Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Menyelesaikan Konflik Anak Remaja dengan Orang Tua

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Jumat, 03 Mar 2023 21:50 WIB

Ilustrasi Konflik Anak Remaja dan Orang Tua
Ilustrasi Konflik Anak Remaja dan Orang Tua/Foto: iStock

Masa remaja merupakan fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Fase ini juga menjadi periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, dan emosional, sehingga tak jarang memiliki konflik dengan orang tuanya.

Menilik dari situs resmi IDAI, masih terdapat berbagai pendapat tentang umur anak dikatakan sebagai remaja. Menurut WHO sendiri, anak dikatakan masuk ke fase remaja ketika mencapai usia 10 hingga 19 tahun.

Sementara itu, menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.

Pahami kinerja otak remaja

Menurut Dr Dan Siegal, penulis Brainstorm: The Power and Purpose of the Teenage Brain, mengatakan selama remaja, area limbik sistem saraf memberikan pengaruh lebih besar pada area otak yang bertanggung jawab atas tingkat penalaran, dibandingkan anak-anak dan orang dewasa.

Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan emosionalitas, yakni respon emosional yang intens yang membuat seorang remaja lebih mudah tersinggung, kesal, dan murung.

Tak hanya itu, mengutip dari Parent Circle, pada masa remaja, otak mulai fokus pada aspek pilihan yang positif dan mendebarkan serta meminimalkan aspek negatif dan berbahaya. Hal ini membuat remaja cenderung melakukan perilaku berisiko.

Cara menyelesaikan konflik remaja dengan orang tua

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika Bunda atau Ayah memiliki konflik dengan anak remaja. Melansir dari berbagai sumber, berikut ini deretannya:

1. Tetap tenang

Mungkin sulit bagi orang tua untuk tetap tenang ketika anak remaja melakukan kesalahan dan bertingkah. Namun, jangan sampai bertindak berlebihan ya, Bunda.

Melansir dari laman Times of India, penting untuk Bunda agar tetap tenang dan tidak meningkatkan konflik saat berada di situasi ini. Bunda harus membiarkan momen itu berlalu dan mencoba berunding dengan anak setelah beberapa waktu.

Ketika bertengkar dengan remaja, seringkali sulit untuk menunjukkan alasan sebenarnya mengapa pertengkaran bisa dimulai. Karena itu, Bunda juga perlu menyadari apa alasan sebenarnya. Terkadang, pertengkaran bahkan terjadi karena hal yang tidak penting.

2. Lepaskan diri

Mungkin akan tiba waktunya ketika Bunda akan melakukan segalanya dan menyampaikan maksud kepada anak, tetapi sia-sia. Pada saat seperti itu, tidak apa-apa untuk mengatakan bahwa Bunda sudah terlalu stres dan butuh waktu untuk sendiri.

Penting bagi orang tua untuk menemukan kedamaian mereka juga. Setelah tenang, Bunda bisa coba kembali berdamai dengan anak.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat cara lainnya ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Bunda, intip juga video ciri anak mengalami masa pubertas berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




CARA MENYELESAIKAN KONFLIK ANAK REMAJA DENGAN ORANG TUA

Grown up daughter arguing with nervous old mature mother.

Ilustrasi Konflik Anak Remaja dan Orang Tua/Foto: iStock

3. Beri anak pengertian

Pada hari Bunda tidak bertengkar dengan anak, cobalah untuk membicarakan tantangan masa remaja mereka, Bunda. Misalnya saja dengan mengatakan, 'Kamu berada di usia memiliki pandangan sendiri dan Bunda mungkin tidak setuju dalam berbagai hal. Tapi itu hal wajar dan normal. Bertengkar dan perasaan marah juga normal'.

Melansir dari laman Parents Circle, sebaiknya libatkan anak dalam berdiskusi tentang penetapan aturan dan biarkan mereka menentukan konsekuensinya, Bunda. Hal ini tentu akan membuat anak menjadi lebih terbuka ketika mereka memiliki pendapat

4. Berikan contoh

Ketika Bunda memiliki konflik dengan Ayah atau tetangga, anak akan menjadikan ini sebagai contoh dan mengembangkannya. Jika mereka melihat sikap memaksa, menuntut, lemah lembut, atau tunduk, saat menyelesaikan konflik, kemungkinan besar dia akan melakukan hal yang sama.

Juara Cilik

Anak remaja cenderung dipengaruhi oleh apa yang Bunda lakukan. Mereka juga akan bereaksi pada apa yang Bunda katakan dan bagaimana Bunda bereaksi terhadap sesuatu.

5. Jangan remehkan perasaannya

Orang tua yang sulit berdiskusi saat konflik dengan anak sering berkata, 'Bunda enggak mau bahas ini'. Anak memulai percakapan karena ingin berdiskusi dengan Bunda dan sikap ini akan membuatnya kesal.

Bunda mengabaikan perasaannya dengan mengatakan mereka cukup emosional dan sensitif. Sejujurnya, Bunda mungkin kesulitan berhubungan dengan anak remaja karena ketidakmampuan untuk menghadapi kerentanan.


(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda