemenkes RI, autis dimanifestasikan selama masa bayi dan awal kanak-kanak, terutama sejak usia 18 hingga 30 bulan, Bunda. Meski begitu, gejala autisme akan tampak sebelum anak mencapai usia 3 tahun.
Perkembangan anak menjadi terganggu terutama yang berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Anak autis juga tidak mampu mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya melalui bahasa verbal.
Sementara itu, IDAI mengungkap Bunda dan Ayah perlu membawa Si Kecil ke dokter spesialis anak untuk dilakukan skrining perkembangan rutin mulai dari usia 9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan. Tak hanya itu, Bunda juga perlu waspadai red flags autisme pada anak.
Tanda-tanda autisme
Ada beberapa tanda atau red flags yang perlu diwaspadai oleh orang tua yang berkaitan dengan autisme, Bunda. Misalnya sebagai berikut:
- Tidak ada babbling (ocehan) di usia 12 bulan.
- Tidak menunjuk di usia 12 bulan.
- Tidak menujukan mimik wajah wajar di usia 12 bulan.
- Tidak ada kata-kata berarti pada usia 16 bulan.
- Tidak ada kalimat terdiri dari 2 kata yang bukan ekolalia pada usia 24 bulan.
- Hilangnya kemampuan berbahasa atau kemampuan sosial pada usia berapapun.
- Anak tidak menoleh atau sulit menoleh apabila dipanggil namanya pada usia 6 bulan sampai 1 tahun.
Lantas, apa yang perlu Bunda lakukan ketika anak didiagnosis dengan autisme? Simak selengkapnya pada laman berikutnya, ya.
Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan untuk anak. Langsung aja yuk, Bun klik di sini.
Jangan lupa lihat lagi video autisme bisa dilihat dari perkembangan bahasa anak berikut ini:
AJARKAN ANAK FUNGSI MOTORIK
Ilustrasi Usia Autisme Dideteksi/Foto: iStock
Hal yang perlu dilakukan ketika anak didiagnosa autisme
Saat Si Kecil didiagnosis dengan autisme, ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan. Melansir dari laman Healthline. Berikut ini ulasannya:
1. Tenangkan diri
Diagnosis autisme tidak akan mengubah siapa sebenarnya anak atau apa yang bisa mereka lakukan dalam hidup. Jadi, lebih baik Bunda menenangkan diri terlebih dahulu dan menarik napas dalam.
Penelitian yang berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir ini selalu memberikan ide dan strategi untuk mengatasinya. Para peneliti telah mengembangkan program yang efektif untuk membantu anak-anak dengan autisme, Bunda.
2. Persiapkan terapi
Meskipun ada periode krisis dalam perkembangan anak dari usia 0 sampai 3 tahun, Bunda harus mencoba terapi yang berbeda untuk anak saat didiagnosis. Tidak ada obat untuk autisme, tetapi ada terapi yang bisa membantu menciptakan keterampilan dasar bagi anak.
3. Ajarkan fungsi motorik
Anak autis terkadang memiliki masalah koordinasi motorik yang perlu ditangani. Ada dua jenis utama fungsi motorik, yakni kasar dan halus.
Keterampilan motorik kasar melibatkan gerakan tubuh besar dan otot. Terapi fisik cenderung melatih keterampilan ini, misalnya saja seperti merangkak, berjalan, melompat, dan menaiki tangga.
4. Pahami perbedaan indera
Bunda mungkin pernah melihat anak autis duduk di kursi adaptis atau membuat gerakan berulang seperti mengayunkan tubuh atau mengepakkan tangan. Gerakan-gerakan ini biasanya disebabkan oleh peningkatan kebutuhan sensorik.
Mereka tidak berbeda dengan kebiasaan orang tanpa autisme. Mereka juga akan mengunyah ujung pensil atau mengetuk kaki. Semua perilaku ini memiliki tujuan, tetapi hal ini bisa sangat mengganggu.
Terapi okupasi mencoba untuk mengembangkan 'diet' sensorik yang memberikan masukan yang dibutuhkan anak dengan cara yang terkendali dan sesuai secara sosial, Bunda. Kalau anak melompat-lompat untuk menenangkan diri, Bunda bisa bantu dengan trampolin, meremas kaki, atau duduk di atas bola yoga.
5. Mendengarkan dengan mata
Bunda bisa belajar mendengarkan dengan mata. Anak autis mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara sehingga mereka hanya bisa berkomunikasi dengan nonverbal.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
3 Kriteria sebelum Mendaftarkan Anak dengan Autisme ke Sekolah Inklusi, Catat Bunda!

Parenting
4 Tips Membesarkan Anak Autisme, Kenali Juga Ciri hingga Faktor Risikonya

Parenting
Benarkah Kebiasaan Makan Anak Berkaitan dengan Ciri-ciri Autisme?

Parenting
Tips Sukses Pola Asuh Kakak & Adik Berbeda Karakter

Parenting
3 Tanda Paling Umum Anak Mengidap Autisme


7 Foto
Parenting
7 Potret Cantiknya Zaenab di Usia 4 Th, Putri Young Lex yang Didiagnosis Alami Autisme
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda